Thursday, September 12, 2013

Tidak Ada Habisnya

MENULISKAN KARYA KRISTUS
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. (Yohanes 21:25)

Sebelumnya, kesaksian Yohanes dalam Yohanes 21:25 ini sama sekali tak berkesan bagi saya. Tiap kali membaca bagian ini, saya selalu  melewatkannya begitu saja. Sampai suatu ketika, dalam pelatihan menulis renungan, saya berwaktu teduh dengan menggunakan bacaan yang terbilang pendek ini. Momen kebersamaan dengan para penulis  kristiani memberikan makna yang indah sekaligus menggetarkan bagi  saya.

LAI menjuduli perikop ini "Kata Penutup". Ya, kata penutup atas  seluruh tulisan Yohanes tentang perjalanan pelayanan Yesus di dunia.  Yohanes telah mengalami dan menjalani hidup bersama Yesus --bahkan ia disebut sebagai murid yang dikasihi.Namun demikian, Yohanes  menyadari bahwa tulisannya itu hanyalah catatan pendek dan singkat  atas pelayanan Yesus. Dan, andaikan ia punya waktu untuk menuliskan  semuanya, ia pun mengakui bahwa "jikalau semuanya itu harus  dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu" (ay. 25). Pernyataan ini tepat dan  memuat kebenaran. Ini bentuk pujian yang layak mengenai  perbuatan-Nya, Sang Firman Allah, di dunia.

Media tulisan adalah salah satu media yang sangat efektif dalam menjangkau dunia bagi Kristus. Tak selalu harus berupa buku; kini  tersedia media online yang memungkinkan perluasan penyebaran pesan lewat tulisan. Siapa saja dapat mengambil bagian, menjadi saksi  tentang Yesus dan karya-karya-Nya. Kita dapat memaksimalkan penggunaan media itu untuk memenuhi dunia ini dengan kebesaran dan  kebenaran Kristus. --Sunandar

DUNIA TAK DAPAT MENAMPUNG BANYAKNYA KISAH TENTANG YESUS DI DUNIA, MAKA TERUSLAH MENCERITAKAN-NYA SEPANJANG USIA.

Sumber : Renungan Harian

Diremehkan

PERLU KEBERANIAN
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu. (1 Samuel 17:37a)

Pengalaman Anda apa? Itulah pertanyaan yang sering diajukan kepada calon karyawan pada suatu instansi. Kemampuan seseorang biasanya bisa diukur dari pengalaman yang ia miliki. Orang yang lebih dewasa biasanya juga memiliki pengalaman lebih banyak daripada orang yang  lebih muda. Apakah hal ini juga berlaku dalam pelayanan?

Daud pernah diremehkan kemampuannya ketika berada di medan peperangan. Ia hanya seorang gembala domba, masih muda, dan tidak  memiliki pengalaman perang (ay. 28, 33). Daud dianggap tidak cocok berada di medan peperangan. Ia bukan orang yang sepadan untuk  menghadapi Goliat karena ia kalah pengalaman. Jika para prajurit yang terlatih itu saja ketakutan, bagaimana mungkin ia berani menghadapinya (ay. 24)? Akan tetapi, Daud menganggap pengalamannya  menggembalakan domba cukup untuk menghadapi Goliat (ay. 34-36).   Dalam pengalaman itu ia menyaksikan kuasa Allah yang membangkitkan keberaniannya. Begitulah. Ia tidak maju berperang dengan keberanian yang membabi buta, melainkan dengan disertai keyakinan akan penyertaan Allah, yang akan membela umat pilihan-Nya (ay. 36).

Apakah Anda merasa masih muda dan miskin pengalaman? Jangan takut mengambil bagian dalam pelayanan. Pengalaman pelayanan memang berguna, tetapi ada kalanya pengalaman saja tidak cukup. Jika Tuhan  memanggil kita untuk melayani, Dia akan menyertai dan memperlengkapi kita. Tuhan dapat memakai siapa saja yang bersedia mengandalkan  kuasa-Nya. Dia akan memampukan orang itu untuk melaksanakan tugas-Nya. --Yakobus Budi Prasojo

PADA SAAT TANTANGAN DI SEKITAR KITA MEMBANGKITKAN KETAKUTAN, PENYERTAAN TUHAN AKAN MEMBANGKITKAN KEBERANIAN DALAM HATI KITA.

