Friday, October 31, 2008

Yoo Ye Eun

Pianis Buta Usia Lima Tahun Gegerkan Dunia
Dari Kompas.Com

SEOUL, SELASA -Ratusan penonton berlinang air mata saat seorang bocah perempuan tampil memainkan piano. Saat itu jemari mungilnya memainkan Fur Elise, komposisi karya Beethoven. Yang membuat penonton terharu bukan karena lirik lagu itu, melainkan karena penampilan pianisnya, Yoo Ye-eun. Warga Korea yang baru berumur lima tahun itu ternyata buta sejak lahir.

Yoo memang bocah ajaib. Dalam usia balita dia telah menggegerkan dunia musik. Yoo bisa memainkan karya-karya komponis besar seperti Mozart, Chopin, dan Beethoven, ditambah lagu-lagu pop masa kini. Yang lebih mengagumkan, Yoo tak perlu lama mempelajari lagu-lagu klasik yang terbilang sulit. Sekali dengar, dia bisa membawakan lagu itu dengan sempurna.

“Bagaimana mungkin?” tanya seorang pembawa acara Star King, sebuah acara adu bakat terkenal di Korea. “Benar-benar mengagumkan,” tambahnya.

Program televisi itu menobatkannya menjadi pemenang. Bocah itu mendapatkan hadiah pertama sebesar 1 juta won (Rp 9,1 miliar). Sejak itu dia mendapat julukan 'jenius Mozart berumur lima tahun'. “Dia bisa memainkan sebuah lagu dengan piano hanya dengan mendengarkannya sekali,” kata Park Jung Soon, ibu angkatnya. Park mengetahui bakat putrinya itu dua tahun lalu.

Ketika itu dia menyanyikan sebuah lagu pop. Saat itu Yoo Ye-eun yang baru berumur tiga tahun mengiringinya dengan piano pinjaman. “Nadanya sangat sempurna meski dia belum pernah belajar piano. Kami tidak pernah mengajarinya,” kenang Park.

Keajaiban bocah itu tertutup rapat selama dua tahun. Namun, nama bocah buta itu langsung melejit, terutama melalui internet. Permainan pianonya di Star King dikirimkan ke Pandora TV, sebuat situs internet Korea. Yang melihatnya lewat situs YouTube mencapai 2 juta orang.

Sejak itu, Yoo Ye-eun berkeliling dunia. Dia tampil di Los Angeles, September tahun lalu. Pertunjukannya itu merupakan bagian dari festival Hari Korea. Sebuah televisi Tokyo pun telah mengirimkan undangan. Bocah itu bahkan sudah punya sponsor khusus, seorang bos dari perusahaan konstruksi di Dubai yang melihat penampilannya melalui Star King.

Pekan lalu, Yoo memainkan karya Chopin di hadapan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Pada hari yang sama, dia mengiringi paduan suara sekolah yang membawakan lagu tradisional Singapura tanpa mendengar lagu itu sebelumnya.

Tampaknya musik menjadi terapi untuk mengobati masa lalunya yang penuh tragedi. Bocah itu ditinggalkan orangtuanya sejak lahir. Yoo Ye-eun diadopsi oleh Yoo Chang Yoo dan istrinya, Park Jung Soon. Ayah angkatnya itu harus duduk di kursi roda akibat sebuah kecelakaan. “Kami tak pernah mendapat kesulitan untuk membesarkannya,” kata pasangan Yoo dan Park kepada majalah Woman Donga.

Park membawa putrinya ke Star King karena dia ingin Yoo Ye-eun bisa bermain untuk orang banyak. Namun, dia tak pernah membayangkan reaksi luar biasa dari para pendengar permainan putrinya itu. Saat diperkenalkan di atas panggung, penonton bisa mendengar suara bocah itu bertanya, "Di mana pianonya." Sorot lampu panggung lantas menunjukkan seorang bocah mungil mencari kursi piano.

Begitu lagu You Were Born to be Loved mengalun, penonton langsung berurai airmata. Terlebih mereka bisa melihat jari-jari mungil Yoo Ye-eun meraba tuts piano. Berita keajaiban itu terus menyebar. Tawaran bantuan keuangan pun membanjir. Beberapa dokter menawarkan operasi untuk memulihkan penglihatannya. Namun, mereka gagal. Yoo Ye-eun tetap buta.

Simak lirik yang dinyanyikan Ye Un (klik disini untuk lihat filmnya)

You were born to be loved (Kamu dilahirkan utk dicintai)
And you are receiving that love through your life (Dan kamu dapatkan cinta itu sepanjang hidupmu)
You were born to be loved (Kamu dilahirkan utk dicintai)
And you are receiving that love through your life (Dan kamu dapatkan cinta itu sepanjang hidupmu)
The love from God that started since the beginning of your birth (Cinta Tuhan mulai pada saat kamu dilahirkan)
Becomes connected with us meeting each other (Dan terhubung pada saat kita bertemu dengan orang lain)
You were born to be loved (Kamu dilahirkan utk dicintai)
And you are receiving that love through your life (Dan kamu dapatkan cinta itu sepanjang hidupmu)

Diterjemahkan oleh : Deny S Pamudji

Yoo Ye Eun

Yoo Ye Eun
From Wikipedia, the free encyclopedia

Click here to see the film.

Yoo Ye Eun (New Mozart) is a 5 year old prodigy (as of 2008) in piano from South Korea. She was born and has never had any formal piano lesson, but can play songs just by listening to it once. She has been playing piano since the age of three, after listening to her mother sing. Since then, she has been “learning” songs by listening to music on the computer.

Yoo Ye Eun is also an adoptee. She has performed with Britain's Got Talent's Connie Talbot in a South Korean TV show called "Star King".

Ye Eun with veteran Singaporean singer Rahimah Rahim performed for Singapore Prime Minister Lee Hsien Loong at the Young Women Muslim Association’s 55th anniversary celebrations on July 4 2008 before heading home the next day.

When asked what she wanted to be when she grows up, the nursery school student replied: "pianist. A great pianist."

