Sunday, August 31, 2014

Arti Masalah

TERAPI ADULAM (Samuel 22:1-5)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. (1 Samuel 22:2)

Sebagai orang yang telah diurapi Tuhan untuk menjadi raja, seharusnya Daud hidup di istana yang menyediakan semua fasilitas terbaik. Sebaliknya, ia hidup dalam ketakutan, berpindah dari satu gua ke gua lain. "Pandanglah ke kanan dan lihatlah, tidak ada seorang pun yang menghiraukan aku, " jerit hatinya (Mazmur 142:5).

Di tengah kesepian dan tekanan batin seperti itu yang dibutuhkan Daud adalah penghiburan dan dorongan semangat. Namun, justru Tuhan menghadirkan kepadanya saudara dan keluarga, kemudian orang-orang yang penuh dengan masalah, yang mengalami kesukaran, dikejar piutang, yang sakit hati, dan sebagainya. Mungkin Daud berpikir, "Mengapa Tuhan mengirimkan orang-orang bermasalah ini, sedangkan hidupku sendiri dalam masalah?" Tuhan tidak menginginkan Daud tumbuh menjadi orang yang mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, Tuhan mendidik Daud untuk lebih dulu memberikan penghiburan dan semangat kepada orang lain. Dari situlah pertolongan Tuhan bekerja. Ketika Daud menghibur mereka, penghiburan Tuhan mengalir kepadanya.

Ketika menghadapi sebuah masalah pelik, kita cenderung mengasihani diri dan mencari perhatian dari orang lain. Seperti Daud, Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang aktif untuk memberikan penghiburan kepada orang lain. Dari hal inilah Tuhan akan menghibur kita! Dalam menghibur orang lain kita terhibur, dalam memberi dorongan semangat kita terdorong, dan dalam menolong orang lain kita tertolong. --SYS

TINGGALKAN SIKAP MENGASIHANI DIRI SENDIRI, DAN MULAILAH UNTUK MENGASIHI ORANG LAIN.

Sumber : Renungan Harian

Pikiran Yang Salah

Kehendak Allah Yang Terutama
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Ketika Petrus dihardik oleh Tuhan Yesus karena ia tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, Petrus diidentifikasi sebagai iblis (Mat. 16:23). Cara berpikir manusia adalah cara berpikir iblis, artinya cara berpikir hasil asuhan dunia yang ada dalam kekuasaan iblis. Banyak orang menganggap cara hidup demikian itu sebagai suatu kewajaran. Betapa sulitnya menyadarkan orang bahwa mereka sebenarnya sudah tersesat. Kehidupan wajar bagi manusia pada umumnya adalah cara berpikir yang tidak sesuai dengan Tuhan. Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa itu batu sandungan bagi Tuhan Yesus. Batu sandungan dalam teks aslinya adalah skandalon (σκάνδαλον) yang juga memiliki pengertian sesuatu yang menjatuhkan atau menghambat. Sebagai Penebus, Tuhan Yesus hendak mengambil alih segenap hidup orang percaya untuk diubah sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga hidup orang percaya menjadi kehidupan yang memperagakan pribadi-Nya. Tetapi cara berpikir yang salah yang menjadi penghambat perubahan itu. Tuhan hendak mengkloning setiap orang percaya menjadi “foto copy” atau duplikat-Nya. Kata foto kopi atau duplikat terdapat dalam kejadian 1:26-27 sama artinya dengan menurut rupa (tselem; םֶלֶצ) dan gambar Allah (demuth; תוּמְדּ).

Karya Allah yang dirusak iblis di Eden akan diperbaiki atau dipulihkan kembali sekarang di dalam kehidupan orang percaya. Bagi mereka yang bersedia diperbaiki ulang atau dipulihkan harus bersedia diubah setting berpikirnya. Perubahan cara berpikir ini harus menjadi proyek yang sepanjang umur hidup sampai menghadap Bapa. Untuk masuk proyek ini seseorang harus menyediakan diri dengan segenap hidup dan harus bersedia meninggalkan segala sesuatu, di dalamnya yang terutama adalah cara berpikir yang salah (Luk. 14:33).