Sumber : Renungan Harian

Penyertaan Tuhan

PERENCANAAN ORANG PERCAYA
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu. (Yakobus 4:15)

Semua orang melakukan perencanaan, namun tidak semua orang mampu menyusun rencana secara efektif. Kita pun kerap mendengar perkataan ini, "Gagal merencanakan adalah merencanakan untuk gagal." Perencanaan, dengan demikian, persoalan yang penting. Bagaimana hal ini dipandang dalam iman Kristen?

Yakobus mencontohkan perencanaan seorang pedagang yang congkak. Pernyataan pedagang itu menyatakan bahwa ia berkuasa akan hari esok, perjalanan, bahkan laba yang akan ia dapatkan (ay. 13). Masalah  utamanya: ia tidak sadar akan kefanaan manusia. "Uap" menggambarkan sesuatu yang tidak tinggal tetap, melainkan hanya hadir dalam  hitungan detik, dan selanjutnya tidak kelihatan lagi. Maksudnya, kehidupan manusia itu datang dan pergi secara tidak terduga. Ada  yang terlihat sehat, ternyata esoknya meninggal; ada yang  sakitsakitan, namun ajal tidak kunjung menjemput. Jadi, kita tidak dapat menyusun rencana secara congkak. Dalam terjemahan Alkitab  versi Raja James, kecongkakan semacam itu dikecam sebagai "kejahatan" (ay. 16).

Mungkin kita berpikir bahwa kemampuan dan pengalaman yang kita miliki akan memungkinkan kita meraih sukses dalam pekerjaan dan  mengalami taraf hidup yang lebih baik. Tetapi, bagaimanakah sikap kita bila perencanaan kita gagal? Apakah kita sambil  bersungut-sungut berkata, "Okelah, Tuhan, jadilah kehendak-Mu" ataukah dengan lega dan secara sadar kita berkata, "Jadilah kehendak-Mu"? Hal itu menunjukkan apakah kita memperhitungkan Allah dalam perencanaan kita atau tidak. --Vincent Tanzil

MENYUSUN RENCANA DALAM IMAN BERARTI MENYUSUN RENCANA DENGAN MENGANDALKAN PENYERTAAN TUHAN.

Sumber : Renungan Harian

Belajar Arif

TIADA ULANGAN WAKTU
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif... (Efesus 5:15)

Kebanyakan arloji berbentuk bulat. Akibatnya, sebagian orang berpikir bahwa waktu itu terus berulang seperti jarum jam yang berputar pada sumbunya. Padahal, waktu berjalan seperti garis lurus, dan tidak pernah kembali ke titik yang sudah dilewatinya. Pukul  09.00 hari ini tentu berbeda dari pukul 09.00 kemarin, berbeda lagi dari pukul 09.00 besok. Kita tidak pernah dapat mengulangi waktu  yang sudah berlalu, bahkan satu detik sekalipun.

Di dunia ini semakin banyak kesempatan untuk berbuat dosa: kebiasan bergosip, mengakses pornografi di internet, mabuk, dan sebagainya--hal-hal yang bahkan menyebutkannya saja sudah memalukan (ay.12-15). Kita diperintahkan untuk tidak ikut melibatkan diri di  dalamnya (ay. 11). Kita perlu bersikap bijaksana, supaya tidak terhanyut oleh arus, mengikuti perbuatan orang yang tidak taat  kepada Tuhan. Kita perlu mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita, dan kemudian mempergunakan setiap waktu yang ada untuk mewujudkan  kehendak-Nya tersebut (ay. 16-17). Dengan demikian kita mempertanggungjawabkan waktu yang Tuhan karuniakan kepada kita.

Kita dapat memeriksa dengan jujur kebiasan kita selama ini dalam mempergunakan waktu. Seberapa banyak yang kita lakukan untuk hal  produktif yang berguna baik bagi diri sendiri maupun sesama? Masihkah ada waktu yang kita gunakan untuk hal yang sia-sia, yang  mungkin nikmat saat dilakukan, tapi menyisakan penyesalan sesudahnya? Ingatlah, waktu tidak dapat diulang; hargailah setiap  detik yang kita alami. --Ulbrits Siahaan

WAKTU ITU SEPERTI PISAU BERMATA DUA, DAPAT DIPAKAI UNTUK MENYUKAKAN  ATAU  MENDUKAKAN HATI TUHAN.

Sumber : Renungan Harian

Sadar

SELUMBAR
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3, TB)

Selumbar, atau dalam bahasa Yunaninya karfos, serumpun dengan kata kerja karfo "menjadi kering". Kata benda ini berarti tampuk, tangkai  atau ranting kecil dan kering, serpihan jerami kecil, atau sehelai rambut atau bulu, yang mungkin terbang dan masuk ke mata. Secara kiasan kata itu dipakai Yesus untuk mengartikan kesalahan yang  kecil. Lawannya adalah balok, kiasan untuk kesalahan besar yang  mencolok.

Yesus mengecam kebiasaan mencela kesalahan orang lain sementara mengabaikan kesalahan diri sendiri. Orang percaya perlu tunduk kepada standar kebenaran Allah sebelum berusaha untuk meneliti dan memengaruhi perilaku orang Kristen lain (ay. 3-5). Menghakimi dengan cara yang tidak adil mencakup mengecam seseorang yang berbuat salah,  tanpa keinginan untuk melihat orang itu kembali kepada Allah dan jalan-Nya. Kita mengecam tanpa menawarkan solusi.

Baik dilakukan secara sadar maupun tidak, tindakan menghakimi lumrah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang dengan mudah melihat  kesalahan orang lain, bahkan kesalahan yang sangat kecil seperti selumbar sekalipun. Sebaliknya, orang itu tidak menyadari kesalahan  besar atau balok di dalam dirinya. Firman Tuhan mendorong kita untuk  terlebih dahulu mengeluarkan balok tersebut. Artinya, menyadari  kesalahan kita dan meminta anugerah Tuhan agar mampu meninggalkannya. Dengan demikian, kita diperlengkapi untuk menolong  orang lain mengatasi kesalahannya, mengeluarkan selumbar dari matanya, dengan sikap yang lemah lembut, bukan menghakimi. --Wahyu Barmanto

KETIKA KITA MENYADARI KELEMAHAN DIRI, KITA TIDAK AKAN MENGHAKIMI KESALAHAN ORANG LAIN.

Sumber : Renungan Harian

Malas

RUMAH SAMPAH
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Lepaskanlah dirimu seperti kijang dari pada tangkapan, seperti burung dari pada tangan pemikat. (Amsal 6:5)

Terperangah saya menyaksikan acara TV itu. Kru sengaja mendatangi rumah-rumah yang penghuninya tidak pernah membersihkan rumah dan membuang barang. Akibatnya rumah mereka begitu jorok, penuh tumpukan barang, sehingga sukar menemukan celah untuk berjalan. Orang harus melangkah di sela-sela timbunan barang. Udara pengap. Penuh bau tak  sedap. Suasana gelap. Jauh dari kewajaran hidup yang sehat. Rumah dan sampah menyatu. Celakanya, si penghuni seolah dibuat lumpuh tak  berdaya untuk memperbaiki keadaan.

Amsal 6:4-11 mengulas satu topik saja: kemalasan. Ini adalah sumber dari banyak kesusahan hidup yang mampu menyudutkan seseorang pada ketidakberdayaan yang melumpuhkan (ay. 11). Hal itu tidak terjadi dalam sekejap mata, melainkan ada prosesnya. Awalnya keengganan untuk bangun pada waktunya (ay. 4, 10). Artinya, selalu menunda. Nanti saja. Karena "dipelihara" sebagai kebiasaan, kemalasan bertumpuk. Jadi kian parah dan susah dilawan. Orang terjerat olehnya. Maka, hindarilah kemalasan sebelum ia menjadi "perangkap"  (ay. 4).

Kebiasaan bermalas-malas tak boleh dibiarkan. Harus dilawan sedini mungkin. Jika terlanjur mendarah-daging, sangat sulit melawannya.  "Pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak" seru penulis Amsal. Artinya, kita perlu segera menggantinya dengan  kebiasaan yang berlawanan, dengan belajar memerintah diri sendiri agar tidak menunda pekerjaan (ay. 7-8). Ya, belajar menyelesaikan  pada hari ini tugas yang dapat diselesaikan hari ini. --Pipi A

TIDAK ADA JALUR ALTERNATIF DALAM IMAN SELAIN PERCAYA KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS.