Please meditate the song lyrics sang by Ye Un below :

You were born to be loved
And you are receiving that love through your life
You were born to be loved
And you are receiving that love through your life
The love from God that started since the beginning of your birth
Becomes connected with us meeting each other
You were born to be loved
And you are receiving that love through your life

Memaafkan

Memaafkan (Markus 11:25-26)

Memaafkan / memberi maaf mungkin suatu perkataan yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Kita boleh jadi sudah bertahun2 menjadi kristen atau hidup baru, tetapi belum sepenuhnya dapat memaafkan. Apalagi terhadap orang yang telah membuat kita sakit hati / luka batin.

Ketika saya masih seorang buddhis, saya diajarkan untuk 'melawan' kebencian (dosa) dengan cinta kasih (metta) - Dhammapada 223. Jadi saya berusaha mengisi pikiran saya dengan hal2 positif agar bisa memaafkan orang lain. Suatu usaha yang tidak selalu berhasil untuk saya kerjakan.

Sesudah saya bertobat, saya merasa lebih mudah memaafkan karena saya berpikiran jika Allah sudah memaafkan saya sepenuhnya dan melepaskan saya dari hukuman yang semestinya saya terima karena dosa dan kesalahan saya, mengapa pula saya tidak bisa memaafkan orang yang berbuat salah pada saya?

Lagipula, mana bisa kita meminta maaf pada Allah, jika kita tidak memberi maaf orang lain yang bersalah pada kita? (Mat. 5:44-48, 6:12)

Salam kasih, Deny S Pamudji

Thursday, October 30, 2008

Sombong Rohani

Sombong Rohani (Lukas 13 : 22-29)

Ini merupakan penyakit yang paling sering dimiliki oleh orang2 yang merasa telah melayani Tuhan. Orang yang sombong rohani cirinya sering menghina orang lain, menghakimi, dan mencela apa saja dari orang tersebut. Dia merasa hanya dirinyalah yang paling tahu dan paling pintar. Dan yang parah, dia merasa PASTI masuk sorga walaupun jelas2 segala tindakannya tidak menunjukkan dirinya mempunyai Roh yang penuh kasih.

Yesus mengatakan pintu masuk itu sesak. Artinya tidak mudah untuk masuk dalam Kerajaan Tuhan. Perlu usaha dan perjuangan dan bukan seenaknya berpendapat "Ah, saya sudah terima Yesus dan melayani-Nya, tentu saya dapat prioritas untuk masuk sorga."

Sayang sekali jika pendapat seperti itu masih dipegang oleh banyak umat Tuhan hingga detik ini karena banyaknya dogma2 yang hanya berpegang pada satu ayat saja. Bahkan ada yang mengatakan kita bebas berbuat apa saja setelah menerima Yesus karena Yesus sudah menanggung semuanya. Benarkah semua itu?

Yang jelas kesombongan rohani hanya akan menutup rohani kita pada kebenaran yang sesungguhnya.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Wednesday, October 29, 2008

Tidak Berterima Kasih

Tidak Berterima Kasih (Lukas 17:11-19)

Ada sepuluh orang kusta yang rupa2-nya sudah mendengar kuasa Yesus dalam menyembuhkan. Dan kesepuluh orang kusta tersebut juga berupaya menemui Yesus. Dan terakhir bertemulah mereka dengan-Nya. Dengan jarak yang agak jauh (karena orang kusta dinajiskan dalam kehidupan dan harus mengasingkan diri serta menjaga jarak dengan orang lain) mereka berteriak pada Yesus untuk mengasihani (menyembuhkan) mereka. Dan Yesus bereaksi dan mengatakan pada mereka untuk memperlihatkan diri mereka pada imam2 (karena imamlah yang menentukan seseorang terkena kusta atau tidak dan imam pula yang menentukan seseorang sudah tahir/sembuh atau belum).

Kesepuluh orang kusta tersebut segera mengerjakan perkataan Yesus. Di sini terlihat semua orang kusta itu mempunyai keyakinan penuh pada Yesus. Dan satu persatu dalam perjalanan mereka menemui imam, mereka disembuhkan. Tetapi diantara kesepuluh orang kusta itu, ada satu yang begitu mengetahui dirinya bebas dari kusta, segera kembali pada Yesus untuk memuliakan Tuhan.

Sepuluh orang kusta bisa jadi menggambarkan banyaknya umat Tuhan atau juga banyaknya permintaan kita pada Tuhan. Sekian banyak perlindungan, kasih karunia, dan berkat Tuhan serta jawaban doa Tuhan pada kita semua, adakah kita kembali kepada-Nya dengan mengucapkan terima kasih? Adakah kita memuliakan Tuhan setelah itu?

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Monday, October 27, 2008

Smith Wigglesworth

Smith Wigglesworth - Rasul Iman Pemberani

Smith dilahirkan tanggal 8 Juni 1859, di satu desa kecil Menston, Yorkshire, Inggris. Kedua orangtuanya John dan Martha Wigglesworth bukan Kristen, tapi berkat bimbingan neneknya yang percaya pada kuasa Allah, Smith muda menemukan pencerahan. Dia sadar akan apa yang telah Yesus kerjakan baginya melalui darahNya dan kebangkitanNya, dan Smith tidak pernah meragukan keselamatannya.

Sejak usia 6 tahun, Smith harus bekerja untuk membantu kehidupan ekonomi keluarganya. Dan sejak seusia itu juga ia telah menjadi penjala jiwa. Orang pertama yang dimenangkannya adalah ibunya sendiri. Ketika Smith berusia 13 tahun, keluarganya pindah ke Bradford dan di tempat baru ini ia aktif melayani di Wesleyan Methodist Church. Meskipun tidak bisa membaca dengan baik, Smith tidak pernah meninggalkan rumah tanpa mengantongi Alkitab Perjanjian Lamanya dan selalu memberitakan Injil kepada siapapun yang ditemuinya.

Ketika berusia 17 tahun, Smith bertemu dengan seseorang yang mengajarinya bisnis pipa ledeng dan sekaligus memberitahukan tentang arti dan pentingnya baptisan air. Tak lama setelah itu iapun dibaptis selam dan tekadnya semakin bulat untuk mengubah jalan siapapun yang dijumpainya. Pekerjaannya sebagai tukang pipa ledeng sangat baik sehingga dengan bekal pengalamannya itu ia memutuskan untuk pergi ke Liverpool. Percaya bahwa Tuhan akan menolongnya dalam segala sesuatu, dan dengan kuasa Allah yang begitu kuat dalam dirinya, Smith mulai melayani anak-anak di Liverpool sambil bekerja. Smith memberitakan Injil kepada mereka. Ratusan orang datang ke tempat Smith dan ia selalu berpuasa sepanjang hari Minggu. Paling sedikit 50 orang diselamatkan setiap kali ia melayani. Bala Keselamatan juga sering mengundang Smith untuk berkhotbah dalam kebaktian mereka, dan ketika ia berkhotbah selalu berdiri dengan hancur hati sambil menangis di hadapan jemaat.

Tahun 1882 Smith menikah dengan Mary Jane Featherstone, seorang hamba Tuhan yang militan. Mereka berdua menyewa sebuah gedung kecil untuk tempat kebaktian dan menamainya “Misi Jalan Bradford”. Setelah menikah selama 30 tahun, pasangan ini memiliki seorang puteri dan empat putera.

Di akhir tahun 1800-an Smith pergi ke Leeds untuk membeli persediaan bagi bisnis pipa ledengnya. Di Leeds dia menghadiri satu kebaktian kesembuhan ilahi dan mengamati berbagai kejadian ajaib yang terjadi. Hatinya begitu tergerak dan mulai mencari orang sakit di Bradford untuk dibawa ke Leeds dan membiayai segala keperluan perjalanan mereka. Sejak itu Smith mulai mengabdikan dirinya dalam pelayanan kesembuhan. Banyak orang telah dibawanya ke Leeds dan disembuhkan Tuhan di sana.

Suatu ketika pemimpin di Wisma Kesembuhan Leeds meminta Smith untuk berkhotbah. Mulanya ia ragu, tapi akhirnya ia tetap melayani. Di akhir khotbahnya, 15 orang maju ke mimbar untuk disembuhkan. Ketika Smith mendoakan seorang laki-laki dengan tongkat penopang di tangannya, orang itu tiba-tiba melompat berkeliling dan disembuhkan saat itu juga. Smith amat sangat terkejut melebihi siapapun juga. Sejak kejadian itu, pintu-pintu pelayanan mulai terbuka bagi Smith. Tidak lama kemudian ia mengadakan kebaktian kesembuhan di gerejanya di Bradford. Pada malam pertama, 12 orang datang minta kesembuhan dan semuanya disembuhkan.

Hari-hari selanjutnya dilewati Smith dengan penuh kesibukan. Rumahnya dibanjiri surat dari seluruh penjuru negeri yang memintanya untuk datang dan mendoakan sakit-penyakit mereka. Di tengah pelayanan yang luar biasa sibuk, bisnis pipa ledengnya mengalami kemunduran sehingga ia memutuskan untuk menutupnya dan memulai pelayanan sepenuh waktu.

Awal tahun 1913 adalah saat kedukaan yang dalam bagi Smith. Isterinya tercinta meninggal dunia karena serangan jantung. Dengan hati hancur, Smith harus merelakannya. Walau begitu pelayanan Smith terus berjalan bahkan kali ini dengan kuasa yang jauh lebih besar. Sejak tahun 1914 ia melayani secara internasional, berkeliling dari satu negara ke negara lain dan ia begitu terkenal di benua Eropa dan Amerika.

Teori Smith dalam hal iman begitu sederhana : Percaya saja! Banyak buku ditulis agar bisa menemukan rahasia kuasa Wigglesworth, namun jawabannya sederhana. Imannya yang besar lahir dari hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam pelayanan kesembuhan, Smith seringkali memakai cara2 yang kurang manusiawi. Seperti menyuruh orang yang kedua pangkal pahanya menderita encok untuk lari, bahkan didorongnya dan mereka berdua berlari mengitari gedung. Tapi kuasa Allah turun atas orang ini dan ia sembuh sama sekali. Metode2 Smith ini sering dikritik orang, tapi ia tidak pernah goyah dan bahkan menaruh belas kasihan pada mereka yang mengkritik. Smith tahu bahwa Tuhan akan menjawab iman, bukan metodenya. Dan hal ini dibuktikannya saat berada di Swiss. Smith menyuruh lebih dari 2,000 orang untuk menumpangkan tangan kepada diri sendiri dan percaya bahwa kesembuhan akan terjadi saat ia berdoa. Dan kesembuhan itu tetap terjadi dengan luar biasa.

Pada tahun 1922, ia pergi ke Selandia Baru dan Australia. Sebagian orang percaya bahwa kebaktian Smith melahirkan gereja2 Pantekosta di sana. Meskipun tinggal hanya beberapa bulan, ribuan orang diselamatkan, disembuhkan, dan dipenuhi Roh Kudus. Australia, dan Selandia Baru mengalami kebangunan rohani terbesar yang pernah mereka lihat.

Berbagai pengalaman kesembuhan ajaib yang terjadi dalam sekejab mata telah disaksikan Smith. Orang matipun berhasil dia bangkitkan karena imannya yang luar biasa. Pada tahun 1930, memasuki usia tujuh puluhan, Smith merasakan sakit yang luar biasa. Ia menderita batu ginjal yang serius dan menurut dokter, hanya operasi yang bisa menyelamatkannya. Tapi ia menjawab, "Dokter, Tuhan yang menciptakan tubuh ini dan Tuhan yang sanggup menyembuhkannya. Tidak ada pisau yang akan menyayat selama saya masih hidup."

Tiap malam Smith harus naik turun ranjangnya, berguling-guling di lantai menahan sakit ketika ia berusaha keras mengeluarkan batu itu. Satu demi satu batu2 kasar itu keluar dan ia harus mengalami hal ini selama 6 tahun. Selama itu, pelayanannya tidak pernah mengendur walau terkadang sakit itu begitu menyiksa. Bahkan pada masa2 itu, ia lebih sering pergi ke Eropa, Afrika Selatan, dan Amerika. Tidak banyak orang tahu tentang ini, dan selama 6 tahun, lebih dari seratus biji batu telah dikeluarkannya dan ia simpan dalam botol kaca.

Smith Wigglesworth berpulang ke pangkuan Bapa pada tanggal 12 Maret 1947. Ia telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan penuh kemenangan. Ia bekerja dengan iman yang berani dan dibakar dengan rasa belas kasihan. Smith sangat mempercayai firman Tuhan dan tergerak oleh belas kasihan pada orang lain, dan paduan dari keduanya menghasilkan mukjizat besar.

- dari berbagai sumber -

Smith Wigglesworth

Smith Wigglesworth
From Wikipedia, the free encyclopedia

Smith Wigglesworth (1859 - 1947), was a religious figure and an important figure in the early history of Pentecostalism.

Smith Wigglesworth was born on June 08, 1859, in Menston, Yorkshire, England, to an impoverished family. In his childhood, Smith worked in the fields pulling turnips alongside his mother. Wigglesworth worked in factories as a small child, during the industrial revolution. During his childhood, he was illiterate.

Nominally a Methodist, he became a born-again Christian at the age of eight, and according to some reports, could help others do the same even at such a young age. His grandmother was a devout Methodist, following the teachings of John Wesley, but his parents, John and Martha, weren't practicing Christians themselves although they took young Smith to Methodist and Anglican churches on regular occasions. He was confirmed by a Bishop in the Church of England, baptized by immersion in the Baptist Church and had the grounding in Bible teaching in the Plymouth Brethren while learning the plumbing trade as an apprentice from a man in the Brethren movement.

Wigglesworth married Polly Featherstone in 1882. At the time of their marriage, Polly was a preacher with the Salvation Army, and had come to the attention of General William Booth. They had one daughter, Alice, and four sons, Seth, Harold, Ernest and George. Polly died in 1913.

Wigglesworth learned to read after he married Polly Featherstone. She taught him to read the Bible. Wigglesworth often stated that the only book he ever read was the Bible. As a preacher, Wigglesworth was quite serious about prayer and studying Scripture. He did not permit newspapers in his home, preferring the Bible to be the only reading material in his home. He spent time at home praying or reading Scripture. According to David du Plessis, Smith Wigglesworth could quote the entire New Testament.

Wigglesworth worked as a plumber, but he abandoned this trade because he was too busy for it after he started preaching. In 1907 Wigglesworth visited Alexander Boddy during the Sunderland Revival, and following a laying-on of hands from Alexander's wife Mary Boddy he experienced speaking in tongues (glossolalia). He worked with the Assemblies of God.

Wigglesworth believed that healing came through faith, and he was flexible about the methods he employed. When he was forbidden to lay hands on audience members by the authorities in Sweden, he instead developed a method of "corporate healing", by which people laid hands on themselves. He also practiced anointing with oil, and the distribution of prayer handkerchiefs (one of which was sent to King George V). Wigglesworth sometimes attributed ill-health to demons.

Wigglesworth ministered at many churches throughout Yorkshire - often at Bethesda Church on the outskirts of Sheffield, where he had many prophecies. In 1939, he prophesied that no man belonging to Bethesda would fall in battle in WWII. He also had an international ministry: as well as Sweden, he ministered in the U.S., Australia, New Zealand, South Africa, the Pacific Islands, India, Ceylon, and several countries in Europe. Some of his sermons were transcribed for Pentecostal magazines, and these were collected into two books: Ever Increasing Faith and Faith that Prevails.

Wigglesworth made a commitment to God that he would not sleep at night before he had won a soul for Christ every day. He claimed that on one occasion he could not sleep because he had not met this commitment, and that he went out into the night and met an alcoholic to whom he spoke and persuaded to become a believer.

Wigglesworth is considered one of the most influential evangelists in the early history of Pentecostalism and is also credited with helping give the movement a large religious audience.

Reportedly, David du Plessis recounted that Wigglesworth prophesied over him that God would pour out his Spirit on the established churches, and that David du Plessis would be greatly involved in it. Later du Plessis was very much involved in the Charismatic movement.

Wigglesworth continued to minister up until the time of his death on March 12, 1947.

Wigglesworth believed that God had cured him of hemorrhoids, and much of his ministry was focused on faith healing. He avoided medical treatment as far as possible, despite suffering from kidney stones in his later years. In his books, Wigglesworth said he refused any surgical procedure, stating that no knife would ever touch his body either in life or death. This was substantiated by a friend, Albert Hibbert, who stated in his book Smith Wigglesworth: The Secret of His Power that no autopsy was ever performed after Wigglesworth's death. Wigglesworth even claimed that God had allowed him to raise several persons from the dead.

Perfect Spouse

Years ago, I asked God to give me a spouse, "You don't own because you didn't ask" God said. Not only I asked for a spouse, but also explained what kind of spouse I wanted. I want a nice, tender, forgiving, passionate, honest, peaceful, generous, understanding, pleasant, warm, intelligent, humorous, attentive, compassionate, and truthful. I even mentioned the physical characteristics I dreamt about.

As time went by I added the required list of my wanted spouse. One night, in my prayer, God talked to my heart :"My servant, I cannot give you what you want"
I asked, "Why God?"
God said, "Because I am God and I am fair. God is the truth and all I do are true and right."
I asked, "God, I don't understand why I cannot have what I ask from you?"
God answered, "I will explain. It is not fair and right for Me to fulfill your demand because I cannot give something that is not your ownself. It is not fair to give someone who is full of love to you if sometimes you are still hostile, or to give you someone generous, but sometimes you can be cruel, or someone forgiving; however, you still hide revenge, someone sensitive; however, you are very insensitive ..."

He then said to me : "It is better for Me to give you someone who I know could grow to have all qualities you are searching rather than to make you waste your time to find someone who already have the qualities you want. Your spouse would be bone from your bone, and flesh from your flesh, and you will see yourself in her and both of you will be one. Marriage is like a school. It is a life-long span education. It is where you and your partner make adjustment and aim not merely to please each other, but to be better human beings, and to make a solid teamwork. I do not give you a perfect partner, because you are not perfect either. I give you a partner with whom you would grow together."

Bone of My Bone, Flesh of My Flesh
Writer : unknown

Friday, October 24, 2008

Pengalaman Kematian

Pengalaman Kematian

Raymond Moody (lahir 30 Juni 1944) adalah seorang psikolog dan dokter. Pada tahun 1975 menerbitkan buku Life After Life yang menceritakan pengalaman kematian dari 150 orang yang dikategorikan mati secara klinis.

Tercatat ada 9 pengalaman yang umum ditemukan pada orang2 tsb. Berikut sembilan pengalaman itu:

1. Suara aneh
Suara yang tidak menyenangkan, suara dering, suara mendesing

2. Perasaan damai dan bebas sakit
Walau seseorang meninggal akibat sakit parah, pada saat dia meninggalkan tubuh, dia akan merasa sehat dan bebas segala penyakit. Begitupun yang lumpuh, dia bisa berjalan sempurna. Kemudian perasaan damai menyertai mereka.

3. Pengalaman keluar dari tubuh
Hampir semua orang yang diteliti mengalami pengalaman keluar dari tubuh mereka. Mereka bisa melihat tubuh mereka yang mati dan juga melihat dokter atau keluarga yang berada disekitar tubuh mati mereka.

4. Pengalaman terowongan
Pengalaman ini dirasakan sebelum tubuh mereka keluar dari tubuh mereka. Mereka merasakan ditarik atau melewati terowongan yang gelap dengan kecepatan tinggi hingga mencapai suatu tempat yang bercahaya putih.

5. Diangkat ke langit
Bagi yang tidak mengalami lewat terowongan, mereka bercerita diangkat ke langit dan merasa berada di luar angkasa sehingga bisa melihat bumi dan alam semesta

6. Orang2 bercahaya
Diujung terowongan (lihat no.4) atau di langit (lihat no.5) mereka akan bertemu dengan makhluk2 yang bercahaya menyambut mereka dan mereka adalah orang2 yang telah mati yang mereka kenal (sahabat mereka atau keluarga mereka yang sudah lama meninggal)

7. 'Makhluk Cahaya'
Dikatakan makhluk karena mereka tidak pernah bisa melihat jelas bentuk makhluk ini. Mereka hanya melihat cahaya yang luar biasa terang (tapi anehnya tidak menyilaukan mata mereka) dan mereka bisa merasakan betapa makhluk cahaya tersebut memancarkan cinta kasih dan kehangatan serta kebahagiaan. Beberapa dari mereka menganggap makhluk tersebut Kristus Yesus karena Yesus mengatakan diri-Nya adalah Terang Dunia (Yohanes 8:12).

Makhluk ini berkomunikasi dengan mereka dengan tanpa mengeluarkan perkataan. Namun mereka dapat menerima perkataan itu. Dan diantara perkataan itu ialah 'Sudah siapkah Sdr mati? Apa yang sudah kamu kerjakan selama ini? Apakah semua itu berarti/berguna untukmu?'

Pada saat yang sama juga mereka menerima pernyataan bahwa mereka belum saatnya mati dan akan dikembalikan pada kehidupan.

8. Pemutaran Ulang
Pada saat bertemu dengan makhluk cahaya, mereka selalu ditunjukan pemutaran ulang semua perbuatan mereka. Bak menonton film 4 dimensi yang memutar balik semua apa yang mereka kerjakan dari lahir hingga mereka 'mati'. Film berputar cepat sekali tetapi tidak membuat mereka pusing menonton. Semua terlihat secara rinci dan mengingatkan mereka pada kebaikan dan kejahatan yang mereka lakukan.

9. Segan Kembali
Karena nikmatnya pertemuan dengan makhluk cahaya ini, mereka semua mengatakan segan untuk kembali hidup. Dan sesuatu terjadi pada diri mereka setelah itu. Pandangan mereka tentang hidup ini berubah dan mereka banyak bercerita tentang pengalaman ini. Perbuatan mereka pun berubah ke arah yang lebih baik.

Disarikan dari buku : Hidup Sesudah Mati (Life After Life) - Raymond A Moody, JR., M.D - Gramedia

Disarikan oleh : Deny S Pamudji

Catatan : Setelah menulis buku ini, Raymond keranjingan untuk meneliti lebih lanjut kehidupan sesudah kematian. Sayangnya Raymond tidak merujuk pada Alkitab, tetapi pada pengajaran2 lain tentang hal itu. Bahkan Raymond mengatakan telah melihat kehidupan dia sebelum kehidupan ini. Raymond juga membuka pusat penelitian paranormal dan mempopulerkan psikomentum yakni suatu upaya membuat seseorang merasakan pengalaman kematian di atas dan juga upaya untuk melihat kehidupan lampau seseorang.

Hati2lah dan jangan sampai mencoba metode Raymond ini. Semua hanya akan membawa pada kesesatan.

Luka-Luka Batin

Luka-Luka Batin

Tanda-tanda Jiwa Yang Terluka
1. Tidak peduli terhadap orang Lain
Mereka hanya ingin dipedulikan

2. Perasaannya terlalu sensitif dan peka
Mereka mudah sekali tersinggung & gampang marah

3. Kurang bisa bergaul
Mereka kaku dalam bergaul sehingga memiliki sangat sedikit sahabat

4. Menjauhkan diri dari pertemuan dengan orang yang masih baru
Mereka sangat berhati2 sekali di dalam berkenalan dengan orang2 yang masih baru

5. Tidak tahu berterima kasih
Mereka tidak suka menolong orang lain dan menganggap pertolongan yang pernah mereka terima sebagai kewajiban orang lain untuk menolong

6. Menyenangi perkara yang sia2
Mereka omong kosong dan yang tidak suci serta suka mengkritik orang lain

7. Sulit mengampuni orang lain
Mereka sukar mengampuni orang lain dan memiliki kebencian tanpa alasan pada orang lain

8. Keras kepala dan tegar tengkuk
Mereka suka bertahan pada pendapat pribadinya walaupun pendapat itu salah

9. Keadaan jiwa labil
Mereka mudah goncang dalam menghadapi sesuatu

10. Senang bergaul dengan teman senasib
Mereka bergaul dengan orang yang mengalami luka batin juga

11. Suka menghakimi orang lain
Mereka suka menunjuk kesalahan orang lain

12. Mudah frustasi dan stress
Mereka gampang putus asa, stress, dan ingin bunuh diri

13. Tidak pernah merasa puas
Mereka merasa kurang dan kurang karena jiwa mereka lemah lesu

14. Rendah diri
Mereka minder dan merasa tidak layak/mampu

15. Sombong dan angkuh
Mereka merasa lebih hebat daripada orang lain

16. Suka berbohong
Mulut mereka penuh tipu daya dan perkataannya tidak bisa dipegang

17. Tertutup dan munafik
Mereka sulit diajak berkomunikasi

Penyebab Luka2 Batin
1. Tertolak dari orangtua
2. Kurang kasih sayang orangtua
3. Dilukai orangtua
4. Dimanjakan orangtua

Pemulihan Luka2 Batin
1. Keterbukaan
Keterbukaan dapat menelanjangi pekerjaan iblis dengan segala tipu dayanya.
Keterbukaan mematahkan kuasa iblis
Keterbukaan memberi tempat bagi Firman Allah bekerja
Keterbukaan membuat kita memperoleh jawaban di dalam hidup kita

2. Mengampuni
Berdoa bagi orang pernah melukai jiwa kitaMinta didoakan hamba Tuhan untuk mencabut akar pahit

3. Pemulihan hubungan bapak dan anak

Disarikan dari buku : Luka2 Batin, Dapatkah Disembuhkan - Pdt Obadja Anwar Rawan
Disarikan oleh : Deny S Pamudji

Thursday, October 23, 2008

Don’t Murmur

I hope this message challenges your heart to be one who gives thanks and praise to the Lord in all situations no matter the temptation to murmur or complain.

A NEW PERSPECTIVE

Leaving for work one morning, I noticed that my newspaper hadn't been delivered yet. Since I always brought it to work, it upset me that I would have to stop at the store and pick one up. I was already running late, but figured I could make it if I hurried. This would really throw a monkey wrench into my morning though and it was putting me in a bad mood.

As I pulled into the parking lot of the store, I noticed a young man in a wheelchair at the far end of the lot who seemed to be struggling. “I'm sure he's all right”, I thought, “or if he's not, someone else will stop and help him.”

Judging by the customers and cars that were passing him by, I guess they were thinking the same thing. I got out, and walked over to see what the trouble was.

“Is there anything I can do?” I asked. It was then that I noticed he wasn't able to speak, and was still struggling with the chair.

“Is there someone I can call for you?” I said. He still couldn't give me any indication.

I looked down at the chair and noticed that the clamps holding the electronic keyboard and chair controls had apparently loosened causing the equipment to slip down, out of his reach.

“Is this the problem?” I said, as I pulled it back into place, hoping I wasn't doing more damage than good. I then re-tightened the clamps. His hand jerked over to the keyboard and he hit a single key. An electronic voice told me, “Thank-you.” He then found the toggle control that steered the chair, turned and left.

I got back in my car and headed off to work, completely forgetting my newspaper. As I drove, I felt a gratitude come over me like I had never felt before! I was truly blessed to have the physical abilities that allow me to live a normal life.

Here was this young man who relied on a mechanical chair to get him around and a voice simulator to communicate. He probably dreamed about doing all the things that I take for granted every day. I vowed from now on, not to take those things for granted anymore. I would be grateful to God for his blessings that could be gone tomorrow.

It's funny, fifteen minutes before that happened, I was whining because my morning paper hadn't arrived on time. I'm glad I was able to help the young man, but more importantly, he was able to help me gain a new perspective on my priorities in life.

By John Fern

1 John 4:20-21 “If a man say, I love God, and hateth his brother, he is a liar: for he that loveth not his brother whom he hath seen, how can he love God whom he hath not seen? And this commandment have we from Him, That he who loveth God love his brother also.” King James Version

An Unexpected Moment

I really liked reading this story because it shows how anyone can be used to share a word of encouragement to someone in need. I hope this story challenges your heart to open yourself to the Lord and let Him bring great results through your vessel.

AN UNEXPECTED MOMENT

It was hard to watch her fail. Physically she was growing thinner and more stooped. Mentally she was losing her ability to sort out reality. Initially, my grandmother had railed angrily against the symptoms of Alzheimer's disease that were eroding who she had always been.

Eventually, the anger gave way to frustration and then resignation. My grandmother had always been a strong woman. She had a career before it was common for women to have careers. She was independent. In her eighties, she was still dragging out her stepladder every spring to wash all the windows in her house. She was also a woman with a deep faith in God.

As my grandmother lost her ability to live alone, my father moved her into his home. Grandchildren and great-grandchildren were often in the house. She seemed to enjoy being surrounded by the noise and activity of a large, extended family.

As she slipped further away from us mentally, my grandmother would occasionally have moments of lucidity when she knew where she was and recognized everyone around her. We never knew what prompted those moments, when they would occur or how long they would last.

Toward the end of her life she became convinced that her mother had knit everything she owned. “Mama knit my boots,” she would tell strangers, holding up a foot clad in galoshes. “Mama knit my coat,” she would say with a vacant smile as she zipped up her raincoat. Soon we were putting on her boots for her and helping her zip up her coat.

During my grandmother's last autumn with us, we decided to take a family outing. We packed up the cars and went to a local fair for a day of caramel apples, craft booths and carnival rides. Grandma loved flowers, so my dad bought her a rose. She carried it proudly through the fair, stopping often to breathe in its fragrance.

Grandma couldn't go on the carnival rides, of course, so she sat on a bench close by and waited while the rest of the family rode. Her moments of lucidity were now a thing of the past having eluded her for months, but she seemed content to sit and watch as life unfolded around her.

While the youngest members of the family ran, laughing to get in line at the next ride, my father took my grandmother to the nearest bench. A sullen-looking young woman already occupied the bench but said she wouldn't mind sharing the bench. “Mama knit my coat,” my grandmother told the young woman as she sat down.

We didn't let my grandmother out of our sight, and when we came back to the bench to get her, the young woman was holding the rose. She looked as though she had been crying. “Thank you for sharing your grandmother with me,” she said. Then she told us her story. She had decided that day was to be her last on Earth. In deep despair and feeling she had nothing to live for, she was planning to go home and commit suicide. While she sat on that bench with Grandma as the carnival noises swirled around them, she found herself pouring out her troubles.

“Your grandmother listened to me,” the young woman informed us. “She told me about a time in her own life, during the Depression, when she had lost hope. She told me that God loved me and that He would watch over me and would help me make it through my problems. She gave me this rose. She told me that my life would unfold just like this rose and that I would be surprised by its beauty. She told me my life was a gift. She said she would be praying for me.”

We stood, dumbfounded, as she hugged my grandmother and thanked her for saving her life. Grandma just smiled a vacant smile and patted her arm. As the young woman turned to leave, she waved good-bye to us. Grandma waved back and then turned to look at us, still standing in amazement.

“Mama knit my hat,” she said.

By Sara L. Henderson

1 John 4:7-11 “Beloved, let us love one another: for love is of God; and every one that loveth is born of God, and knoweth God. He that loveth not knoweth not God; for God is love. In this was manifested the love of God toward us, because that God sent His only begotten Son into the world, that we might live through Him. Herein is love, not that we loved God, but that He loved us, and sent His Son to be the propitiation for our sins. Beloved, if God so loved us, we ought also to love one another.” King James Version Bible

Thursday, October 16, 2008

Kisah Martir

Kisah Martir Rasul dan Murid Yesus

Seorang penulis sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan tulisannya berdasarkan bukti2 nyata yakni Eusebius, menulis buku mengenai cara meninggalnya para rasul di tahun 325 dengan judul: "Rasul dan murid dari Juruselamat telah menyebarkan dan mengkotbahkan Injil ke seluruh dunia". Tulisan dari Eusebius telah ditelusuri dan diselidiki ulang oleh penulis sejarah gereja kondang Schumacher untuk membuktikan akan kebenaran dari tulisan tsb.

Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Etiopia.

Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya di seret hidup2 dengan kuda melalui jalan2 yg penuh batu sampai ia menemukan ajalnya.

Lukas mati digantung di Yunani, setelah ia berkhotbah disana kepada orang2 yg belum mengenal Tuhan.

Yohanes direbus atau lebih tepatnya digoreng didalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup2 ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan diasingkan kepulau Patmos untuk kerja paksa di tambang batubara di sana. Pada saat ia berada di sana, ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi Uskup di Edessa (Turki). Ia dalah satu2nya Rasul yg bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang.

Petrus telah disalib dengan kepala dibawah. Kayu salib untuk Petrus dipasangnya berbeda, ialah secara huruf X, karena itulah permohonan yang ia ajukan sebelum ia disalib, dimana ia memohon untuk disalib dengan cara demikian. Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus.

Yakobus saudara tiri dari Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, dilempar ke bawah dari puncak bubungan Bait Allah, di tempat yg sama di mana si setan dahulu membawa Tuhan Yesus untuk digoda. Ia meninggal dunia setelah dilempar dari tempat tinggi tsb.

Yakobus anak Zebedeus adalah seorang nelayan dan ia adalah murid pertama yang dipanggil untuk ikut Tuhan Yesus, ia dipenggal kepalanya di Yerusalem. Pada saat2 ia disiksapun, ia tidak pernah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan ia berusaha untuk berkhotbah terus, bukan hanya kepada para tawanan lainnya saja, bahkan kepada orang yg menghukum dan menyiksa dia dgn kejamnya. Sehingga akhirnya orang Rumawi yg menjadi penjaga dan penyiksa dia, bisa turut bertobat. Penjaga Rumawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia dihukum penggal, bukannya sekedar hanya untuk turut menyaksikannya saja, melainkan juga untuk turut dihukum dan dipenggal bersama dengan Yakobus. Pada saat ia mau menjalani hukuman mati, ia berlutut bersama disamping Yakobus, sambil berdoa, itu adalah doanya yang terakhir, sebelum ia mati dipenggal bersama Yakobus sebagai orang Kristen.

Bartolomeus yang lebih dikenal sebagai Natanael ia menjadi misionaris di Asia, antara lain ia memberikan kesaksian di Turki. Ia meninggal dunia di Armenia setelah ia mendapat hukuman pukulan cambuk yang sedemikian kejamnya sehingga semua kulitnya menjadi hancur terlepas kebeset.

Andreas juga disalib seperti Petrus dgn cara X di Patras, Yunani. Sebelumnya ia meninggal ia disiksa dgn hukum cambuk oleh tujuh tentara dan di ikat di salib dengan cara demikian mereka bisa memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya. Seorang pengikut Andreas yang turut menyaksikan hukuman Andreas menceritakan perkataan yang telah diucapkan oleh Andreas sebelum ia meninggal dunia: "Ternyata keinginan dan cita2 saya bisa terkabul di mana saya bisa turut merasakan "happy hours" dgn disiksa dan disalib seperti Tuhan Yesus." Bahkan pada saat ia disiksa pun tiada henti2nya ia berkhotbah terus, ia berkotbah terus dua hari sebelum ajalnya tiba. Berkotbah sambil dihukum cambuk.

Rasul Thomas mati ditusuk oleh tombak di India.

Yudas saudaranya dari Tuhan Yesus dihukum mati dgn panah, karena ia tidak bersedia untuk mengingkari Tuhan Yesus Matias, rasul pengganti dari Yudas Iscariot mati dihukum rajam dan akhirnya dipenggal kepalanya.

