Wednesday, February 27, 2013

Pengabdian

TOTALITAS SEORANG GURU (Kolose 3:18-4:1)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Ibu Merry mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhakti Luhur, Malang, sejak 1984. Suatu saat ia mendapatkan seorang murid bernama  Jorei, anak yang bisu, tuli, dan low vision (berkemampuan melihat rendah). Awalnya Jorei tidak mau belajar. Ibu Merry tak kehabisan  akal. Bila keadaan gelap Jorei mudah mengantuk, maka Bu Merry menyalakan lampu seterang-terangnya saat anak itu belajar. Anak-anak  SLB juga sulit berkonsentrasi, maka Bu Merry membuat banyak alat peraga yang merangsang muridnya untuk belajar. Sebuah totalitas  pengabdian yang mengagumkan.

Paulus memaparkan bahwa hubungan dengan Tuhan adalah landasan bagi  hubungan kita dengan sesama: ketika kita melakukan sesuatu bagi  sesama, sesungguhnya kita sedang melakukannya bagi Tuhan, yang menciptakan kita semua. Kesadaran ini menggugah dedikasi dan etos    kerja yang luar biasa. Orang tergerak untuk bekerja dengan segenap hati, bukan sekadar mengejar keuntungan materiil, melainkan  sungguh-sungguh mengupayakan kesejahteraan orang lain. Orang bersedia untuk bekerja secara ekstra, melampaui tuntutan tugas, agar kehidupan sesamanya dapat menjadi lebih baik.Dan, ia memperoleh kepuasan sedalam-dalamnya dengan menyadari bahwa ia mengerjakan semuanya itu sebagai ungkapan syukur atas anugerah Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita melihat kehadiran Tuhan di balik setiap orang yang kita layani? Apakah kita bekerja demi memberikan  manfaat pada sesama? Apakah kita menilai sukses dari kepuasan dalam mensyukuri anugerah-Nya? --SN

KETIKA KITA BEKERJA DENGAN SEGENAP HATI SEPERTI BAGI TUHAN, KITA MENEMUKAN KEPUASAN HATI YANG SEDALAM-DALAMNYA

Sumber : Renungan Harian

Nilai Kehidupan

99 BALON (Ayub 14:7-15)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku... Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu. (Ayub 14:14,15)

Dua bulan sebelum lahir, Eliot Mooney divonis menderita Edwards Syndrome, penyakit yang tak memungkinkannya untuk lahir selamat.    Orangtuanya berdoa memohon mukjizat, dan Eliot pun lahir. Namun,  kondisinya memprihatinkan: paru-parunya tak berkembang sempurna,    jantungnya berlubang, dan DNAnya memberi informasi keliru pada setiap sel tubuhnya. Setelah dua minggu Eliot diizinkan pulang  dengan tiga peralatan medis menempel di tubuhnya, termasuk tabung oksigen dan selang untuk memasukkan susu.

Eliot kecil bertahan dan bertumbuh walaupun tak secepat anak  seusianya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Uniknya, orangtua Eliot  merayakan "ulang tahun"-nya setiap hari. Sebab, satu hari saja merupakan perjuangan berat baginya untuk hidup. Maka, setiap hari mereka merayakan kemenangannya. Hingga akhirnya, pada hari ke-99, Eliot kembali kepada Yesus. Pada hari pemakamannya, 99 balon dilepaskan -masing-masing mewakili ucapan syukur atas setiap hari yang Eliot habiskan di bumi.

Ketika Ayub mengalami penderitaan yang sangat berat, kematian  membayanginya. Ia disadarkan akan betapa fana hidup manusia. Namun,  Ayub berkata bahwa selama Tuhan masih memberinya hidup, ia akan terus berharap. Dan, bila kelak waktunya tiba, ia akan bahagia   karena itu berarti Allah merindukannya pulang!

Sudahkah kita mensyukuri setiap hari yang Tuhan beri? Mensyukuri hidup kita dan orang-orang di sekitar kita? Jangan membuang satu  hari pun untuk hal sia-sia. Selama kesempatan ada, hiduplah maksimal bagi Dia. --AW

BILA ENGKAU MENAMBAH HARI-HARI DALAM HIDUP KAMI, BIARLAH NAMA-MU SEMAKIN DITINGGIKAN LEWAT DIRI INI

Sumber : Renungan Harian

Kasih Bapa

BAU DAN KOTOR (Lukas 15:11-24)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

...Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (Lukas 15:20)

Salah satu pengalaman yang tidak mengenakkan saat naik kendaraan umum adalah jika ada orang yang berbau dan kotor duduk di sebelah  kita. Orang itu memang berhak untuk naik kendaraan itu dan duduk di bangku mana pun yang tersedia. Tetapi, karena keadaannya, kita    merasa tidak nyaman sehingga akhirnya memilih untuk pindah tempat, menjauh dari orang tersebut.