Sumber : Renungan Harian

Pengharapan

MENDERITA DENGAN TEKUN
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (Roma 8:25)

Victor Frankl, tawanan Nazi pada Perang Dunia II, menyatakan bahwa manusia dapat bertahan menghadapi apa pun, kecuali jika harus hidup tanpa pengharapan. Pengharapan itulah yang ditawarkan iman Kristen. Menjadi pengikut  Kristus bukanlah resep untuk hidup makmur atau nyaman di negara ini. Malah sebaliknya. Untuk beribadah atau membangun tempat ibadah saja  orang percaya kerap mendapatkan rintangan. Pernah saya melayani di satu daerah yang melarang gereja memasang lambang salib. Orang  Kristen juga tidak kebal terhadap penderitaan dan dan bencana. Lalu,mengapa mau menjadi orang Kristen? Paulus menjawab: pengharapan.

Ketika manusia jatuh dalam dosa, dunia ikut terkena imbasnya, menjadi rusak dan cemar. Segenap ciptaan turut mengeluh karena  mereka tidak seindah yang seharusnya. Saat ini, mereka yang percaya kepada Kristus mendapatkan keselamatan, namun keselamatan tersebut  belum mencapai puncak kemuliaannya, yang akan terjadi ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Kemuliaan yang menanti kita ketika  berjumpa dengan Tuhan Yesus itu amat besar sehingga, dibandingkan dengan hal itu, penderitaan kita hari-hari ini "ringan" saja. Itulah  pengharapan yang menanti kita.

Adakah kita dihina karena nama Kristus? Adakah kita menderita hingga mengeluh sama seperti dunia ini? Godaan terbesarnya adalah untuk menyalahkan Tuhan. Namun, pengharapan kita sudah bersauh di tempat yang benar. Berpeganglah pada pengharapan tersebut di tengah  penderitaan dan tantangan hidup! --Vincent Tanzil

PENGHARAPAN ADALAH SAUH BAGI JIWA DI TENGAH BADAI KESENGSARAAN.

Sumber : Renungan Harian

Kebaikan Tuhan

KESAKSIAN TUKANG PIJAT
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. (2 Timotius 1:8)

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Bu Retno membantu suaminya dengan bekerja sebagai tukang pijat. Sambil memijat, Bu Retno suka  menceritakan pengalaman pribadinya dalam mengikuti Tuhan. Saya mengetahui kisahnya dari salah seorang pelanggan yang sangat terkesan oleh antusiasme Bu Retno saat bersaksi tentang kebaikan Tuhan. Sungguh mengharukan dan mengagumkan. Sebagai tukang pijat, Bu Retno memiliki hati seorang murid Kristus yang tidak malu untuk bercerita tentang kebaikan Tuhan.

Paulus mengingatkan kepada Timotius untuk tidak malu bersaksi tentang Tuhan. Penekanannya adalah bersaksi tentang kebaikan Tuhan.  Tentang karya keselamatan-Nya. Tentang keterlibatan Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan memberikan kekuatan yang memampukan setiap  orang melewati segala macam keadaan. Dengan demikian, setiap orang  tentu memiliki pengalaman akan pekerjaan Tuhan dalam hidupnya. Itulah bekal kesaksian kita. Fokusnya pada kebaikan Tuhan, bukan kehebatan diri kita.

Sebagai pengikut Kristus, kita dapat menjadi saksi di lingkungan  masing-masing, apa pun pekerjaan yang kita geluti. Kesaksian kita akan semakin efektif ketika didukung tindakan yang mencerminkan kebenaran firman Tuhan. Sederhananya, sebagai saksi Kristus, kita  perlu menjadi pelaku firman Tuhan, mewujudkan kabar baik yang kita sampaikan. Kesaksian yang demikian kiranya menjadi berkat bagi  banyak orang. Melalui kesaksian itu, kiranya semakin banyak orang yang menyadari kebaikan Tuhan dan menyambut karya keselamatan-Nya.  --Wahyu Barmanto

KESAKSIAN YANG EFEKTIF BERFOKUS PADA KEBAIKAN TUHAN, BUKAN PADA KEHEBATAN PRIBADI KITA.

Sumber : Renungan Harian

Keselamatan

PAKAI "SABUN"-NYA
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. (Roma 3:25)

Dalam sebuah acara TV, seorang ateis menantang Reinhard Bonnke: "Kisah tentang darah Yesus sudah diberitakan selama 2.000 tahun, dan jika memang ada kuasa dalam darah itu, seperti kata Anda, tentunya keadaan dunia tidak akan sejahat sekarang ini." Oleh hikmat Tuhan, Bonnke—penginjil ternama itu—menjawab, "Tuan, di dunia ini ada banyak pabrik sabun, tetapi masih saja ada banyak orang yang bertubuh kotor. Sabun tidak akan membersihkan, jika ia tidak dipakai. Bahkan para pekerja pabrik sabun juga tak akan menjadi bersih, jika mereka tak memakainya. Jadi, pakailah. Mandilah dengan sabun. Serupa dengan itu, Anda harus mengizinkan darah Yesus membasuh hidup Anda yang berdosa, baru Anda akan dapat bernyanyi, ‘Ada kuasa di dalam darah-Nya!’"

Benar, keadaaan manusia berdosa sangatlah mengenaskan. Tak ada seorang pun yang benar (ay. 10). Tak ada yang mencari Allah (ay. 11). Tak ada yang berbuat baik (ay. 12). Mulut mereka menipu dan penuh sumpah serapah (ay. 13, 14). Mereka menumpahkan darah (ay. 15). Mereka tidak mau berdamai (ay. 17). Mereka tidak takut akan Allah (ay. 18). Siapa yang tidak gerah melihat kondisi semacam ini? Seolah-olah tak ada lagi harapan.

Namun, Allah menyediakan jalan ajaib di tengah kondisi putus asa tersebut: "yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya" (ay. 22). Perhatikan bagian terakhir: bagi semua orang yang percaya. Bagian Allah adalah menyediakan penebusan. Bagian kita adalah menerima dan mengimani penebusan-Nya itu! --Agustina Wijayani

SEPERTI SABUN YANG AKAN BERFUNGSI KETIKA DIPAKAI, BEGITU JUGA KESELAMATAN DITERIMA KETIKA KITA BERIMAN.

Sumber : Renungan Harian

Perlu Waktu

RENDANG INSTAN
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu... Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun... (Kejadian 40:23, 41:1)

Di supermarket mudah kita jumpai aneka bumbu masak instan. Saya pernah mencoba beberapa di antaranya, termasuk bumbu rendang instan kesukaan saya. Mudah dan cepat! Hasilnya pun tampak lezat. Tetapi  ketika disantap, ada yang berbeda dari rendang yang disiapkan secara tradisional. Entah mengapa. Mungkin proses panjang mengolah bumbu  rendang memang kunci lezatnya rendang yang asli.

Banyak hal dalam hidup kita juga tidak bisa dicapai secara instan.  Diperlukan waktu dan proses yang cukup untuk membuahkan hasil yang  optimal. Itulah yang kita lihat dari penggalan hidup Yusuf yang kita baca hari ini.

Yusuf dilantik sebagai pejabat tinggi Mesir setelah berhasil mengartikan mimpi Firaun. Hal itu terjadi setelah juru minuman raja yang pernah ditolongnya membawanya kepada Firaun. Nah, peristiwa ini baru terjadi dua tahun setelah Yusuf memberikan pertolongan itu. Dua  tahun! Tetapi, kalau kita pikirkan lagi, waktunya tepat sekali, bukan? Jika Yusuf dibebaskan lebih awal, ia mungkin tidak  berkesempatan untuk mengartikan mimpi Firaun dan menjadi pejabat tinggi Mesir. Secara karakter juga mungkin ia belum siap. Waktu  Tuhan memang sempurna.

Dalam hidup ini kita harus belajar untuk tidak selalu terburuburu. Bagi kita, lebih cepat, lebih baik. Tetapi, bagi Tuhan, sering kali lebih baik ditahan dulu sampai waktunya tepat. Ini karena, berbeda dari kita, Tuhan mengetahui masa depan. Dia tahu rencana besar-Nya.  Karena itu, kalau Tuhan meminta kita untuk menunggu, sabarlah. Tunggu waktu-Nya. --Alison Subiantoro

WAKTU TUHAN TIDAK SELALU SAMA DENGAN WAKTU KITA, TAPI WAKTU TUHAN SELALU TEPAT BAGI KITA.

Sumber : Renungan Harian

Hidup Yang Berbeda

Manusia Lama dan Manusia Baru
Oleh : Gilbert Lumoindong

Menjadi Kristen bukan sekedar memiliki sebuah agama, sebab kekristenan merupakan perubahan hidup. Ketika menjadi Kristen, kita akan diubahkan Tuhan dari manusia lama yang penuh dosa menjadi manusia baru di dalam Kristus. Paulus secara terperinci menjelaskan bagaimana itu manusia lama dan manusia baru. Berikut inilah perbedaannya :

MANUSIA LAMA

Pengertiannya Gelap Efesus 4:18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Maksudnya adalah hidup tanpa kepastian, tidak berjalan dalam hikmat dan pengertian ilahi. Oleh karena itu tindakan dan masa depannya pun gelap.

Hidup Jauh Efesus 4:18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Artinya adalah hidup yang jauh dari Tuhan, tidak memiliki damai sejahtera dan jalan sorga. Yang dipikirkan hanya kesenangan diri sendiri, tidak memikirkan bagaimana nasibnya di kehidupan yang akan datang, apalagi tentang keselamatan.

Bodoh dan Degil Efesus 4:18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Seorang yang bodoh adalah seorang yang sengaja menghancurkan dirinya sendiri. Berpikir pendek, gampang untuk menghancurkan diri dan masa depan hidupnya, dan banyak orang Kristen yang sudah bertobat namun masih bodoh dan degil, mudah terjerumus dalam dosa.

Perasaannya Tumpul Efesus 4:18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Orang seperti ini bisa saja berada di gereja tapi karena perasaannya sudah tumpul ia tidak bisa lagi menerima kebenaran Firman Tuhan. Mungkin ia mengerti Firman, tetapi semuanya tidak ada artinya karena memang perasaannya sudah tumpul. Firman Tuhan itu sama sekali tidak mempengaruhi hidupnya, ia tetap saja hidup secara duniawi, secara daging, dan dalam dosa.

MANUSIA BARU

Belajar dan Mendengar Efesus 4:20-21 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,

Setelah lahir baru bukan otomatis sudah sempurna, tetapi kita masih harus belajar. Belajar untuk sabar, mengasihi, mengampuni, setia, belajar mendengar perintah Tuhan sehingga kita menjadi serupa dengan Kristus.

Menerima Efesus 4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,

Banyak orang hanya bisa menuntut dan sukar untuk menerima dan bersyukur. Sebagai manusia baru dalam Kristus, kita harus mau mengampuni, menerima  dan bersyukur dalam segala hal. Orang yang mau menerima akan selalu dipuaskan, tetapi orang yang suka menuntut akan kecewa dan akhirnya memberontak.

Harus Menanggalkan Efesus 4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,

Setiap orang yang datang kepada Yesus, harus menanggalkan manusia lama. Jika tidak akan membahayakan hidupnya. Yang harus ditanggalkan adalah hal-hal yang menghambat berkat, mujizat, kasih, dan anugerah Tuhan seperti ketidaksabaran, ketidaktaatan, kesombongan, dan pikiran duniawi.

Diperbaharui Efesus 4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,

Seorang manusia baru akan diperbaharui di dalam roh dan pikirannya. Hidup kekristenan tidak sekedar diperbaiki tetapi diperbaharui Tuhan.

Setelah kita mengetahui lebih lengkap tentang manusia lama dan manusia baru, kita harus mengaplikasikannya dalam hidup kita. Tanyakan pada diri sendiri, apakah kita masih manusia lama? Jika iya, maka kita harus berubah menjadi manusia baru. Jika tidak, maka kita harus terus melatih tubuh kita, sama seperti Paulus, agar kita serupa dengan-Nya.

Popular Posts