Friday, September 21, 2012

Our Strength

Stick Together (Ephesians 4:1-16)

The whole body, joined and knit together . . . , causes growth of the body for the edifying of itself in love. —Ephesians 4:16

For years, scientists have wondered how fire ants, whose bodies are denser than water, can survive floods that should destroy them. How do entire colonies form themselves into life rafts that can float for weeks? A Los Angeles Times article explained that engineers from the Georgia Institute of Technology discovered that tiny hairs on the ants’ bodies trap air bubbles. This enables thousands of the insects, “which flounder and struggle in the water as individuals,” to ride out the flood when they cling together.

The New Testament speaks often of our need to be connected to other followers of Christ in order to survive and grow spiritually. In Ephesians 4, Paul wrote, “We should no longer be children, tossed to and fro and carried about with every wind of doctrine.” He added, “But, speaking the truth in love, may [we] grow up in all things into Him who is the head—Christ—from whom the whole body, joined and knit together by what every joint supplies, according to the effective working by which every part does its share, causes growth of the body for the edifying of itself in love” (vv.14-16).

Alone, we sink; but clinging and growing together in the Lord, we can ride out every storm.

Let’s stick together! —David McCasland

We can’t avoid the tossing storms of life,
And we survive while carried to and fro;
We’ll stick together as we face the strife,
And in God’s strength the victory we shall know. —Hess

Christians stand strong when they stand together.

Source : Our Daily Bread

Wednesday, September 19, 2012

Kesetiaan

72 HARI (Rut 1:1-22, 2:10-12)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! (Rut 1:17b)

72 hari. Itulah umur pernikahan Kim Kardashian, selebriti Hollywood, dengan Kris Humphries, seorang pemain basket profesional  Amerika Serikat. Menikah tanggal 20 Agustus 2011, mengajukan permohonan cerai tanggal 31 Oktober 2011. Menurut Barna Group tahun  2008, 33% orang Amerika Serikat yang mereka survei pernah bercerai, tren yang mencerminkan masalah yang melanda zaman ini: krisis  kesetiaan. Krisis ini ditemukan bukan hanya dalam kehidupan pernikahan, tetapi juga dalam semua aspek kehidupan.

Alkitab jelas mengajarkan pentingnya kesetiaan. Kehidupan Rut  mendemonstrasikan contoh yang indah dari prinsip ini. Sepeninggal  suaminya, kita bisa mengerti kalau Rut memilih pergi dan mencari penghidupan yang lebih menjanjikan. Namun, Rut tidak melakukannya.  Ia memilih berjanji setia sampai maut memisahkan kepada mertuanya, Naomi (ayat 17b). Padahal, Naomi tidak dapat menjamin kesejahteraan  Rut (1:12-13). Tampaknya Rut memahami bahwa Tuhan berkenan pada kesetiaan (ayat 17). Kesetiaannya ini kelak membuatnya menuai kasih Boas (lihat pasal 2:10-12). Tuhan pun menghargai kesetiaan Rut  dengan menjadikannya sebagai nenek Raja Daud, sekaligus nenek moyang Kristus (lihat Matius 1).

Kita yang hidup di zaman ini juga dipanggil Tuhan untuk menjadi orang-orang yang setia. Bukan hanya ketika segala sesuatu lancar dan  senang, tetapi juga pada saat-saat yang tampaknya tidak menguntungkan. Biasanya, kita menjadi tidak setia ketika merasa bahwa kepentingan atau kenyamanan kita terganggu. Ketika kita meneladani Kristus yang mengutamakan kepentingan orang lain (Filipi  2), kesetiaan akan terasa lebih mudah. --ALS

SAMA SEPERTI TUHAN ADALAH TUHAN YANG SETIA, ORANG KRISTIANI PUN DIPANGGIL UNTUK MENJADI ORANG YANG SETIA.

Sumber : Renungan Harian

Prayer

Your Heart (Nehemiah 1)

I sat down and wept, and mourned for many days; I was fasting and praying before the God of heaven. —Nehemiah 1:4

I loved Malcom’s prayer at church the other day. Only 7 years old, he stood in front of 100 other kids and prayed: “Jesus, thank You that some of us get to play football and go to church, and for safety on the ride here, and for forgiveness of our sins, and for eternal life. We love You, Jesus. Please don’t ever forget how much we love You!”

It brought tears to my eyes as he expressed his heart to God. As adults, we may tend to try to polish our prayers a little, thinking that it will sound better to God’s ears or to those around us who might hear us. But I think God must delight in hearing just what’s on His child’s heart.