Inilah yang dimaksud mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Kalau seseorang bersedia menerima pembentukan oleh Tuhan, ia dapat menjadi manusia Allah (man of God). Mereka adalah orang-orang yang mengenakan kodrat Ilahi (2 Ptr. 1:3-4). Tentu saja semua tindakan dan perbuatannya tidak bercacat di hadapan Allah. Mereka adalah orang-orang yang dapat dijadikan saudara oleh Tuhan Yesus Kristus (Rm. 8:28-29). Mereka juga orang-orang yang bisa diajak sependeritaan dengan Tuhan (Rm. 8:17), segenap hidupnya dipersembahkan bagi kepentingan Tuhan. Sehingga mereka akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kehidupan orang percaya harus menjadi cermin yang dapat merefleksikan atau menunjukkan pribadi Tuhan Yesus sendiri, dengan demikian seseorang barulah menjadi saksi Kristus. Saksi Kristus bukan melalui perkataan atau perdebatan adu argumentasi, tetapi kehidupan yang agung yang memancarkan pribadi Allah sendiri. -Solagracia-

Karya Allah yang dirusak iblis di Eden akan diperbaiki atau dipulihkan kembali sekarang di dalam kehidupan orang percaya.

Penulis : Erastus Sabdono

Wednesday, August 06, 2014

Bagaimana Orang Percaya Menghadapi Tantangan Iman

Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Billy Graham, seorang penginjil yang dipakai Tuhan pada abad ke-20, pernah berkata: "Kalau kita mau menerima Kristus, tidak ada harga yang harus kita bayar karena salib Kristus sudah membayar dosa kita." Itu sebabnya agama berbeda dengan iman Kristen, karena agama adalah usaha manusia yang berdosa mencari Allah yang kudus. Tetapi iman Kristen adalah, Allah yang kudus mencari manusia yang berdosa. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, tetapi karena Kristus yang mengganti kita. Kita yang seharusnya binasa, disalib, dihukum, dan masuk neraka tetapi Tuhan Yesus yang mengganti itu semua.

Ketika kita menjadi pengikut Kristus, ada harga yang harus kita bayar. Bahkan kalau kita menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh, kita harus memberikan hidup kita bagi Tuhan dan akan muncul tantangan iman yang harus kita hadapi.

Gereja mula-mula juga mengalami tantangan iman, yaitu diancam. Dalam Kisah Para Rasul 4:17 disebutkan, "Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka, supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapa pun dalam nama itu." Dalam hal ini tantangan iman itu ternyata datang dari kelompok orang yang beragama. Oknum yang mengancam mereka ternyata bukan kelompok teroris, kelompok komunis, penyembah Baal; melainkan Mahkamah Agama orang Yahudi yang percaya pada Taurat namun menentang nama Yesus.

Dalam sejarah gereja, rupanya tantangan iman para reformator datang dari gereja sendiri, yaitu dibunuh atau mati syahid. Hal yang sama terjadi pada Martin Luther, sang tokoh reformator gereja, yang harus mengungsi beberapa kali karena diancam oleh gereja yang berkuasa.

Bagaimana respon gereja mula-mula ketika menghadapi tantangan iman?

1 Ada persekutuan dengan sesama yang erat
Dalam kisah 4:23 dikatakan, "Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka."
Meskipun Petrus dan Yohanes adalah rasul, namun mereka memahami bahwa saat menghadapi tantangan mereka harus membangun persekutuan. Rick Warren dalam bukunya The Purpose Driven Life mengatakan, gereja harus mempunyai lima pilar. Pertama, pilar penginjilan. Kedua, pilar penyembahan. Ketiga, pilar persekutuan. Keempat, pilar pemuridan. Kelima, pilar pelayanan. Seringkali gereja memiliki penyembahan yang luar biasa, pelatihan yang luar biasa bagus, akan tetapi semakin individualistis, terutama gereja-gereja modern. Itulah sebabnya persekutuan mulai lemah, padahal dalam Kisah Para Rasul 1:14 dikatakan bahwa "mereka semua bertekun dengan sehati." (Lihat juga kisah2:46 dan Kisah Para Rasul 4:32).

