Tuesday, January 31, 2012

3 Macam Pencobaan

Hal Terpenting Dalam Hidup (Matius 4:1-11)
Oleh : Deny S Pamudji

Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (Matius 4:10)

Sebelum Yesus memulai pengajaran-Nya, Yesus berpuasa 40 hari dan 40 malam, dan akhirnya laparlah Yesus.  Kemudian datanglah si pencoba dan menantang Yesus untuk mengubah batu menjadi roti.

Disini saya ingin mengingatkan kita semua bahwa pencobaan Iblis pada Yesus merupakan pola pencobaan Iblis pada umat manusia pada umumnya.  Iblis selalu datang sebelum waktunya, sementara pertolongan Tuhan datang tepat pada waktunya.  Itulah sebabnya banyak orang jatuh ke dalam dosa karena kurang sabar menantikan waktunya Tuhan.

Kelaparan membuat seseorang berpikir irasional.  Kelaparan dapat membuat seseorang nekat melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.  Terkadang untuk mendapatkan sesuatu, seseorang bisa membunuh padahal tidak membunuh pun, dia bisa mendapatkan benda itu.

Apa jawab Yesus pada persoalan pertama manusia yakni kelaparan?  Bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.  Apa artinya?  Kelaparan badani ini memang bisa diatasi dengan makan, tetapi itu tidak akan membuat seseorang hidup.  Tentunya bukan kehidupan badani, tetapi kehidupan rohaninya.  Seseorang tidak akan pernah puas dalam hidup ini jika hanya badan yang diberi makan, tetapi rohaninya dibiarkan kosong.

Korupsi merupakan kejahatan kerah putih (white coral’s crime) dilakukan bukan oleh orang-orang yang makannya senin kamis (atau yang makannya tidak tentu jadwalnya), melainkan dilakukan oleh orang yang sudah mapan, yakni orang yang tidak lagi pernah merasakan lapar atau kelaparan.  Tetapi mengapa mereka melakukan hal tersebut?  Karena rohani mereka kelaparan.  Rohani mereka tidak terisi sehingga yang dipikirkan bagaimana mendapatkan lebih dan lebih untuk badani mereka.  Untuk gengsi, martabat, kedudukan, kehormatan, dlsb yang semuanya untuk badan, atau bagian yang terlihat.

Pencobaan Iblis yang kedua ialah menantang Yesus untuk membuktikan perkataan Tuhan.  Ini merupakah permasalahan klasik dan pernah dipakai ajaran komunisme untuk menggoyahkan iman pada adanya Tuhan.  Cerita klasiknya ialah di suatu kelas, seorang guru menyuruh murid-muridnya untuk minta roti pada Tuhan, dan murid-murid itu pun berdoa.  Setelah beberapa menit berdoa, akhirnya sang guru menghentikan doa murid-murid itu dan berkata,”Jadi, apakah Tuhan mendengar doamu?  Mana rotinya?”  Dan kemudian guru itu berkata,”Sekarang mintalah Stalin untuk menyediakan roti bagimu.  Katakanlah Stalin aku minta roti.”  Lalu murid-muridnya melakukan apa yang diajarkan guru dan benar dalam waktu yang singkat, guru tersebut membagikan roti yang telah disiapkan olehnya dan membagikan pada murid-muridnya dan mengatakan inilah roti dari Stalin.

Pola pencobaan Iblis yang kedua merupakan pola yang menjatuhkan iman.  Pola ini digunakan untuk menyerang orang-orang yang sudah berada di tengah ataupun di atas tingkat rohani rata-rata orang.  Karena orang yang dijatuhkan bukan orang yang tidak mengenal firman, melainkan orang yang memahami firman atau paling tidak kenal dengan firman itu sendiri.

Pencobaan ini biasanya dalam bentuk penyakit dan kesulitan hidup.  Penyakit yang diberikan juga bukan sekedar penyakit kulit, melainkan penyakit menakutkan yang telah membuat banyak orang kehilangan nyawa, seperti kanker.  Kesulitan hidup yang diberikan juga bukan kesulitan hidup yang biasa melainkan yang extra seperti misalnya tiba-tiba terkait pada suatu pelanggaran hukum padahal sedikit pun tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan itu.  Istilahnya dikorbankan orang lain untuk membersihkan dirinya.

Untuk menghadapi jenis pencobaan ini, Yesus mengajarkan agar kita tidak mencobai Tuhan.  Apa artinya?  Kita tidak mendahului apa kehendak-Nya dan kita tidak berprasangka buruk terhadap Tuhan.  Artinya kita bertanya dulu diri kita dulu apa penyebab dari semua ini, kemudian bertanya pada Tuhan apa rencana Tuhan dibalik semua ini.  Karena seringkali semua itu terjadi karena ketidakpedulian kita kepada diri sendiri dan juga terhadap sesama dengan berkat yang telah diberikan pada kita.

Pencobaan Iblis yang ketiga ialah pencobaan yang hampir pasti menjatuhkan setiap orang. Iblis menawarkan kemewahan dunia ini.  Siapa yang tidak mau?  Siapa yang tidak mau menjadi terkenal, terkaya, terhormat?  Di mana-mana orang mengenal kita dan mengelu-elukan kita.  Harta melimpah sehingga mau ke mana saja tinggal perintah.  Di mana pun kita maka ada tempat khusus untuk kita.

Saya kira hanya orang-orang yang tidak waras saja yang tidak mau menjadi orang seperti itu.  Tetapi, tunggu, ada pesan sponsor dari semua itu, yakni kita harus menyembah Iblis.  Dan kalau sudah menyembah Iblis maka berarti hubungan kita dengan Tuhan akan terputus karena tidak seorang pun bisa melayani dua majikan sekaligus.

Apa perbedaan berkat dari Iblis dengan berkat dari Tuhan?  Jika berkat dari Iblis, selalu ada imbalan.  Iblis tidak pernah memberi dengan percuma.  Iblis pasti menghendaki sesuatu.  Pertama jelas sesuatu dari dunia ini, dan yang terakhir adalah jiwa Anda.

Jika berkat dari Tuhan maka engkau bisa bersuka cita karena Tuhan tidak pernah meminta sesuatu dan tidak menuntut sesuatu.  Selama engkau bersandar pada-Nya dan dapat menggunakan berkat itu bukan hanya untuk dirimu sendiri, maka pastinya berkat itu terus akan mengalir dan mengalir padamu.

Jadi apa yang terpenting dalam hidup ini?  Pertama Firman agar rohani kita tidak mati.  Kedua tidak mencobai atau menggurui Tuhan.  Ketiga kita harus menyembah Tuhan yang benar.

Pertanyaan terakhir untuk Saudara jawab ialah Sudahkah engkau menyembah Tuhan yang benar?  Tuhan Yesus memberkati selalu.

Friday, January 27, 2012

Belajar Hidup

TUMBUH LEWAT PERSEKUTUAN (Kolose 3:5-17)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

"...Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran" (Kolose 3:12)

Setelah dibaptis, Pakhomius seriusingin bertumbuh. "Bertapalah. Itucara terampuh, " nasihat seorang biarawan. Di tahun 315 M, tradisi bertapa memang marak. Orang memisahkan diri dari masyarakat yang korup. Menyendiri di gurun. Berdoa dan puasa. Setelah mencoba, Pakhomius merasa itu tidak tepat. "Bagaimana bisa belajar rendah hati, jika hidup sendiri? Bagaimana belajar bersabar, tanpa menjumpai sesama?" Ia pun berhenti bertapa dan mengembangkan spiritualitas persekutuan. Menurutnya, orang bertumbuh dalam pergaulan, bukan kesendirian.

Paulus memotret sifat-sifat manusia baru, antara lain: belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran (ayat 12). Ini buah kehidupan bersama. Belas kasihan dan kemurahan muncul saat melihat kebutuhan sesama. Kerendahan hati terbentuk saat menjumpai kelebihan orang lain. Kelemahlembutan dan kesabaran teruji saat berhadapan dengan hal-hal yang menyakitkan. Jemaat Kolose terdiri dari berbagai macam orang yang disatukan dalam kasih Kristus (ayat 11). Orang-orang "sulit" jelas ada (ayat 13). Namun, mereka diminta tetap bersatu (ayat 14). Tidak meninggalkan persekutuan. Di situlah terjadi proses pembentukan. Lewat konflik, orang saling menegur dan bertumbuh (ayat15-16).

Adakah orang yang kerap menjengkelkan Anda? Atau, Anda kecewa dengan perilaku orang-orang sulit di gereja? Ingatlah bahwa melalui mereka, sifat-sifat Anda kian diasah dan dibentuk Tuhan sebagai orang-orang pilihan-Nya. Jadi, bertahanlah! Sambut pembentukan Tuhan melalui persekutuan dengan hati bersyukur! --JTI

TANPA BELAJAR HIDUP SEHATI, TIADA PERTUMBUHAN IMAN SEJATI

Sumber : Renungan Harian

Cinta Harta

PERSETERUAN (Lukas 12:13-21)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

"...waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu" (Lukas 12:15)

Kalau harta dan kuasa sudah menutupi mata hati, tetangga, teman, saudara biarpun seiman tidak ada artinya, toleransi di wilayah sempit tidak ada. Yang ada cuma menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, sekalipun menyebabkan orang lain menderita, " demikian seorang pembaca mengomentari berita KOMPAS 11 Agustus 2011 tentang pembangunan pelabuhan senilai 1, 1 miliar dolar di Kuwait yang memicu ketegangan dengan Irak. Maklum, wilayah perairan Irak menyempit dan situasi ekonomi dan perdagangan mereka pun bisa terjepit.

Perseteruan akibat harta, entah itu dalam lingkup antar negara, organisasi, atau anggota keluarga, bukanlah hal yang baru. Orang-orang pada zaman Yesus juga mengalaminya. Bacaan kita hari ini memuat salah satu kasus pertengkaran antar saudara akibat warisan. Tampaknya mereka sampai saling tidak bicara, hingga meminta Yesus menjadi pengantara mereka (ayat 13-14). Yesus memberi peringatan keras: hidupmu tidak tergantung pada kekayaanmu. Lewat perumpamaan yang tajam, Yesus menunjukkan betapa timbunan harta tak berdaya menolong ketika nyawa pemiliknya diambil Sang Pencipta pada saat yang tak terduga (ayat 20-21). Ketika bertemu Tuhan, baru ia menyadari kebodohannya menghabiskan hidup hanya untuk menumpuk harta!

Hati yang tamak akan harta tega berbuat apa saja dan mengorbankan siapa saja, termasuk anak, istri, saudara, orang tua, dan sahabat, demi memuaskan keinginannya. Parahnya lagi, Tuhan dilupakan. Mari memeriksa diri hari ini. Waspadalah jika kita mulai lebih mengasihi harta daripada Tuhan dan sesama –SST

CINTA HARTA MEMBAWA PERSETERUAN DAN KEBINASAAN, CINTA TUHAN MEMBAWA PENDAMAIAN DAN KEHIDUPAN

Sumber : Renungan Harian

Thursday, January 26, 2012

Prosperity

A Full Life (Deuteronomy 8:7-18)

Of His fullness we have all received, and grace for grace. —John 1:16

During the celebration of the Chinese New Year, it is customary to use certain words in print and conversation. One word is often used by itself. It is the word full, meaning “abundance of” and is used to wish someone material prosperity for the year ahead.

Moses told the Israelites about the wealth and prosperity in the land of Canaan before they entered it (Deut. 8:7-9). They would have everything they needed and more. But he warned them of the danger of forgetting that God, the One who had brought them out of Egypt and protected them along the way, had given them that abundance (v.11). Thus Moses commanded them, “You shall remember the Lord your God, for it is He who gives you power to get wealth” (v.18).

“Wealth,” of course, is not just material things. Everything you have is from God. Our Lord Jesus told His disciples, “I have come that [you] may have life, and that [you] may have it more abundantly” (John 10:10).

We too may be tempted to forget that it’s the Lord who has blessed us and has met our needs. Our lives will be full, abundant, and satisfying only when we are connected to Jesus Christ. —C. P. Hia

You only are true Life,
To know You is to live
The more abundant life
That earth can never give. —Clarkson

Never let the abundance of God’s gifts cause you to forget the Giver.

Source : Our Daily Bread

A New Lump

Purge Out The Old (1 Corinthians 5)

Purge out the old leaven, that you may be a new lump, since you truly are unleavened. For indeed Christ, our Passover, was sacrificed for us. —1 Corinthians 5:7

Several days before their New Year celebration, many Chinese families give their home a thorough cleaning. There’s a Cantonese saying that goes: “Wash away the dirt on ninyabaat” (28th day of month 12). They practice this tradition because it is believed the cleaning sweeps away the bad luck of the preceding year and makes their homes ready for good luck.

When the apostle Paul wrote to the believers at Corinth, he asked them to give their lives a thorough cleansing—not for good luck but to please God. He told them to “purge out the old leaven” (1 Cor. 5:7).

Paul used the Jewish feasts of Passover and Unleavened Bread (Ex. 12:1-28) as a backdrop for this statement. Leaven (yeast) was a symbol of sin and corruption and was to be removed from Jewish homes to celebrate these festivals (Deut. 16:3-4). Because Jesus is the Passover Lamb who cleanses us from sin, the Corinthians were to scour their hearts and remove the leaven of sexual immorality, malice, and wickedness from their lives and their assembly (1 Cor. 5:9-13).

Out of gratitude to Jesus for His sacrifice, let us purge out the sin in our lives and celebrate the holiness that only He can bring. —Marvin Williams

The holiness of God demands
A heart that’s pure within,
Yet grace unites with holiness
To purge the heart from sin. —D. De Haan

Sin’s contamination requires the Savior’s cleansing.

Source : Our Daily Bread

Bersandar Pada-Nya

PILIH MANA? (Daniel 6:1-29)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya.Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka kea rah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)

Menjadi seorang kristiani yang hidupnya serba cukup, karir sukses, taat firman, jadi berkat bagi banyak orang, memuliakan Tuhan sepanjang hidup; siapa yang tak mau? Namun, bagaimana kalau demi ketaatan pada Tuhan dan kesaksian hidup yang memuliakan-Nya, kita mungkin dimusuhi orang, kehilangan pekerjaan, hidup serba susah, bahkan nyawa terancam? Akankah Anda tetap bertahan dengan iman Anda?

Daniel pernah diperhadapkan pada situasi yang demikian. Kecakapan dan reputasinya mengusik sejumlah pejabat istana raja (ayat 2-5). Sebab itu, mereka mengatur strategi licik untuk menjebak dan mematikan Daniel di mulut singa-singa ganas. Raja Darius yang kurang waspada dan terpesona oleh retorika para pejabat yang menjilat (ayat 8) masuk dalam perangkap dengan mengesahkan undang-undang hukuman mati bagi siapa saja yang dalam waktu sebulan menyembah apa pun selain dirinya. Apa yang akan kita lakukan jika menjadi Daniel? Berhenti berdoa selama sebulan demi menyelamatkan karir dan nyawa terdengar sebagai pilihan yang masuk akal, bukan? Namun, ia adalah orang yang tak dapat ditawar dalam hal ibadah kepada Tuhan. Ia tetap berdoa dan memuji Tuhan sebagaimana biasanya (ayat 11). Takkan pernah ia menggantikan arah hatinya kepada sesuatu selain Tuhan.

Kepada siapa hati kita terarah? Kepada Tuhan seperti yang dicontohkan Daniel? Atau kepada diri sendiri, karir, kenyamanan hidup, reputasi, penghargaan orang? Bisa jadi pilihan untuk tetap konsisten menaati Tuhan tampak merugikan, tetapi di situlah akan nyata siapa yang mendapat tempat terutama di hati kita –DKL

PILIHAN-PILIHAN KITA ADALAH CERMIN NYATA SEBERAPA PENTING TUHAN BAGI KITA

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, January 25, 2012

Jangan Takut

Kuasa Roh Kudus (Lukas 12:1-12)
Oleh : Deny S Pamudji

“Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan” (Lukas 12:12)
Rasa keamanan yang dibutuhkan masyarakat, kini menjadi semakin berkurang karena beberapa kejadian yang mau tidak mau membuat sebagian masyarakat menjadi takut.  Takut dibunuh oleh karena memiliki handphone, takut berpergian di malam hari karena beberapa perkosaan yang terjadi.

Sebenarnya kita tidak perlu takut pada apa pun selama kita selalu bersandar pada-Nya karena Yesus telah berjanji untuk menyertai kita selalu .  Bahkan dikatakan rambut di kepala kita pun sudah dihitungnya dan tidak sehelai pun jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Luar biasa penyertaan Tuhan dan bicara tentang rambut, pengetahuan forensik menyatakan dari sehelai rambut bisa diketahui DNA seseorang.  Dan rambut itu juga yang bisa bertahan lama karena rambut tidak bisa terurai menjadi hancur.

Yang kedua mengapa kita tidak boleh takut karena kita memiliki Roh Kudus dan Roh inilah yang akan menjaga kita terhadap prilaku buruk dan yang akan memberi jawab pada saat kita dihadapkan dengan pengadilan karena kebenaran.

Jadi perlukah kita takut?  Tuhan memberkati selalu.

Saturday, January 21, 2012

Keep Trying

Magic Eye (Hebrews 11:1-10)

[God] is a rewarder of those who diligently seek Him. —Hebrews 11:6

One of my nephews brought a book of Magic Eye images to a family gathering. Magic Eye images look like ordinary two-dimensional patterns, but when viewed in a certain way, the flat surface appears three-dimensional.

We took turns trying to train our eyes to make the three-dimensional image pop out. One family member had trouble seeing the extra dimension. Several times I noticed he had the book open, looking at it from all different distances and directions. But even though he couldn’t see the hidden image, he believed it was there because others had seen it.

His persistence made me think about the importance of having the same tenacity in matters of faith. The danger for those who doubt is that they stop looking for God because they believe He can’t be found. Moses warned the Israelites that future generations would wander from God. He promised, however, that those who seek God with all their heart and soul will find Him (Deut. 4:29). The book of Hebrews confirms that God rewards those who diligently seek Him (11:6).

If you struggle to believe, remember: Just because you don’t see God doesn’t mean He doesn’t exist. He promises to be found by those who seek Him. —Julie Ackerman Link

I searched with all my heart to know
If God was really there;
He graciously revealed Himself,
His mercy, love, and care. —Cetas

Because God is great, He will be sought; because God is good, He will be found.

Source : Our Daily Bread

Friday, January 20, 2012

Great Physician

Extending Grace (Matthew 9:9-13)

Those who are well have no need of a physician, but those who are sick. —Matthew 9:12

In the mid-1970s, divorce filings and final decrees appeared in the Public Records section of our local newspaper. Rev. Bill Flanagan, a pastor at our church, read those names week after week and began to picture people, not statistics. So he created a Divorce Recovery Workshop to offer help and healing in Christ to hurting people during a difficult time. When concerned church members told Bill he was condoning divorce, he softly replied that he was simply extending God’s grace to folks in need.

When Jesus invited Matthew the tax collector to follow Him, he accepted. Matthew then invited Jesus to dinner at his house. After the religious leaders criticized Him for eating with tax collectors and sinners, Jesus said, “Those who are well have no need of a physician, but those who are sick. But go and learn what this means: ‘I desire mercy and not sacrifice.’ For I did not come to call the righteous, but sinners, to repentance” (Matt. 9:12-13). Jesus, the Great Physician, wants to meet each of us at our point of need, offering forgiveness, healing, and hope. What we don’t deserve, He freely gives.

By reaching out to people in need, we can extend to others this grace of God in Christ—guiding them to His healing touch. —David McCasland

There’s advantage in our weakness,
There is blessing in our pain;
It is when we’re feeling helpless
That God’s grace and strength sustain. —Fitzhugh

When you know God’s grace, you’ll want to show God’s grace.

Source : Our Daily Bread

Kerelaan

Membalas Kejahatan (Roma 12:17-21)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang (Roma 12:17)

Toni jengkel. Sejak berdiri, pabriknya sering ditimpuki anak jalanan. Puluhan kali alarm pencuri berbunyi. Suatu hari dipergokinya 3 anak mencuri mangga di halaman. Mereka terpojok ketakutan. Toni naik darah, tetapi tiba-tiba teringat firman Tuhan: "Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan." Diberinya tiap anak satu mangga sambil dinasihati: "Lain kali minta saja, jangan mencuri." Dua hari kemudian, 5 anak datang minta mangga! Toni sabar melayani. Rela diganggu. Lama-lama, mereka datang tiap sore. Bukan lagi untuk minta mangga, melainkan untuk berteman. Mereka diajari baca tulis. Pabriknya jadi aman. Lebih lagi, anak-anak jalanan bisa belajar mengenal kasih Tuhan.

Saat orang berbuat jahat, biasanya kita ingin membalas. Mengapa? Sebab kita merasa terganggu. Terluka. Jika membalas, ada rasa puas. Namun, pembalasan membuahkan pembalasan;melahirkan lingkaran dendam tak berkesudahan. Rasul Paulus memberi saran radikal: berbuat baiklah pada musuhmu! (ayat 17, 20). Tindakan kasih tanpa pamrih berkuasa menghancurkan hati lawan, mengubah dendam menjadi pengampunan (ayat 21). Kita bertanya, "Lantas bagaimana dengan kejahatan mereka? Tidakkah mereka harus menerima hukuman setimpal?" Soal pembalasan, kata Paulus, serahkan saja pada Tuhan (ayat 19). Bagian kita adalah menunjukkan kebaikan.

Untuk bisa berbuat baik saat disakiti, kita harus bersabar menghadapi orang-orang yang sulit dan berhati bengkok. Untuk itu dibutuhkan penyangkalan diri. Ingat janji firman Tuhan. Memang tak mudah, namun hasilnya indah. Cobalah! --JTI

HANYA ORANG YANG RELA DIGANGGU DAPAT TUHAN PAKAI MENYENTUH HIDUP SESAMA

Sumber : Renungan Harian

Daging dan Roh

Antara Karsa dan Karya Galatia 5:16-26)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki (Galatia 5:17)

Menteri Rekonstruksi Jepang, Ryu Matsumoto, mengundurkan diri karena telah bersikap kasar ketika berkunjung ke tempat korban tsunami beberapa waktu yang lalu. Menarik untuk menyimak apa yang ia jelaskan mengenai perilakunya: "Golongan darah saya B. Artinya saya bisa meledak sewaktu-waktu dan maksud saya tidak selalu sama dengan tindakan saya, " ujarnya. Apakah pernyataannya itu mengandung kebenaran atau hanya untuk membela diri?

Sebenarnya, masalah ketidakserasian antara "keinginan melakukan" (karsa) dengan "apa yang dilakukan" (karya) adalah masalah klasik sejak dulu. Paulus menjelaskan penyebabnya: "keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." Kita bisa mengetahui karsa mana yang lebih kuat dalam diri seseorang dengan melihat karyanya. Perbuatan daging adalah segala tindakan dosa (19-21) sedangkan buah Roh adalah kasih, damai sejahtera dan segala hal baik lainnya (22-23). Sebagai milik Kristus, seharusnya karsa Roh Kudus menguasai hidup kita dan mengendalikan setiap karya kita (24-25).

Tidak mudah memang membuat serasi antara karsa dan karya sebagai seorang anak Tuhan. Itu sebabnya kita tidak dapat melakukannya sendiri. Kita perlu bergantung pada Roh Kudus untuk menolong kita. Mari terus memberi diri dan mohon kepekaan mengikuti pimpinan-Nya. Tindakan kita tidak tergantung pada golongan darah kita, tetapi tergantung siapa yang memimpinnya. Apakah kita dipimpin oleh Roh atau dikendalikan oleh kedagingan kita. Selamat dipimpin Roh! --ENO

BERILAH DIRI DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS ATAU KEDAGINGAN YANG AKAN MENGENDALIKAN KITA TERUS

Sumber : Renungan Harian

Penyesatan

Hidup oleh Roh (Roma 8:1-17)
Oleh : Deny S Pamudji

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang di dalam Kristus Yesus. (Roma 8:1)

Ayat di atas menjadi pegangan suatu denominasi sehingga para pengikutnya ‘tertipu’ karena mereka menganggap apa pun yang mereka kerjakan tidak akan lagi berpengaruh bagi mereka.  Mereka sangat yakin masuk sorga.  Mereka bebas berbuat apa saja karena penebusan Yesus adalah untuk sekali dan seterusnya.

Betulkah apa yang diajarkan itu?  Sebenarnya tidak demikian.  Jika saja pengikut denominasi itu teliti, dari ayat yang dicabut itu saja, mereka harusnya mengerti bahwa itu hanya berlaku ‘bagi mereka yang di dalam Kristus’.  Apa artinya?  Di dalam berarti tidak di luar.  Di dalam berarti ada aturan yang harus dituruti.  Di mana pun kita, jika kita di dalam, maka kita menjadi terikat pada aturan.  Di dalam kantor, ada aturan kantor.  Di dalam bisnis, ada aturan juga.  Di dalam kendaraan umum, ada juga aturan.  Singkatnya jika kita di dalam, kita perlu ikut aturan.

Di dalam bacaan kita, Paulus menjelaskan bagaimana ada dua macam kehidupan.  Hidup dalam daging, atau hidup dalam Roh.  Jika kita hanya mau bebas dan menuruti nafsu kita, maka itu berarti kita masih hidup di dalam daging.  Tetapi jika kita mau melakukan dan berusaha melakukan apa yang difirmankan dan mendengar apa yang diingatkan Roh kita, maka kita hidup di dalam Roh.  Dan barang siapa hidup di dalam Roh, maka tidak akan ada penghukuman.  Karena Roh Allah adalah Roh yang turut aturan dan selalu berdasarkan Firman.

Jadi tinggal kita memilih hidup yang mana yang ingin kita lakukan.  Tuhan memberkati.

Praktek

Mendengar dan Melakukan (Lukas 6:46-49)
Oleh : Deny S Pamudji

Mengapa kamu berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? (Lukas 6:46)

Dapatkah seseorang menjadi pandai berenang hanya dengan membaca buku petunjuk cara berenang?  Saya kira tidak.  Karena untuk bisa berenang, seseorang harus masuk ke dalam air dan mengerjakan gerakan demi gerakan seperti buku petunjuk.  Perlu waktu dalam usaha menyempurnakan gerakan tersebut.

Tuhan Yesus juga menginginkan kita untuk praktek atau mengerjakan apa yang pernah diajarkan kepada kita.  Tuhan Yesus mengajarkan kasih dan itu harus kita praktekkan.  Atau kita hanya ingin menjadi kristen aspal.  Kita pandai bercerita tentang kasih, tetapi nol dalam perbuatan.  Di mana pun dan ke mana pun, kita dengki, iri, dendam, benci.  Tidak pernah memaafkan, tidak pernah mau mengerti, berlaku curang, berlaku tidak adil.

Dengan melakukan, sebenarnya kita membuat diri kita bagai rumah yang dibangun di atas dasar yang dalam dan kuat (digambarkan dengan batu – ayat 48).  Mengapa demikian?  Karena semakin kita berpraktek (melakukan), semakin kita mengerti apa yang terkandung di dalam ajaran-Nya dan kita pun semakin bertumbuh di dalam keyakinan kita di dalam-Nya.

Sebab itu bukan teori atau hanya mendengar saja yang diperlukan.  Praktekkan atau lakukan apa yang kita dengar/baca atau semua akan menjadi sia-sia.  Tuhan memberkati selalu.

Thursday, January 19, 2012

Endurance

Regaining Our Balance (6:10-18)

Take up the whole armor of God, that you may be able to withstand in the evil day, and having done all, to stand. —Ephesians 6:13

For the last few years, my wife, Marlene, has suffered from inner-ear problems that cause her to lose her equilibrium. Without warning, something inside her ear is upset and she becomes dizzy. If she tries to sit or stand, a condition called vertigo makes that impossible—and she has to lie down. No amount of effort can compensate for the power of the inner ear to disrupt and disturb. An active person, Marlene finds these unwelcome episodes frustrating.

Sometimes life is like that. Something unexpected upsets our routine, and we are knocked off-balance. Perhaps it’s bad news about our job being eliminated or disturbing test results from our doctor. It may even be an attack from our spiritual enemy. In each case, our emotional equilibrium is hammered, and we feel as if we can’t stand.

Those moments should cause us to turn to God. When we feel we are losing our balance, He can help. He provides spiritual resources to help us stand. Paul says, “Take up the whole armor of God, that you may be able to withstand in the evil day, and having done all, to stand” (Eph. 6:13).

When life knocks us off our feet, we don’t have to be frustrated. With God’s strength lifting us up and God’s armor protecting us, we can still stand strong. —Bill Crowder

With patience in His love I’ll rest,
And whisper that He knoweth best,
Then, clinging to that guiding hand,
A weakling, in His strength I’ll stand. —Pentecost

We can endure anything if we depend on God for everything.

Source : Our Daily Bread

Other’s Help

A Time For Good Counsel (Exodus 18:13-24)

So Moses heeded the voice of his father-in-law and did all that he had said. —Exodus 18:24

Because of the busy lives many of us lead, it’s not hard to recognize ourselves in the over-extended situation of Moses in Exodus 18. As the sole judge for the masses, he was surrounded “from morning until evening” (v.13) by people who needed his help.

In fact, I’ve had people—particularly young parents—tell me that they identify with Moses. It seems that we need to learn two life skills for survival: an eagerness to listen (v.24) and the willingness to accept help (v.25). Sometimes we don’t accept help because of pride, but that’s not always the case.

With Moses, and often with us, it’s simply that life is moving so quickly and making so many demands on us (vv.13-15) that we barely have time to react—let alone to contemplate or go to someone else for advice. Perhaps this is one reason the Scriptures remind us to surround ourselves with counselors who will offer their experience and wisdom even when we’re too busy to ask for it. We see this in the story of what Jethro did for Moses when he told his son-in-law to delegate some of his responsibilities (vv.17-23).

Don’t be overwhelmed. Instead, seek godly counsel and then follow through on what you are told. —Randy Kilgore

Lord, give us ears to hear advice
From loved ones wise and humble;
So when life’s challenges appear,
We will not have to stumble. —Sper

He who will not be counseled will not be helped.

Source : Our Daily Bread

Wednesday, January 18, 2012

Tutur Kata

Pesan Terakhir (Efesus 4:17-32)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh anugerah (Efesus 4:29)

"Saya hanya ingin kamu tahu saya benar-benar mencintaimu. Saya ingin kamu berbuat baik, berbahagialah.... " Itulah potongan pesan terakhir yang sempat ditinggalkan Brian Sweeney dimesin penjawab telepon isterinya, sebelum pesawat yang ia tumpangi ditabrakkan pembajak ke gedung WTC, 9 September 2001. Pesan yang singkat, mengharukan, sekaligus menghangatkan hati yang mendengarnya. Perkataan yang baik, yang menguatkan, yang membangun orang lain, adalah salah satu hal yang didorong Rasul Paulus untuk dilakukan semua orang percaya, bukan saja menjelang akhir hidup, melainkan sejak menerima hidup baru di dalam Kristus (ayat 20-24). Hidup baru perlu diwujudkan dalam kehidupan nyata setiap hari, termasuk melalui setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Yang dimaksud perkataan baik tidak berarti kata-kata yang romantis belaka, tetapi apa yang meneguhkan, menguatkan, ramah, penuh kasih dan pengampunan (ayat 29,32). Berbanding terbalik dengan kata-kata kotor yang merusak (ayat 31).

Mana yang lebih banyak keluar dari mulut kita setiap hari? Perkataan yang baik atau justru yang merusak? Ucapan yang membawa orang mengagumi Tuhan, atau malah yang membuat mereka kehilangan rasa hormat dan kasih pada-Nya? Sobat, jangan tunggu detik-detik terakhir untuk mengucapkan tutur kata yang baik. Kita tidak tahu kapan saat itu tiba. Hidupilah setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhir kita. Mohon Roh Kudus memberi hikmat agar setiap orang yang mendengar perkataan kita dapat beroleh kasih karunia Tuhan-SST

PAKAILAH SETIAP KESEMPATAN YANG ADA MEMBAWA ORANG SELANGKAH LEBIH DEKAT KEPADA KRISTUS

Sumber : Renungan Harian

Nasihat

Hubungan Antara Anggota Keluarga (Kolose 3:18-4:6)
Oleh : Deny S Pamudji

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)

Kali ini Paulus memberi nasihat tentang hubungan anggota keluarga.  Bagaimana seharusnya isteri terhadap suami, dan sebaliknya; bagaimana seharusnya anak terhadap orangtua, dan sebaliknya; bagaimana hamba terhadap tuannya, dan sebaliknya.

Hal yang menarik di sini ialah nasihat Paulus ternyata mencakup 2 hal yang penting, yakni hubungan di dalam keluarga dan hubungan dalam kerja atau usaha.  Cuman karena saat menulis nasihat ini hamba-hamba tinggal di dalam keluarga, maka judul perikopnya ialah hubungan antara anggota keluarga.  Tetapi, nasihat tsb malah sekarang semakin hidup sebab mencakup dalam (keluarga) dan luar (kerja/usaha).

Hal menarik lain yang disebut Paulus selalu mulai dari yang kedua, yakni isteri, anak-anak, hamba-hamba.  Paulus tidak mulai dari yang pertama, yakni suami, orangtua, dan tuan-tuan.  Apa artinya?  Paulus sengaja mengungkapkan keuntungan/benefit terlebih dulu.  Jadi kalau kita ingin mendapatkan sesuatu, tentunya kita juga harus melakukan sesuatu.  Ingin isteri tunduk padamu, kamu juga harus mengasihi isteri dan tidak kasar padanya.  Ingin anak-anakmu taat padamu, kamu tidak boleh membuat anak-anakmu sakit hati.  Ingin pekerja-pekerjamu berusaha benar, tekun, inisiatif, dan tidak perlu diawasi, maka kamu sebagai tuannya harus juga berlaku adil.

Dan satu hal lainnya yang dinasihatkan Paulus terhadap pengikut Kristus di Kolose yang juga termasuk kita yang mengaku sebagai kristen ialah hiduplah dengan penuh hikmat dan perkatakanlah perkataan kasih dan tidak hambar (bukan perkataan yang tidak berarti melainkan perkataan yang membawa rasa yang bisa membuat orang yang mendengar dikuatkan, mendapat kelegaan atau jawaban atas masalahnya, sukacita, dan keselamatan atas jiwanya).

Siapkah kita mengerjakannya?  Tuhan Yesus memberkati.

Tuesday, January 17, 2012

Mengabarkan Kristus

Hanya Satu Jalan? (Kisah Para Rasul 4:1-13)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Tidak ada keselamatan di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kisah Para Rasul 4:12)

Apakah Yesus satu-satunya jalan bagi keselamatan manusia? Menjawab pertanyaan ini, Robertson McQuilkin memberi suatu analogi. Bayangkan Anda adalah satpam rumah sakit yang bertugas di lantai 10. Anda tahu lokasi tangga darurat yang denahnya sudah ditandai dengan jelas. Ketika terjadi kebakaran besar, tepatkah jika Anda mendiskusikan kemungkinan adanya jalan aman selain melalui tangga darurat tersebut atau kemungkinan selamat jika terjun dari lantai 10? Tanggapan paling tepat adalah membawa semua pasien secepat mungkin menuju tangga darurat.

Petrus dan Yohanes ditangkap, ditahan, dan disidang. Mereka diancam dan dilarang keras untuk berbicara tentang Yesus. Namun, mereka tidak dapat dihentikan. Alasannya lugas dan logis: Jika keselamatan bagi manusia di seluruh dunia hanya ada di dalam iman kepada karya Yesus (ayat 12), bagaimana mungkin tidak menyebarluaskan pengalaman dan kabar baik ini kepada semua orang (ayat 20)? Tidak mungkin. Yesus sendiri pernah mengajar mereka, "Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6).

Pertanyaan besarnya bukanlah mengapa jalan keselamatan hanya satu atau bagaimana nasib kekal dari orang-orang yang terhilang. Misteri besarnya ialah mengapa kita sibuk melakukan banyak hal yang baik, tetapi tak sempat mengusahakan agar semua orang mendengar Firman kehidupan dalam Kristus yang memerdekakan. Daripada mencari alasan pemaaf bagi kita untuk tidak membagikan kabar kelepasan ini, mari kita mencari cara kreatif untuk menyampaikannya kepada sebanyak mungkin orang --JOO

PAKAILAH SETIAP KESEMPATAN YANG ADA MEMBAWA ORANG SELANGKAH LEBIH DEKAT KEPADA KRISTUS

Sumber : Renungan Harian

Hidup Kudus

Jauhkan Pencemaran (1 Tesalonika 4:1-12)
Oleh : Deny S Pamudji

Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1 Tesalonika 4:7)

Ada denominasi kristen yang mengajarkan begitu kita menerima Yesus, maka kita pasti masuk sorga.  Apa pun yang kita lakukan tidak akan lagi berpengaruh pada kita.  Benarkah pernyataan itu?!

Dalam ayat 7 bacaan Firman di atas dinyatakan kita dipanggil bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan yang kudus.  Pada saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita, maka pada saat itu pula semua dosa yang telah kita lakukan telah ditebus oleh darah Yesus.  Namun setelah itu, adalah kewajiban kita untuk menjaga kekudusan itu.  Bagaimana menjaganya?  Jangan mencemari kekudusan kita dengan percabulan dan jangan hidup dalam keinginan hawa nafsu.

Percabulan yaitu mengumbar nafsu birahi pada orang selain pasangan resmi kita.  Percabulan terjadi karena seringnya kita berdekatan dengan orang yang berlainan jenis dengan kita.  Dimulai dengan sharing, dan seringnya berdekatan berdua, akhirnya menjadi serong.

Hidup kudus juga berarti hidup yang penuh kasih persaudaraan.  Menganggap semua orang itu sebagai saudara kita dan mengasihi mereka seperti mengasihi saudara kita.  Dan rasul Paulus mengindikasikan bahwa hidup kudus tidaklah mudah.  Hidup kudus harus sungguh-sungguh. Sebab hanya dengan kekudusanlah kita berani menghampiri Yesus pada saat Dia datang kembali.

Marilah kita belajar hidup kudus selama masih ada kesempatan.  Tuhan memberkati.

Monday, January 16, 2012

God’s Handiwork

Each Life A Gift (Psalm 139:1-16)

I will praise You, for I am fearfully and wonderfully made. —Psalm 139:14

A young woman was pregnant but unmarried. And even though she lived in a society that didn’t place a high value on unborn life, she wisely chose to allow her baby to live.

The child, whom she generously made available for adoption, became part of a loving Christian family who nurtured their precious daughter, loved her, and showed her the way to Christ.

Before that girl reached adulthood, however, she died. Her death left a massive void in her family’s life, but it also left behind memories of childhood joy and youthful enthusiasm. Sure, her death created a gaping hole in the hearts of all who loved her, but imagine what they would have missed had they never held her in their arms, shared Jesus with her, laughed with her, taught her, and cherished her.

Every life—every child—is a wonderfully made sample of God’s handiwork (Ps. 139). Every human is an image-bearing likeness of God (Gen. 1:27) and a descendant of our first God-breathed parent, Adam.

Death robs us of a certain completion we desire in a life, but it also reminds us of the value of each life God creates (Col. 1:16). Cherish the gift of life and savor the joy of God’s handiwork. —Dave Branon

Every life has been created—
God’s handiwork displayed;
When we cherish His creation,
We value what He’s made. —Sper

All life is created by God and bears His autograph.

To read today's online visit Our Daily Bread

Obedience

Unhook The Chain (John 14:15-24)

If you love Me, keep My commandments. —John 14:15

Jesus made it clear to His disciples that He is “the way, the truth, and the life” (John 14:6). He is the only way to the Father, and our belief and commitment to Him results in love and obedience—and leads to an eternal home in heaven.

Christina, a Bible student in Minsk, Belarus, wrote this testimony: “Jesus died for everyone, even the most desperate sinner. The worst criminal who comes to Him in faith, the Lord will accept.

“For a very long time, Jesus had been knocking at my door. Figuratively speaking, the door to my heart was open. I was a believer. But I kept the safety chain in place. I would not turn my life over to Him.”

Christina knew this was not right, and she felt that God was compelling her to make a change. “I knelt before Him and opened the door as wide as I could.” She took off the chain.

Committed followers of Jesus will do what He commands—without safety chains or back doors. No reserving little corners of our lives all for ourselves. No secret sins.

If, like Christina, you’ve been holding back from surrendering to God, it’s time to unhook that safety chain. Let go of those reservations. Throw open the doors of your life, and experience the joy of obedient discipleship. —Dave Egner

Less of self and more of Jesus,
More and more each day like Thee;
Just to live in full surrender
For my Lord who ransomed me. —Wonder

No life is more secure than a life surrendered to God.

Source : Our Daily Bread

Light of The World

Attracting The Lost (2 Corinthians 5:12-21)

I have come as a light into the world. —John 12:46

My friend Anna often has people stop her on the street and ask for directions. This has happened to her even in countries where she is a foreigner. She wonders if it’s because she has an honest face and looks trustworthy. I suggested that perhaps it’s because she looks as if she knows where she’s going. Another friend said that maybe she attracts the lost.

All of those attributes should be true of God’s people in the spiritual sense. As believers, we have purpose and direction, we know where we’re going, and we know how to get there. This gives us confidence as we go about fulfilling God’s call in our lives. When this kind of confidence is evident to others, the lost will look to us for direction.

God has always maintained a presence on earth so that people could find Him. His first light for the world was the nation of Israel (Isa. 42:6). Then Solomon prayed that God’s great name would draw people to Himself (1 Kings 8:41-43). The light of the Jewish nation culminated in Jesus, “the light of the world” (John 9:5). And now, followers of Jesus are to be the light of the world (Matt. 5:14). As such, it is our responsibility to show people the way to be reconciled to God (2 Cor. 5:18). —Julie Ackerman Link

You are called with a holy calling
The light of the world to be;
To lift up the lamp of the Savior
That others His light may see. —Anon.

To lead others out of the darkness of sin, let them see your light.

Source : Our Daily Bread

Benda Suci

Takhayul Rohani (1 Samuel 4:1B-11)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa Tuhan membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian Tuhan, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita" (1 Samuel 4:3)

Kita mungkin pernah menyaksikandalam film-film horor, bagaimana kitab suci atau simbol-simbol agama. Digunakan untuk membuat setan takut dan tak berdaya. Entah dipengaruhi film semacam itu atau tradisi keluarga, ada orang kristiani yang melakukan hal serupa. Mereka memasang salib di rumahnya dengan harapan rumah tersebut akan terlindung dari gangguan setan. Beberapa orang akan merasa sangat tenang ketika tidur didampingi Alkitab.

Dalam bacaan hari ini, tua-tua Israel mempertanyakan mengapa Tuhan tidak menyertai mereka dalam peperangan. Sebenarnya mereka telah mengarahkan pikiran kepada Pribadi yang tepat. Sayangnya, mereka lalu mengambil kesimpulan yang salah. Dengan cepat mereka mencari "sesuatu" untuk membuat mereka tenang. Mereka mendatangkan "benda suci", yakni Tabut Perjanjian, diiringi oleh "orang-orang suci" yakni para imam, Hofni dan Pinehas. Pikir mereka, benda-benda itu dapat membuat Tuhan datang dan melepaskan mereka. Mereka termakan dengan takhayul rohani sama seperti musuh mereka yang juga sangat takut dengan tabut tersebut. Hasilnya? Kekalahan mereka justru makin parah. Ternyata, orang-orang suci dan benda suci tidak dapat menolong mereka.

Tak jarang kita pun menghadapi kesulitan hidup bak peperangan setiap hari. Kala mencari perasaan tenang dan kemenangan, kepada apa atau siapa kita menaruh harap? Adakah benda atau pribadi tertentu-yang justru bukan Tuhan-menjadi tempat kita bertumpu? Hati-hati dengan takhayul rohani yang membuat kita meng-ilahkan sesuatu dan menyakiti hati Tuhan --PBS

KALA KITA PERLU RASA AMAN DAN TENANG KEPADA TUHAN SAJA SEPATUTNYA KITA DATANG

Sumber : Renungan Harian

Perempuan Samaria

Penginjil Sukses (Yohanes 4:1-42)
Oleh : Deny S Pamudji

Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu …. (Yohanes 4:39)

Amanat agung dari Yesus Kristus ialah agar kita menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya dan itu hanya bisa dilakukan jika kita mengadakan penginjilan. Nah, itu pula bagian yang sering dihindari oleh pengikut Yesus.  Ah, menginjil?!  Itu kan tugas penginjil!  Sebenarnya sulitkah menginjil?

Adalah seorang perempuan Samaria yang hidupnya sudah 5 kali kawin dan saat bertemu dengan Yesus, perempuan itu sedang hidup bersama dengan seorang pria tanpa ikatan perkawinan alias kumpul kerbau.  Perempuan yang hidup perkawinannya ini carut marut saja bisa dipakai Tuhan dengan heran, apalagi seseorang yang hidupnya baik-baik, tentunya bisa dipakai Tuhan dengan lebih lebih heran lagi.

Apa yang dilakukan perempuan Samaria ini?  Perempuan ini dengan tidak malu-malu menceritakan pada teman-temannya, tetangganya, atau orang-orang sekitarnya tentang seseorang (Yesus) yang bisa mengungkapkan masa lalunya yang buruk.  Ini suatu pengorbanan dari perempuan Samaria karena ketika dia menceritakan orang tentang Yesus, mau tidak mau dia juga menceritakan tentang dirinya dengan perkawinannya yang gagal dan tentang kumpul kerbaunya. Namun justeru karena kepolosannya itulah, orang-orang percaya kepadanya dan ingin menemui Yesus. 

Ketika orang-orang tersebut menemui Yesus dan menemukan pengajaran-Nya yang berbeda dengan pemuka-pemuka agama, maka semakin mereka ingin mendengar-Nya dan untuk itulah mereka meminta Yesus untuk tinggal di sana 2 hari lamanya.