Nehemiah’s heart was filled with concern for the welfare of Jerusalem, his homeland, when he heard that the people were in great distress and that the wall around the city was broken down (Neh. 1:3). Wanting to do something, he talked to God about it. He praised God for who He is (v.5), requested forgiveness for sin (v.6), reminded Him of His promise (v.9), and asked for mercy from the king (v.11). God watched over Nehemiah and His people through the whole rebuilding process.

What is on your mind? Thanks or burdens? Whatever it is, your loving God wants to hear your heart. —Anne Cetas

So lift up your heart to the heavens;
There’s a loving and kind Father there
Who offers release and comfort and peace
In the silent communion of prayer. —Anon.

The highest form of prayer comes from the depths of a humble heart.

Source : Our Daily Bread

Friday, September 14, 2012

Trust Him

When The Journey Gets Tough (2 Corinthians 1:6-11)

We should not trust in ourselves but in God who raises the dead. —2 Corinthians 1:9

In August 2009, Blair and Ronna Martin lost their energetic 9-year-old son Matti when he was dragged to his death by a family cow. I had a chance to meet this Kenai, Alaska, family and share in their grief. And I know how tough this tragedy has been for them.

I also know that they are seeking God’s care and comfort for their pain. An observation made by Matti’s mom is valuable for anyone walking through one of life’s valleys. During one of her down times, Ronna was reading 2 Corinthians 1:9, which says that “we should not trust in ourselves but in God who raises the dead.” She felt as if Jesus were telling her, “Ronna, I know the journey has been too much for you, and you are bone-weary. Do not be ashamed of your exhaustion. Instead, see it as an opportunity for Me to take charge of your life.”

When the journey gets too tough to navigate, 2 Corinthians 1:9 is a reminder to us that we don’t travel alone. We have the help of the One who showed us His power in the resurrection, and who will demonstrate His power again when He raises believing loved ones of all generations to eternal life. “My strength and my hope have to be in Christ alone,” Ronna said. That’s a truth we all need as we travel the journey God has for us. —Dave Branon

When life’s journey gets so difficult
That it feels too much to bear,
Just remember, we don’t walk alone—
Our almighty God is there. —Sper

The storms of life remind us to take shelter in the loving arms of our Savior.

Source : Our Daily Bread

Perbuatan Nyata

BUKTI IMAN (Yakobus 2:13-26)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (Yakobus 2:14)

Kita, sebagai orang kristiani yakin bahwa kita tidak bisa dilahirkan kembali atau diselamatkan oleh karena perbuatan. Kita hanya bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kita. Tetapi mungkin kemudian muncul pertanyaan, "Bagaimana  saya bisa tahu bahwa saya atau seseorang sudah mengalami kelahiran kembali?" Adakah bukti yang dapat terlihat secara nyata?

Yakobus memberi jawaban yang tepat. Kalau kita mencoba mencari bukti  dari iman seseorang, perhatikanlah perbuatannya. Apa yang diperbuat seseorang mencerminkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Jika  tutur lakunya sama sekali tidak mencerminkan orang yang sudah diselamatkan, imannya patut dipertanyakan (ayat 15-17). Yakobus  memberi contoh tentang Abraham dan Rahab. Kita tidak bisa membaca pikiran dan hati mereka, tetapi bisa melihat bahwa mereka memercayai  Allah melalui perbuatan mereka. Abraham rela mempersembahkan anaknya kepada Allah, Rahab mempertaruhkan nyawa untuk menyembunyikan  mata-mata umat Allah (ayat 21, 25).

Adalah wajar kalau kita sendiri atau seseorang meragukan iman kita  karena menemukan tindakan kita yang tidak menunjukkan buah  pertobatan. Kalau kita secara konsisten berkanjang dalam dosa dan tidak merasa resah dengan ketidaktaatan kita, maka kita perlu  waspada. Bandingkanlah bagaimana tutur laku dan kebiasaan-kebiasaan kita sebelum dan sesudah menerima Kristus. Perbuatan-perbuatan apa  saja yang menunjukkan bahwa kita telah diselamatkan dan diubahkan oleh kasih karunia Kristus? --BWA

HANYA OLEH KARENA IMAN SESEORANG DAPAT DISELAMATKAN.  HANYA MELALUI KETAATAN KEPADA ALLAH IMAN SESEORANG DAPAT DIBUKTIKAN.

Sumber : Renungan Harian

Thursday, September 06, 2012

Rancangan Tuhan

SAYA TIDAK DITOLONG (Lukas 7:18-35)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

... Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku." (Lukas 7:22-23)

Ketika mengalami kemalangan, berbagai pertanyaan mungkin berkecamuk di benak kita. Mengapa ini menimpa saya? Kalau orang lain  ditolong Tuhan, kenapa saya tidak? Mengapa Tuhan yang Mahaadil dan Mahakasih tega membiarkan saya seperti ini?

Mungkin saja pertanyaan serupa terlintas dalam benak Yohanes Pembaptis. Saat itu, ia dipenjara karena keberaniannya menegur  Herodes yang mengambil isteri saudaranya, sebagai isteri (lihat Matius 14:3-4). Murid-murid Yohanes bercerita tentang segala  mukjizat Yesus. Pertanyaan Yohanes melalui murid-muridnya (ayat 20), menyiratkan ketidakpuasan, seolah ingin menantang Yesus membuktikan  keilahian-Nya dengan menyelamatkannya. Namun, Yesus hanya meminta murid-muridnya melaporkan mukjizat yang mereka lihat. Semua itu  jelas menunjukkan Dialah Mesias yang dinanti-nantikan. Dia tak perlu membuktikan apa-apa kepada Yohanes (ayat 23).

Mungkin Anda juga sedang bertanya-tanya mengapa Tuhan tak kunjung  menolong. Anda mulai meragukan bahwa Dia benar Tuhan yang Mahakuasa, Mahatahu, Mahaadil, dan Mahakasih. Tengoklah kemegahan karya-Nya  melalui alam semesta. Renungkanlah kehidupan Yesus yang nyata dalam sejarah, penebusan dosa oleh kematian-Nya di kayu salib dan  kebangkitan-Nya dari maut. Tak ada alasan meragukan-Nya ketika kita memercayai kedaulatan-Nya. Kiranya Anda tidak menjadi kecewa dan  menolak Tuhan, hanya karena Dia tidak memenuhi keinginan Anda. --HEM

TUHAN ADALAH TUHAN YANG PALING TAHU HAL TERBAIK, ENTAH SAYA MERASA DITOLONG ATAU TIDAK.

Sumber : Renungan Harian

Prioritas Hidup

LEBIH SAYANG TUHAN (Kejadian 22:1-19)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

"... dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kejadian 22:12,16)

Suatu kali, anak kami yang berumur tiga tahun mengalami demam  tinggi sampai mengigau. Maka, saya peluk dia kemudian kami ajak berdoa bersama. Hati kecil saya berdoa kepada Tuhan dengan berkata, "Biar saya saja yang mengalami sakit seperti ini, jangan anak saya." Perasaan itu muncul karena rasa kasih sayang saya kepada anak  pertama yang Tuhan anugerahkan bagi kami. Rasa sayang yang tentu juga dimiliki oleh kebanyakan orangtua.

Tuhan pun melihat rasa sayang yang begitu besar dalam diri Abraham  kepada anak tunggalnya, Ishak (ayat 2). Abraham begitu sayang kepada Ishak sebab sekian lama ia menantikan anak ini dari Tuhan. Rasa  sayang ini kemudian Tuhan uji, yaitu dengan meminta Abraham  mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran kepada Tuhan (ayat 2). Bagaimana respons Abraham? Kasihnya yang besar kepada Ishak tentu memunculkan pergulatan batin yang berat. Namun, melihat tindakan  iman yang ia lakukan (ayat 8-10) serta tanggapan Tuhan yang berkata: "dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal  kepada-Ku" (ayat 12, 16) menunjukkan bahwa Abraham lebih sayang kepada Tuhan. Kasihnya kepada Tuhan jauh melebihi kasihnya kepada  Ishak. Kasihnya mengutamakan Dia yang berkuasa memberi dan mengambil (lihat Ayub 1:21).

Saat-saat ini, adakah hal-hal dalam kehidupan kita yang dapat mengalihkan kasih kita dari Tuhan? Pekerjaan, keluarga, harta, hobi,  atau hal lain yang lekat di hati. Tuhan berkuasa memberi dan mengambil semua itu. Yang Dia minta, kita menjadikan-Nya yang  terutama mulailah hari ini. --YKP

UTAMAKAN TUHAN LEBIH DARI SEGALANYA SEBAB DIA LAYAK MENDAPAT KESELURUHAN HIDUP KITA.

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts