NATS: Bukankah Esau itu kakak Yakub?" demikianlah firman TUHAN. "Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau (Maleakhi 1:2,3)
Kita cenderung lebih sering menggunakan beberapa anggota tubuh daripada yang lain. Kita lebih sering menggunakan mulut daripada telinga, lebih sering memperhatikan kebutuhan perut daripada pikiran. Kita juga lebih sering berkata, "Sungguh tidak adil!" daripada "Saya sungguh tidak layak."
Dalam Maleakhi 1:1-5, kita membaca tentang kasih Allah kepada Yakub dan kebencian-Nya terhadap Esau. Sepintas hal ini tampak tidak adil, terutama ketika kita ingat sifat Yakub yang sebenarnya. Ia mengelabui ayahnya agar memperoleh berkat yang seharusnya diterima kakaknya, Esau (Kejadian 27). Dengan mudah kita dapat mencapnya sebagai "penipu murahan."
Tidak adilkah Allah jika Dia mengasihi Yakub dan membenci Esau? Mengapa Esau tidak layak dikasihi Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat sulit dijawab atau dijelaskan. Namun sudahkah kita mempertimbangkan sebuah pertanyaan yang lebih mendasar: adakah orang yang layak dikasihi Allah? Allah itu sempurna. Bahkan pada masa yang "terbaik" sekalipun, kita tetap harus bergumul dengan dosa. Bukankah itu berarti kita ini sungguh tidak layak di hadapan-Nya?
Kita tidak tahu mengapa Allah memilih mengasihi Yakub. Namun yang pasti kita tahu bahwa tak seorang pun di antara kita layak dikasihi Allah. Mengapa Dia mau mengasihi kita sedemikian besar sehingga Dia utus Anak-Nya sendiri untuk mati bagi dosa-dosa kita? Kita tak dapat menjelaskannya. Kita hanya dapat menanggapi kasih dan karunia Allah yang mengagumkan dengan ucapan syukur-AL
KARUNIA ALLAH MEMBERI KITA SESUATU
YANG TIDAK SEPANTASNYA KITA TERIMA
Sumber : Pdt Bambang Soebowo, GBI Eben Haezer - Jl. K.H.Wahid Hasyim no.67 - Jakarta Pusat