Jika saja kita mau berbuat seperti perempuan Samaria.  Yang polos dan tanpa malu-malu menceritakan tentang masa lalu kita dan pertolongan yang Tuhan lakukan, maka saya percaya akan banyak jiwa yang tersentuh dan ingin mengetahui lebih dalam tentang Yesus dan besar kemungkinan menjadi murid-Nya.

Adakah kita mau berbuat seperti perempuan Samaria?  Tuhan memberkati selalu.

4 Kuasa

Rahasia Doa Berkat
Khotbah dari Pdt Ishak Tulus

Saya masuk di berbagai gereja dan memperhatikan setiap jemaat gereja memiliki ciri khas masing-masing. Ada jemaat yang menganggap ibadah itu yang penting Firman-Nya, jadi datangnya menjelang Firman. Ada orang yang senangnya musik dan pujian, jadi dia datang awal, tapi setelah dengar Firman mulai mengobrol, ngantuk, atau keluar makan bakso. Ada yang merasa yang penting terima doa berkat.

Saya mau katakan hari ini, ibadah itu satu paket penting dari awal sampai akhir. Kita memulai dengan atmosfir Tuhan turun. Ada yang sembuh ketika mulai memuji, ada juga yang sembuh ketika mulai Firman Tuhan. Saya berusaha ketika diundang melayani di suatu gereja untuk tidak datang terlambat, saya mau mengalami hadirat Tuhan. Banyak orang sebelum doa berkat sudah pergi karena menganggap tidak penting, apalagi sudah lagu terakhir sudah cepat-cepat pergi ke tempat parkir.

Bilangan 6:22-27,

TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka:
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka."

Ketika kita berjalan dalam nama Tuhan, maka nama-Nya yang berkuasa di sorga dan di bumi. Ada 4 hal yang Tuhan curahkan ketika doa berkat itu dilepaskan:

#1 Kuasa berkat

Berkat akan tercurah di atas Saudara sesuai dengan berkat apa yang Saudara butuhkan. Bisa kesembuhan, finansial, jalan keluar. Hidup kita perlu berkat Tuhan.

Amsal 10:22, Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.

Satu kali ada seorang yang bercerita kepada saya, bisnisnya ditipu rekannya Rp 240 milyar. Ternyata memang kekuatan kita itu bukan uang dan kekayaan. Sekali waktu kekayaan bisa lepas. Tapi selama ada Tuhan, kita masih bisa mendapatkannya lagi. Jangan pernah bergantung pada uang dan kekayaan. Esensi hidup kita itu, kalau kita punya Yesus artinya kita punya segala-galanya. Ketika doa berkat dilepas, maka berkat itu mulai dicurahkan.

#2 Kuasa perlindungan

Mazmur 121:3-8,

Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.
Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.
Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.
Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.
TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.
TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Tuhan itu melindungi kita, kekayaan, bisnis, keluarga, nyawa kita dijaga Tuhan itu 24 jam.

Awal tahun 2011 ini saya terbang ke Waingapu bersama istri. Ketika pesawat itu terbang 30 menit, saya tiba-tiba merasa pesawat balik lagi ke Jakarta. Ternyata di atas itu mesinnya rusak. Kalau mobil bisa minggir pohon. Tapi kalau pesawat, hanya dua pilihan, tinggal surga atau neraka. Saat begitu, uang banyak tidak akan berguna. Kepandaian tidak berarti. Kebolehan kita tidak terlihat, mulut cuma bisa memanggil nama Tuhan. Saya katakan, Tuhan, tangan-Mu lebih berkuasa dari segala-galanya. Tapi tidak usah takut, mati hidup itu di tangan Tuhan yang menentukan. Jadi kalau dijaga Tuhan, di pinggir maut pun tangan Tuhan lebih cepat dari segala-galanya.

Ada seorang Pendeta teman saya di Bekasi, dia naik kereta ke Kemayoran. Tiba-tiba ada seorang Ibu berkata, "Pak, itu dompet dicopet orang!" Dia segera lari kejar, bahkan sampai teriak, "Dalam nama Yesus, copet berhenti!" Copetnya benar-benar berhenti, dan ternyata pencopetnya Kristen juga! Dompetnya diambil, lalu uangnya dibagi dua, separuh dikasih ke Pencopet. Saudara lihat, dompet pindah tangan saja masih bisa pulang, Tuhan menjaga dengan sempurna. Amin!

Jangan tinggalkan doa berkat sebelum dilepaskan kepada Saudara.

#3 Kuasa kasih karunia

TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;

Ada kuasa kasih karunia dilepaskan bagi kita. Kasih karunia adalah hal yang kita tidak layak terima, tidak mampu terima, tapi kita diberikan. Kasih karunia adalah kekuatan Tuhan yang supranatural, dicurahkan supaya kita bisa mengelola hidup kita, yang tidak mungkin jadi mungkin, tidak bisa jadi bisa, tertutup jadi terbuka. Masuk dalam zona lingkaran tidak ada satupun yang mustahil. Semua terbuka, semua pasti diatasi oleh kasih karunia.

Satu kali ada KKR di Mamasa, 12 jam perjalanan karena harus melewati 4 gunung. Saya sudah capek dan harus ketemu wakil Bupati lalu diajak ke hotel, istirahat sebentar. Baru saja taruh tas di hotel, HP saya bunyi ternyata istri saya. Ternyata dia bilang bahwa anak kami butuh dana sekian untuk kuliahnya. Jumlah yang tidak sedikit bagi saya.

Saudara, aslinya Kekristenan kita bukan waktu duduk di gereja ini, tapi di rumah kita dan ketika ada persoalan. Kita seringkali di gereja ngomong baik-baik di gereja, tapi di rumah sama istri sendiri bisa memaki-maki. Kekristenan kita seharusnya dibangun di rumah. Di luar itu gampang. Kalau cuma bisa di luar tapi di rumah tidak bisa, itu munafik besar.

Saya tidak jawab apa-apa sama istri saya, cuma berkata "Ya sudah Ma, kalau tidak cukup yang bisa dijual, ya jual saja." Istri saya diam. Kalau istri diam artinya antara marah atau ngga ngerti. Dan 5 menit kemudian, saya tersadar, jangan-jangan istri saya tersakiti dengan perkataan saya itu.

Ibu-ibu, saya beritahu, itu sudah bagus, biasanya suami-suami itu rata-rata 45 menit baru sadar! Yang mengerikan ada pria yang 45 tahun baru sadar. Sudah masuk ICU baru minta maaf sama istrinya.

Saya bilang, "Ma, sebentar lagi mau melayani, Papa minta maaf ya. Doakan Papa. Percayalah sebelum Papa kembali ke Jakarta, semua pasti dicukupkan Tuhan." Dari sisi saya, saya sudah membereskan dengan istri saya dan saya bisa melayani dengan lega. Setelah selesai KKR, sekembalinya ke Makassar tengah malam, saya dimintai nomor rekening BCA pribadi saya oleh seseorang. Dan benar-benar 5 menit kemudian, ada sms masuk yang memberitahukan bahwa ada transfer masuk ke rekening saya yang persis seperti yang dibutuhkan oleh anak saya.

Saudara, ada kebenaran dalam kasih karunia, yang tidak mungkin menjadi mungkin, walaupun tidak kelihatan jalan keluarnya, tapi tetap ada jalan keluarnya, kita berada di zona "tidak ada yang mustahil bagi kita".

#4 Kuasa damai sejahtera

TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.

Damai sejahtera ini bukan sekedar damai sejahtera, tapi kalau alami persoalan kita tetap ada damai, tidak mudah panik, tidak mudah frustrasi. Ini adalah damai sejahtera dari hati Bapa sendiri, yang diambil lalu dipindahkan ke hati kita. Ini namanya damai sejahtera yang tak terkatakan.

Damai sejahtera ini akan diberikan kepada kita, yang ibadah dengan sungguh-sungguh, sebuah hidup yang namanya coram Deo, "di hadapan Allah".

Begitu berkat dilepaskan, maka sepanjang waktu kita ada di hadapan Tuhan sendiri.

Ulangan 5:6-7, Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.

Kadang allah lain itu bentuknya pekerjaan kita, pelayan, keluarga, hobi, persoalan kita. Kita jangan keliru menempatkan. Letakkan keluarga di sisi kita untuk bersama-sama menghadap Tuhan. Letakkan pelayanan, pekerjaan, dan persoalan, di belakang kita. Fokus menghadap Tuhan, pasti Saudara jadi luar biasa!

Sumber : GBI Bogor

Sunday, January 15, 2012

Our Helper

Grieve Not The Spirit (Ephesians 4:25-32(

I will pray the Father, and He will give you another Helper, that He may abide with you forever. —John 14:16

If money were missing mysteriously from your wallet, you would be angry. But if you discovered that your child was the one who stole it, your anger would quickly turn into grief. One use of the word grief is to describe the sorrow we feel when those we love disappoint us.

“Do not grieve the Holy Spirit of God” (Eph. 4:30) essentially means not to hurt the One who loves us and is here to help us. For we read Jesus’ words in John 14:26 that the Holy Spirit is sent to us by the Father to be our Helper.

When the Holy Spirit in us is grieved by our actions or attitudes, the result can be tremendous tension. The Spirit pulls us in one direction, but the lusts of the flesh pulls us in another. Paul describes this in Galatians 5:17, “For the flesh lusts against the Spirit, and the Spirit against the flesh; and these are contrary to one another, so that you do not do the things that you wish.” If this continues, we may begin to feel guilty and dissatisfied with life. Soon, joy and vigor may diminish within us, only to be replaced by listlessness and lethargy (Ps. 32:3-4).

So do not grieve the Holy Spirit who was given in love to help you. “Put away” the bad choices of the flesh (Eph. 4:31), and live faithfully for God. —Albert Lee

Holy Spirit, all divine,
Dwell within this heart of mine;
Cast down every idol throne,
Reign supreme and reign alone. —Reed

The Christian’s heart is the Spirit’s home.

Source : Our Daily Bread

In The Waves

Keep Your Focus On Him
Author: Steve Popoola

It was between three and six o’clock in the morning.  The sea didn’t seem to be in a very good mood and it was venting its anger. Caught in the middle of its anger were about a dozen men in a boat. They were struggling to stay afloat against the terrible invasion of the waves, aided by the wind.

As if that were not enough, one of them saw what looked like a man walking on the sea. He apparently shouted and pointed out the figure walking towards them. The others saw the same figure too and cried out in fear, ‘it’s a ghost!’ The Jews believed strongly in spirits and demons walking at night. In fact it was advised that care should be taken before greeting a man at night in case the person was a demon.

These men, disciples of Christ, shouted out in fear for their lives until they heard a soothing and encouraging voice, ‘Be of good cheer. I AM! Do not be afraid.’ (Matthew 14:27.) The voice was so encouraging that it gave Peter the boldness to say, ‘Lord if it is you, tell me to come over on the water to you’ (v 28) All Jesus needed to say was ‘come’. Peter stepped out in obedience and faith. He actually walked on water! Apart from Jesus, the only other person reported to have walked on water was Peter.

As He walked towards Jesus, his focus changed. He didn’t look at the one who told him, ‘come’. He saw the waves as they snarled at him. He could almost hear them saying, ‘How dare you walk on us? Who do you think you are?’ Peter began to fear and he began to sink. Gladly, the waves dragged him deeper and deeper into the water until Peter cried out, ‘Lord save me!’  Immediately Jesus reached out and pulled him up. Jesus reprimanded Peter, ‘You have so little faith! Why did you doubt?’

Many of us today are like Peter.  We have been called out of the world into the joy and peace that is in Christ Jesus. It is a lovely place to be as we enjoy the richness of His grace. However, at various points in our lives, the storms will rage. The waves will threaten us like they did Peter. Whether we will sink or walk depends on if we stay focused on Christ or allow the snarls of the waves to distract us.

One thing I love about Jesus was that He spent His life assuring us that we could do the same things He did. He didn’t come to the earth to show us how great and how powerful He is. He didn’t come to show off His ability to raise the dead and heal the sick. He came not only to show us the way to eternal life but also to assure us that we can do the same things He did while He was on earth. All we need to do is stay focused on Him!

What are the waves threatening you right now? Do not believe the lies of the devil. He will tell you that you don’t have the right to walk on water but Jesus says, ‘come’. He will tell you that you don’t have the right to succeed but Jesus says ‘come’. 

Perhaps you have taken your eyes off the Lord and you are sinking right now, I have good news for you. Peter was sinking yet he cried to the Lord, ‘Lord please save me!’ Immediately, Jesus stretched His hand and lifted Him out of troubled waters. If you are sinking in troubled waters right now, all you need to do is cry out to Jesus. He is closer than you think. He will lift you up and establish you so that you can keep your eyes focused on Him always.

Steve O. Popoola, (c) Biblepraise, 2004

Steve Popoola is the editor of Biblepraise Newsletter and The founder of Biblepraise Fellowship Online. He lives in London where he works in the IT industry as a software developer. He has served in various capacities as Teacher, singer and writer in the body of Christ. He currently serves as assisting minister in his local church as well as helping out in the Music Ministry. He also speaks at invited churches/forums. subscribe. email, website

“And immediately Jesus stretched forth his hand, and caught him, and said unto him, O thou of little faith, wherefore didst thou doubt?” –Matthew 14:31

Source : Sherry's Inspirational

Pengertian

Manusia = Hewan? (Mazmur 49)
Oleh : Deny S Pamudji

Manusia yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan (Mazmur 49:21)

Dunia pernah digemparkan oleh pernyataan Darwin yang ‘menyamakan’ manusia dengan hewan.  Manusia sekarang adalah bentuk evolusi dari ‘manusia’ yang hampir mirip dengan hewan sehingga pernah ada pernyataan yang sinis bahwa manusia adalah kera yang berevolusi.

Ternyata jauh sebelum Darwin membuat pernyataan itu, Firman Tuhan mengatakan kita pun ‘seperti’ hewan jika kita tidak mempunyai pengertian.  Maksudnya bukan kita sama dengan hewan, tetapi masa depan kita akan sama dengan hewan jika kita hidup tanpa pengertian.

Pengertian apakah yang dimaksud?  Pengertian bahwa segala kegemilangan dan harta benda adalah sia-sia karena mereka tidak bisa dibawa serta ketika kita mati dan kita pun tidak dapat menebus nyawa kita dengan kegemilangan dan harta benda.

Karena penebusan jiwa kita hanya dapat dilakukan oleh dia yang benar-benar tidak ternoda.  Penebusan hanya bisa dilakukan dengan korban.  Dan korban itu harus tidak ternoda.  Korban itu telah diberikan kepada Allah dan kita tidak perlu lagi mengadakan korban karena korban yang sejati, domba Allah, telah mati untuk dosa kita dan menebus jiwa kita dari alam maut.  Semua diberikan pada kita dengan percuma alias gratis alias tidak usah membayar apa pun.  Hanya kita perlu menyatakan penerimaan kita dengan kesungguhan hati.

Sudahkah engkau menerima Yesus sebagai korban suci untuk jiwamu?  Atau masihkah engkau menganggap ada kemuliaan lain (kemuliaan orang-orang besar, nabi-nabi, guru-guru besar) bisa menolongmu?  Tidakkah bacaan di atas mengingatkanmu bahwa semua kegemilangan dan harta benda tidak bisa menolong atau menebus jiwamu? Renungankanlah semuanya dan buatlah keputusan untuk jiwamu kelak.  Tuhan memberkati kita semua.

Popular Posts