Itulah reaksi normal orang yang bersih badannya terhadap orang yang  berbau dan kotor. Karena itu, reaksi sang ayah dalam perumpamaan  Yesus kali ini sangatlah tidak normal. Sangat luar biasa. Kita dapat membayangkan bagaimana keadaan si anak bungsu saat itu. Sebagai    penjaga babi yang miskin, ia pasti kotor dan berbau binatang jorok itu. Sebaliknya, sang ayah adalah orang yang bersih dan terhormat.    Tetapi, ketika sang ayah melihat si anak bungsu nun di kejauhan, ia berlari untuk menyambutnya. Bukan itu saja, sang ayah kemudian    merangkul, mencium, dan menggelar pesta baginya (ay. 20, 23)! Apakah yang mendorong ayah tersebut untuk berbuat demikian? Tidak lain    adalah karena cinta dan kerinduannya yang begitu besar kepada anaknya yang sudah lama hilang dan sekarang kembali (ay. 24).

Demikianlah juga keadaan kita di hadapan Allah. Dosa membuat kita  berbau, kotor, menjijikkan, dan tidak layak datang mendekat  kepada-Nya. Tetapi, kita tidak perlu takut akan ditolak jika kita datang kepada-Nya dan meminta ampun. Kasih-Nya begitu besar kepada  kita sehingga selama kita mau bertobat dan kembali kepada-Nya, Dia akan menyambut kita dengan penuh sukacita. --ALS

DOSA MENJADIKAN KITA KOTOR, NAJIS, DAN BERBAU, KASIH ALLAH MEMELUK DAN MENGUDUSKAN KITA

Sumber : Renungan Harian

Tuesday, February 19, 2013

Thomas

Doubts And Faith (John 20:24-31)

My Lord and my God! —John 20:28

Can a believer in Jesus who has occasional doubts about matters of faith ever be effective in serving the Lord? Some people think that mature and growing Christians never question their beliefs. But just as we have experiences that can build our faith, we can also have experiences that cause us to temporarily doubt.

The disciple Thomas had initial doubts about reports of Jesus’ resurrection. He said, “Unless I see in His hands the print of the nails, . . . I will not believe” (John 20:25). Christ did not rebuke Thomas but showed him the evidence he asked for. Amazed at seeing the risen Savior, Thomas exclaimed: “My Lord and my God!” (20:28). After this incident, the New Testament is silent about what happened to Thomas.

A number of early church traditions, however, claim that Thomas went to India as a missionary. It is said that while there he preached the gospel, worked miracles, and planted churches. Some of these churches in India still have active congregations that trace their founding back to Thomas.

A time of doubt doesn’t have to become a life pattern. Allow God to lead you into a deeper understanding of His reality. Renew your faith. You can still accomplish great things for Him. —Dennis Fisher

When faith grows weak and doubts arise,
Recall God’s love and tender care;
Remind yourself of all He’s done
And of those times He answered prayer. —D. De Haan

Learn to doubt your doubts and believe your beliefs.

Source : Our Daily Bread

Sunday, February 17, 2013

Losing Patience

Fragile Loads (Colossians 3:12-17)

Be kind to one another, tenderhearted, forgiving one another, even as God in Christ forgave you. —Ephesians 4:32

As Dolores was driving along a country road, she noticed that a car was following her rather closely. She could almost feel the irritation of the driver as she drove cautiously and slowly navigated several turns.

Of course, the driver of the other car had no way to know that Dolores was transporting 100 pounds of mashed potatoes, two crockpots full of gravy, and many other food items for a church supper—enough to feed 200 people! Sensing the other driver’s frustration, Dolores thought, If he just realized the fragile load I’m carrying, he would understand why I’m driving like I am.

Just as quickly, another thought occurred to her: How often am I impatient with people when I have no idea of the fragile load they might be carrying?

How easily do we pass judgment on someone, assuming that we know all the facts about a situation? God’s Word sends us in a more charitable direction, instructing us to treat each other with kindness, humility, and patience (Col. 3:12). How much more loving we are when we bear with and forgive each other (v.13).

Let’s treat others as we would like to be treated (Luke 6:31), remembering that we don’t always know the burden they may be carrying. —Cindy Hess Kasper

Kindness is a loving guide
That shows us how to live,
A treasure which, the more we spend,
The more we have to give. —Anon.

If you are tempted to lose patience with another, stop and think how patient God has been with you.

Source : Our Daily Bread

Trapped

Stand Or Go? (Exodus 14:5-22)

Moses said to the people, “Do not be afraid. Stand still, and see the salvation of the Lord.” —Exodus 14:13

The Israelites were trapped. Soon after leaving slavery and Egypt behind, they looked up and saw a distressing sight. A cloud of dust was moving their way, and in that dust was a massive army. Pharaoh’s “disease” had returned—hardening of the heart (Ex. 14:8). As a result, he sent his chariots after Moses and his people.

Once the Egyptian army caught up with the Israelites, all seemed lost. They were trapped between a wall of soldiers and a sea of water. In panic, they cried out to both Moses and God.

Both of them responded with instructions. Moses said, “Stand still, and see the salvation of the Lord” (14:13). And God told them, “Go forward” (v.15). While that may seem to be contradictory advice, both commands were from God and right. First, the people had to “stand still” or “firm” long enough to get instructions from God. What if they had rushed headlong into the Red Sea without consulting the Lord? But in standing still, they heard God’s instructions, which included both what they were to do—move on, and what Moses was to do—stretch out his hand over the sea in obedience and God would part the waters.

Do circumstances have you trapped? Stand still. Take time to consult God and His Word. Then, using His instructions, move ahead and let God guide you. —Dave Branon

It matters not how dark the way,
How thick the clouds from day to day,
God will direct in all we do
If we take time to pray it through. —Mead

If you’re looking for guidance, follow Christ as your guide.

Source : Our Daily Bread

Saturday, February 16, 2013

Orang Samaria

BERHENTI DAN MENOLONG (Lukas 10:25-37)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (Lukas 10:35)

Pemilik sepeda motor yang murah hati. Itu sebutan untuk sahabat saya, Yo. Ia sangat bermurah hati setiap kali saya meminjam sepeda motornya. Ia selalu memastikan bensin dalam kondisi memadai. Jika bensin sudah hampir habis, ia akan memberikan sejumlah uang sambil  berkata, "Ini sekalian diisikan, supaya tidak kehabisan bensin."  Ucapan yang sulit untuk ditolak karena disampaikan dengan cara yang sopan disertai senyuman manis.

Tindakan Yo mengingatkan saya pada kebaikan hati orang Samaria dalam perumpamaan Yesus. Orang Samaria itu mau berhenti dan menolong orang asing yang menjadi korban perampokan ketika sedang dalam perjalanan. Setelah membersihkan luka-lukanya, ia membawa korban ke penginapan dan berusaha memastikan agar pemilik penginapan merawat orang itu  dengan baik. Ada kemungkinan biaya perawatan lebih dari dua dinar sehingga ia berpesan: "Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih  dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali." Dua dinar pada masa itu kira-kira senilai upah kerja dalam satu hari. Mungkin tidak terlalu banyak, tetapi kemurahan hati orang Samaria itu terhadap orang yang tidak dikenalnya tidak dapat dinilai dengan uang.

Kemurahan hati orang Samaria itu pasti membekas kuat dalam hidup si  korban perampokan tadi. Begitu juga, kemurahan hati Yo terus melekat dalam ingatan saya. Bagaimana dengan kita? Ketika ada orang yang  membutuhkan pertolongan, sekalipun orang itu tidak kita kenal, maukah kita menjadi "orang Samaria yang murah hati"? --IDO

KEMURAHAN ORANG SAMARIA BERTANYA, "APAKAH YANG AKAN TERJADI SEANDAINYA AKU TIDAK MAU BERHENTI DAN MENOLONGNYA?"

Sumber : Renungan Harian

Akibat Dosa

RACUN TIKUS (Kejadian 3:1-19)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. (Kejadian 3:6a)

Ada berbagai jenis racun tikus. Salah satunya berbentuk seperti makanan bagi tikus. Si binatang pengerat, mengira benda itu makanan enak, akan memakannya tanpa curiga. Beberapa jam kemudian, racun yang terkandung di dalam "makanan" tersebut akan bekerja dan membunuh si tikus dari dalam.

Cara kerja dosa mirip dengan cara kerja racun tikus tersebut. Pada awalnya tampak nikmat dan menggoda, tetapi kemudian menghancurkan  hidup kita. Itulah yang terjadi pada Adam dan Hawa di Taman Eden. Meskipun Allah sudah melarang mereka, Hawa tergoda untuk menikmati buah pengetahuan karena buah itu terlihat sedap. Godaan ini terasa  lebih kuat lagi karena si ular berkata bahwa buah tersebut akan embuatnya mengerti hal-hal yang tersembunyi, yang hanya diketahui oleh Allah (ay. 5). Hawa (dan kemudian Adam) pun akhirnya tergoda dan melanggar perintah Tuhan dengan mencicipi buah itu (ay. 6). Akibatnya, Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden dan menanggung kutukan Tuhan (ay. 16-19).

Dosa memang sangat menggoda pada awalnya, tetapi konsekuensinya  selalu buruk bagi hidup kita. Menjadi kaya dengan korupsi memang  menggoda, tetapi konsekuensi hukumnya berat. Berselingkuh memang menggoda, tetapi akan menghancurkan keluarga kita. Bolos sekolah untuk bermain memang menggoda, tetapi dapat merusak masa depan kita. Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga diri agar tidak tergoda oleh dosa. Anugerah-Nya menyadarkan kita akan parahnya konsekuensi  dosa dan memampukan kita untuk menolak godaannya. --ALS

SEBUAH LUBANG KEBOCORAN DAPAT MENENGGELAMKAN KAPAL, SEBUAH DOSA DAPAT MENGHANCURKAN KEHIDUPAN ORANG PERCAYA -- JOHN BUNYAN

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts