Menikah Tanpa Keluar Uang
Siapa pun tahu bahwa menikah itu pasti memakan banyak biaya. Baik itu pesta besar ataupun hanya sekedar pesta kecil/keluarga. Tapi, saya menikah tanpa keluar uang. Bagaimana hal itu terjadi? Saya ingin sharing apa yang telah saya lakukan dan alami.
Ketika itu bulan November 1994. Saya dan pacar saya sudah pacaran lebih dari 5 tahun. Kami sebenarnya hanya iseng2 saja ke King Photo untuk menanyakan berapa harga sewa baju pengantin. Ketika itu harganya sekitar 3 juta untuk sewa baju pengantin dan foto studio. Baju pengantin wanita yang kami pilih ternyata baru sekali dipakai. Dan kami melihat bagus modelnya. Pacar saya senang sekali ketika mencobanya. King Photo mengatakan bahwa baju tsb bisa dipinjamkan untuk bulan Desember.
Dan secara iseng pula, saya pergi ke restoran Nusantara di Duta Merlin menanyakan perihal pesta makan meja. Karena kami pikir itu jauh lebih hemat dibandingkan dengan pesta prasmanan. Maklumlah kami memang tidak berniat mengundang banyak orang.
Secara iseng pula, kami menanyakan apakah bulan Desember ada tempat? Dan pihak restoran balik bertanya tanggal berapa? Saat itu kami hanya berpikir bahwa pesta pernikahan paling jarang diselenggarakan hari Sabtu. Maka kami melihat kalendar bulan Desember dan mata kami tertuju pada suatu tanggal yang mudah diingat yakni tanggal 17, tanggal kemerdekaan Indonesia. Maka kami katakan tgl 17 Desember. Dan pihak restoran memastikan bahwa tgl 17 Desember masih kosong.
Entah mengapa ada dorongan untuk menyetujui tanggal tersebut. Dan kami pun membuat surat perjanjian dan untuk down payment, saya menggesek kartu Diners Club saya. Kami kemudian menelpon King Photo untuk mengkonfirmasi peminjaman baju pengantin untuk tanggal 17 Desember.
Ketika pulang, kami berdua mengatakan rencana kami pada orangtua kami. Dan pihak orangtua yang sudah mengenal kami berdua tidak menolak rencana kami. Cuman mereka bilang mengapa harus begitu cepat dan tidak berunding dengan mereka dulu? Kami mengatakan bahwa kami mencoba berdiri sendiri tanpa menyusahkan orangtua dalam penikahan kami.
Maka mulailah kami mengadakan persiapan penikahan yang berjarak hanya 1 bulan. Dari persiapan melamar hingga undangan untuk pernikahan kami. Ya, memang terasa sangat padat, tapi justeru menyenangkan karena dengan demikian kita bisa terpacu untuk berbuat lebih cepat dan lebih tepat.
Singkat cerita, kami berhasil menikah pada tanggal 17 Desember 1994. Dan ketika kami harus membayar semua biaya, ternyata uang yang kami peroleh dari tamu-tamu yang kami undang tidak kurang sesen pun. Sungguh Tuhan luar biasa. Saya sendiri sempat kuatir bagaimana membayar tagihan kartu kami jika uang yang kami dapatkan kurang.
Hal lain yang mengejutkan ialah kami bisa melakukan akad nikah di Pondok Puteri Duyung dengan menyewa dua tempat di sana. Satu untuk keluarga saya dan satu lagi untuk keluarga isteri saya.
Memang hidup di dalam iman pada Tuhan Yesus sungguh penuh hal-hal yang mustahil/tidak masuk diakal.
Deny S Pamudji