Barnabas salah satu dari 70 rasul, juga yang telah menulis Surat Barnabas dan mengabarkan Injil di Italy maupun di Cyprus, ia mati dihukum rajam di Salonica.

Rasul Paulus disiksa dengan sangat kejam dan akhirnya dipenggal kepalanya oleh Kaiser Nero di Roma pada th 67. Rasul Paulus adalah rasul yang paling lama mengalami masa siksaan di penjara. Kebanyakan surat2 dari Rasul Paulus dibuat dan dikirim dari penjara.

Disamping kisah para rasul yang ditulis oleh ahli sejarah Eusebius, ia juga menceritakan tentang seorang penginjil yang matanya dibakar sampai buta dengan catatan bahwa kalau ia buta, maka ia tidak akan bisa membaca Alkitab lagi dengan mana ia tidak akan bisa mengabarkan Injil lagi. Tetapi kenyataannya ia tetap mengabarkan Injil berdasarkan ayat2 yg telah dipelajari dan diingat sebelumnya.

Problems – God’s Tools for You

Problems - God's Tools For You

The problems you face will either defeat you or develop you - depending on how you respond to them. Unfortunately most people fail to see how God wants to use problems for good in their lives. They react foolishly and resent their problems rather than pausing to consider what benefit they might bring.

Here are five ways God wants to use the problems in your life :

1. God uses problems to DIRECT you.
Sometimes God must light a fire under you to get you moving. Problems often points us in a new direction and motivate us to change.
Is God trying to get you moving?
"Sometimes it takes a painful situation to make us change our ways" Proverbs 20:30 (GN)

2. God uses problems to INSPECT you.
People are like tea bags .... If you want to know what's inside them, just drop them into hot water!
Has God tested your faith with a problem? What do problems reveal about you?
"When you have many kinds of troubles, you should be full of joy, because you know that these troubles test your faith, and this will give you patience." James 1:2-3 (NCV)

3. God uses problems to CORRECT you.
Some lessons we learn only through pain and failure.
It's likely that as a child your parents told you not to touch a hot stove. But, you probably learned by being burned. Sometimes we only learn the value of something ... health, money, a relationship ... by losing it.
"... It was the best thing that could have happened to me, for it taught me to pay attention to your laws." Psalm 119:72-72 (LB)

4. God uses problems to PROTECT you.
A problem can be a blessing in disguise if it prevents you from being harmed by something more serious.
Last year a friend was fired for refusing to do something unethical that his boss had asked him to do. His unemployment was a problem - but it saved him from being convicted and sent to prison a year later when management's actions were eventually discovered.
"You intended to harm me, but God intended it for good ..." Genesis 50:20 (NIV)

5. God uses problems to PERFECT you.
Problems, when responded to correctly, are character builders. God is far more interested in your character than your comfort. Your relationship to God and your character are the only two things you're going to take with you into eternity.
"We can rejoice when we run into problems ... they help us learn to be patient. And patience develops strength of character in us and helps us trust God more each time we use it until finally our hope and faith are strong and steady." Romans 5:3-4 (LB)

Here is the point :
God is at work in your life - even when you do not recognize it or understand it. But, it's much easier and profitable when you cooperate with Him!

Taken from : Life Is A Series of Problem-Solving Opportunities
Author : unknown

Wednesday, October 08, 2008

Are You Busy?

Are You Busy?

Satan called a worldwide convention. In his opening address to his evil demons, he said, "We can't keep the christians from going to church. We can't keep them from reading their bibles and knowing the truth. We can't even keep them from forming an intimate, abiding relationship experience in Christ. If they gain that connection with Jesus, our power over them is broken. So let them go to their churches, let them have their conservative lifestyles, but steal their time, so they can't gain that experience in Jesus Christ. This is what I want you to do, demons. Distract them from gaining hold of their Savior and maintaining that vital connection throughout their day!"

"How shall we do this?" shouted his demons.

"Keep them busy in nonessentials of life and invent innumerable schemes to occupy their minds," he answered. "Temp them to spend, spend, spend, and borrow, borrow, borrow. Persuade the wives to go to work for long hours and the husbands to work 6-7 days a week, 10-12 hours a day, so they can afford their empty lifestyles. Keep them from spending time with their children. As their family fragments, soon their home will offer no escape from the pressures of work!"

"Over stimulate their minds so that they cannot hear that still, small voice. Entice them to play the radio or cassette whenever they drive. To keep the TV, VCR, CDS, and the PCs going constantly in their homes. And see to it that every store and restaurant in the world plays non-biblical music constantly. This will jam their minds and break that union with Christ."

"Fill the coffee table with magazines and newspapers. Pound their minds with the news 24 hours a day. Invade their driving moments with billboards. Flood their mailboxes with junk mail, mail order catalogues, sweep takes, and every kind of newsletter, and promotional offering free products, services, and false hopes. Keep skinny, beautiful models on the magazines so the husbands will believe that external beauty is what's important, and they'll become dissatisfied with their wives. That will fragment those families quickly!"

"Even in their recreation, let them be excessive. Have them return from their recreation exhausted, disquieted, and unprepared for the coming week. Don't let them go out in nature to reflect on God's wonders. Send them to amusement parks, sporting events, concerts, and movies instead. Keep them busy, busy, busy! And when they meet for spiritual fellowship, involve them in gossip, and small talk so that they leave with troubled consciences and unsettled emotion."

"Go ahead, let them be involved in soul winning. But crowd their lives with so many good causes they have no time to seek power from Christ. Son they will be working in their own strength, sacrificing their health, and family for the good of the cause. It will work! It will work!"

It was quite a convention. And the evil demons went eagerly to their assignments causing christians everywhere to get busy, busy, busy, and to rush here and there ....

I guess the question is : has the devil been successful at his scheme? You be the judge!

My dear friends, this message was sent to me by someone who cares and I thought I could share it with you. Please take heed of the message it brings :
B - Being
U - Under
S - Satan's
Y - Yoke

Are you busy?
Have a blessed day.

Technorati Tags: ,,,

Popular Posts