2 Membangun persekutuan dengan Tuhan melalui doa
Dalam Kisah Para Rasul 4:24-26 dikatakan, "Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya."
Kita berdoa karena kita percaya akan firman, begitu juga sebaliknya, kalau kita tidak berdoa berarti kita tidak percaya akan firman Tuhan. Jika saat ini kita sedang menghadapi tantangan dan pergumulan, jangan biarkan situasi yang mempengaruhi iman kita. Sebaliknya, biarlah kita membaca firman-Nya yang adalah ya dan amin.

Jangan pernah mengandalkan diri sendiri; kita harus mengandalkan Tuhan. Kalau kita berbisnis, jangan pernah mengandalkan orang-orang besar. Kita seharusnya belajar untuk berdoa; jika memang itu berkat Tuhan, penghalang apapun bisa Tuhan ubah menjadi jalan keluar.

Saat Paulus menghadapi tantangan, dia pun berdoa. Mengapa orang percaya selalu berdoa? Karena ada korelasi antara berdoa dan kepenuhan Roh Kudus.
Dalam Kisah Para Rasul 4:31 dikatakan, "Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani." Setiap kali orang percaya berdoa, ada kuasa Roh Kudus yang bekerja dengan luar biasa. Kalau kita punya  tantangan iman, sebaiknya kita mengambil waktu khusus selama dua atau tiga hari. Belajarlah berdiam dalam kaki Tuhan dan memohon supaya kuasa-Nya turun, karena kita percaya saat Roh Kudus bekerja, hidup kita akan berbeda. Kita menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang.

Sumber: Pdt. Amos Hosea

Aman Bersama-Nya

Dia Pegang Tanganku
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu kan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. (Mazmur 139:9-10)

Solomon Rosenberg dengan istri, dua anak laki-laki, dan orangtuanya, ditangkap oleh tentara Nazi dan dimasukkan ke kamp  konsentrasi. Di sana hanya ada satu aturan "sederhana": "Selama kamu masih bisa bekerja, kamu boleh hidup. Namun bila kamu menjadi  terlalu lemah hingga tak bisa bekerja, kamu akan dieksekusi." Tak lama, Rosenberg menyaksikan ayah-ibunya dihukum mati. Anggota  keluarga terlemah setelah mereka adalah David, si bungsu, dan ini membuat Rosenberg sangat sedih. Setiap sore, begitu mereka berkumpul  kembali di barak, mereka berpelukan dan bersyukur.

Suatu sore Rosenberg pulang dan tidak menemukan keluarganya. Setelah  mencari-cari, ia menemukan Joshua-putra sulungnya-sedang menangis di sudut. "Papa, hari ini terjadi juga. David tidak mampu bekerja, dan  tentara menangkapnya." Rosenberg bertanya, "Tapi, di mana ibumu?" Joshua menjawab sedih, "Pa, saat tentara datang, David menangis  ketakutan. Lalu Mama berkata, 'Tidak ada yang perlu ditakuti, David.' Lalu Mama menggandeng tangannya dan menemani David pergi."

Dalam Mazmur 139, Daud merayakan kemahatahuan dan kemahaadaan Allah  sebagai penghiburan besar bagi umat-Nya. Perjalanan hidup kita mungkin tak "seseram" kamp konsentrasi. Namun, tetap saja ada masa  yang begitu gelap dan berat. Terlalu menakutkan bila harus kita hadapi sendiri. Kadang keluarga dan kerabat tak selalu ada, tetapi  Dia Mahaada. Bahkan dalam tantangan dan kesulitan terbesar pun, Bapa surgawi "akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku" (ay.10)! --Agustina Wijayani /Renungan Harian

BILA HIDUP MENJADI BEGITU MENAKUTKAN, PEGANGLAH TANGAN SANG MAHAADA DAN JANGAN LEPASKAN.

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts