Tuesday, August 31, 2010

Rancangan Tuhan

RANCANGAN TUHAN
Indra Sartono

" Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang. Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23. 2 -3)

Mazmur di atas bukan sekedar ungkapan puitis yang kosong. Tetapi sungguh-sungguh berangkat dari kisah hidup yang riil. Adalah Daud yang menulis kannya, ketika ia mulai memasuki usia lanjut. Pengalaman Daud memang penuh warna; dari seorang anak penggembala ternak menjadi seorang raja. Tidak begitu saja Daud meraih sukses, tetapi melalui perjalanan hidup yang berat dan penuh liku-liku. Pernah suatu ketika ia harus terlunta-lunta karena dikejar oleh Raja Saul yang hendak membunuhnya. Ia juga pernah mengalami sakit dan pedihnya hati karena dikhianati anaknya sendiri, Absalom. Tetapi toh di dalam berbagai pengalaman pahitnya itu, dia tetap merasakan pimpinan dan pemeliharaan Tuhan. Dari kenyataan hidup demikian inilah Mazmur 23 tercipta.

Pernah suatu ketika, ada seorang fotografer yang harus menghadapi kenyataan pahit: kegagalan. Tabungannya selama bertahun-tahun terancam habis hanya oleh karena sebuah kecerobohannya dalam memotret. Ia shock. Tetapi dari shock itu ia lantas sadar, betapa selama ini ia telah meninggalkan Tuhan; Terlalu asyik dengan pekerjaannya, dan hanya memikirkan penghasilan. Dia lantas berubah. Perlahan tetapi pasti ia memulai kehidupannya yang baru. Memang persoalannya tidak lantas menjadi beres. Tetapi ia mulai bisa menemukan ketenangan dan sukacita.

Hidup kita pun bisa seperti itu. Ketika mungkin kegagalan dan berbagai peristiwa pahit menimpa; kita seakan habis akal dan harapan. Tidakkah kita dapat yakin, bahwa melalui kejadian dan kejadian itu Tuhan justru bekerja?

Jangan bertanya, "Kenapa aku mengalami semua ini", tetapi bertanyalah, "Apa maksud Tuhan semua ini". Tugas kita melakukan apa yang bisa kita lakukan sebaik-baiknya, selanjutnya biarlah Tuhan sendiri yang berkarya. Rancangan-Nya selalu indah pada waktunya.

Anak Terang

Anak Terang (Efesus 5:1-21)

Mau tidak mau, harus ada perbedaan antara anak terang dengan anak yang bukan terang. Artinya sebagai seorang kristen, kita harus memiliki identitas tersendiri yang tidak ternodai oleh tingkah laku yang tidak senonoh. Bukan hanya perbuatan yang harus kita cermati, melainkan perkataan juga harus diawasi dengan seksama. Janganlah kita terlalu sering mengumbar perkataan kosong, porno atau perkataan yang tidak membangun iman.

Mengapa kita harus melakukan semua itu? Karena kita telah ditebus dari kesalahan kita. Apakah kita ingin terus menerus hidup di dalam dosa? Apakah kita menganggap enteng besar kasih Bapa kepada kita? Kiranya kita menjadi sadar bahwa pembedaan itu perlu diadakan dan pengkudusan diri perlu dilakukan.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 31 Juli 2001

Reformasi Total

Reformasi Total (Efesus 4:17-32)

Ketika para politisi berbicara tentang reformasi, langsung saya ingat pada Yesus. Dialah tokoh reformasi sejati karena di dalam Dia terdapat suatu pandangan baru tentang Tuhan. Tuhan yang selama itu dikenal sebagai sosok yang jauh menjadi sosok yang dekat bahkan amat dekat sehingga digambarkan sebagai hubungan keluarga yakni Bapa dan anak-anak-Nya.

Ketika kita dibaptis sebagai tanda pertobatan kita, itu bukanlah akhir daripada kehidupan kristiani kita. Justeru itu adalah awal karena kita diharapkan mengadakan reformasi total pada diri kita. Roh kita, pikiran kita, hati kita, ucapan kita dan tingkah laku kita, harus berubah dari negatif menjadi positif.

Inilah reformasi yang sesungguhnya dan yang diharapkan Tuhan. Jadi tidak ada istilah sekali dibaptis maka sorga ada digenggamanmu. Ubah pikiran itu dan berubahlah. Tanpa kekudusan, tidak seorang pun bisa melihat Tuhan.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 30 Juli 2001

Kemerdekaan Kristiani

Kemerdekaan Kristiani (Galatia 5:13-15)

Dengan adanya doktrin yang mengatakan setelah dibaptis, kita akan masuk sorga, maka banyak umat kristen tidak lagi memperhatikan tindak lakunya dalam kehidupan. Seolah-olah mereka bebas dari dosa dengan jaminan tersebut. Namun benarkah demikian?

Memang tidak mudah menerima ajaran yang keras. Memang tidak mudah merubah konsep yang sudah mendarah daging dalam diri kita. Tetapi, permasalahan nya bukan konsep atau doktrin, melainkan apa yang benar menurut Firman Tuhan.

Ingatlah kemerdekaan kristiani bukan kemerdekaan untuk berbuat dosa melainkan kemerdekaan berkreasi dalam menyampaikan kasih, entah kasih Bapa pada manusia maupuan kasih pada sesama.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 29 Juli 2001

Kekudusan

Kekudusan (2 Korintus 6:17-7:1)

Mungkin bagi sebagian besar umat kristen akan tersinggung jika dikatakan tidak semua yang dibaptis pasti masuk sorga. Tetapi, sebenarnya itulah faktanya. Kita tidak bicara tentang doktrin yang menina-bobokan kita sehingga kita dengan gegabah mengatakan baptisan adalah tiket untuk masuk sorga. Karena tidak mengenal Yesus pun bisa masuk sorga. Ini juga kenyataan dan bukan doktrin.

Menjadi kristen itu adalah langkah awal untuk masuk ke sorga. Selanjutnya masih banyak yang harus kita lakukan. Yang terutama ialah menjaga kekudusan. Percayalah tanpa kekudusan maka tidak seorang pun bisa masuk sorga. Karena itu jangan Sdr banggakan baptisan yang telah Sdr peroleh, tetapi jagalah kekudusan Sdr agar bisa diterima oleh Bapa.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 26 Juli 2001

Pacaran & Pernikahan

BAGAIMANA CARA BERPACARAN DAN MENIKAH YANG KUDUS DI MATA TUHAN?

80% masalah keluarga yang timbul setelah pernikahan disebabkan karena masa pacaran yang tidak kudus. Dan dengan masa pacaran yang tidak kudus ini seperti menaruh bom waktu yang akan meledak ketika seseorang melanjutkan ketidak kudusan pacarannya ke jenjang pernikahan. Orang duniawi cenderung berpacaran karena pergaulan yang tidak sehat.

1 Kor 15 :33 berkata : Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Ayat ini menggambarkan kepada kita bahwa kita hanya dapat bersahabat dengan orang yang seiman dengan kita karena mempunyai kesamaan visi. Namun kita tetap dapat bergaul dengan siapa saja.

Contohnya saja, Tuhan Yesus bergaul dengan pelacur, pezinah, dan orang berdosa, tapi Ia hanya bersahabat dengan muridNya. Bila kita bersahabat, kita perlu memberitakan kepada sahabat kita untuk menerima Yesus, karena kita pun pasti rindu agar mereka diselamatkan, karena kita sayang pada mereka.

Janganlah anda bangga bila anda sudah mempunyai pacar !! Karena sifat pacar adalah sementara, dapat sewaktu2 bubar. Tapi banggalah anda yang sudah mempunyai calon istri atau suami.
Seperti Kej 1:28 , Allah berkata : "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Jelas bahwa pernikahan bukanlah tujuan, tetapi pernikahan merupakan alat untuk mencapai rencana Allah, yang rencanaNya itu ialah seperti gambaran ayat Kejadian tadi bahwa Allah ingin kita memperbanyak gambar Allah, sampai bumi penuh dengan gambar Allah dan memerintah bumi atau menguasai bumi.

Berikut adalah Motivasi Salah yang terkadang terdapat dalam pikiran kita mengenai perkawinan :

1. Masalah usia.
Sering kita menganggap kalau kita harus menikah di usia tertentu yang kita anggap sudah cukup. Hal ini salah. Allah punya rencana untuk tiap anakNya yang berbeda-beda. Dan usia tiap orang untuk siap menikah berbeda2. Untuk itu hendaknya kita tidak menghakimi teman kita yang sering kali dianggap 'perawan tua/bujang lapuk' atau semacamnya.

2. Rasa kesepian.
Jangan menikah bila kita belum menang dari rasa kesepian kita. Faktor ini sering terjadi pada kaum wanita. Dengan rasa takut akan kesepian, maka ia akan menerima siapa saja yang pertama kali menunjukkan rasa tertarik padanya, walaupun tidak sesuai dengan gambaran pasangan yang diidamkannya dan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

3. Tekanan dari orang tua, atau teman.
Ingatlah bahwa kita menikah karena rencana Tuhan, dan bukan atas dasar tekanan dari orang lain.

4. Merasa sudah cocok.
Disaat kita menemukan calon, dan kita merasa sudah cocok, hati2, kita harus teliti lebih jauh tentang dirinya. Banyak pasangan muda-mudi yang merasa bahwa pasangannya itu baik dan segera akan menikah karena kebaikan pasangannya itu. Ingat !! Bahwa kita bukan mencari orang baik untuk dijadikan pasangan hidup, tetapi orang benar. Karena orang baik belum tentu orang benar, tetapi orang benar, pasti karena Tuhan Yesus dan pasti baik.

5. Materi,
Seperti warisan, kekayaan, yang sifatnya tidak kekal dan hanya menjadikan manusia rakus harta.

6. Asmara / Ketertarikan jasmani.
Ingatlah dalam Amsal 6 : 25 "Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya." Karena apabila kita sudah menjadi tua semua kecantikan itu akan hilang.

7. Biologis.
Khususnya untuk kaum pria. Janganlah menikah bila kita belum menang dalam hal kekudusan atau nafsu. Janganlah berpikir kalau menikah adalah alternatif lain untuk seorang pria daripada ia lari ke pelacur atau berbuat dosa lainnya.

8. Kuasa gelap.
Janganlah kita sebagai anak Allah sekali-kali memakai cara ini dalam menentukan pasangan hidup kita. Ingat apa yang ditabur itu yang akan dituai. Iblis mungkin akan memberikan kepada kita wanita yang sempurna, pria yang sempurna seperti yang kita idamkan, tapi ia akan memberikan tagihan pada kita.
Misalnya : perkawinan anda hanya 5 tahun, atau anak yang anda lahirkan akan idiot, atau anda harus mengalami sakit-penyakit, masalah dengan bisnis anda, dan sebagainya. Tapi kalau kita meminta pada Tuhan, Dia memberikan yang menurutnya terbaik untuk kita, malah Ia akan memberikan damai sejahtera kepada keluarga kita selamanya, yang tidak akan dapat ditukar dengan harta seberapa besarnya pun.

Bagaimana kita menemukan pasangan hidup secara natural dan bukan super natural??
Amsal 31:10 "Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya ?? Ia lebih berharga daripada permata."
Tentu saja untuk menemukan pasangan hidup kita harus berusaha untuk berjumpa dengan orang yang dimaksud, yaitu melalui persahabatan yang sehat. Dan waktu
tidak menentukan kapan, akan tetapi kesamaan akan lahir, baru sepadan, dalam arti bahwa sepadan itu:
- sama2 lahir baru di dalam Kristus
- mempunyai visi yang sama
- dapat saling mengisi atau melengkapi dalam hal kekurangan atau kelebihan.

Bagaimana dengan perbedaan yang ada ?
Semua perbedaan yang tidak mutlak, baik itu mengenai masalah usia, suku, ras, sosial, pendidikan, dapat diatasi dengan kedewasaan rohani. Biasanya dengan adanya perbedaan ini orang yang paling terlebih dahulu menentang adalah orang tua. Nah, dengan kedewasaan iman, kita dapat meminta kepada Tuhan untuk mengubah cara pandang orang tua kita yang biasanya karena ada kuasa kegelapan di belakang mereka yang menghalangi hubungan kita yang memang sudah benar2 datang dari Tuhan.

Pacaran & Pra Nikah Apa perbedaannya ?
Pacaran statusnya coba2, kalau pranikah sudah yakin, karena sudah adanya saling kenal di antara kedua pihak. Yesaya 13:18 berkata bahwa " Panah-panah mereka akan menembus orang-orang muda, mereka tidak akan sayang kepada buah kandungan, dan mereka tidak menaruh kasihan kepada anak-anak."
Mereka di sini yang dimaksudkan adalah setan asmara yang menyerang orang muda. Yang tadinya asmara yang ditujukan untuk suami istri, setan memanah orang muda sehingga orang muda terlibat dalam sex, lalu hamil dan menggugurkan kandungannya. Setan meminta nyawa dalam hal ini dan ia mengincar orang muda. Inilah berbagai ulasan mengenai asmara yang sangat bertentangan dengan kasih, yaitu bahwa kasih sabar, sopan dan tidak cemburu, sedangkan asmara kebalikannya. Dalam pacaran dunawi, orang kebanyakan berpacaran karena asmara, yang dimana dipenuhi dengan nafsu, terutama di pihak laki-laki. Kita lihat bahwa si pria tidak sabar untuk menunggu, ia penuh dengan asmara bukan kasih. Pria pencemburu yang sering kali mengikat hubungan dengan pasangannya karena rasa tidak aman sampai pada tahap2 tertentu, jelas ia sedang jatuh dalam asmara dan bukan kasih, karena kasih tidak pencemburu.

Hal2 yang perlu dihindari :
Disebutkan bahwa apabila antar pasangan kita terdapat lebih dari 300 jam pertemuan dalam sebulan, kita harus hati2 untuk tidak terjerumus dalam nafsu. Kita atur sebaik mungkin untuk seminimal mungkin bertemu dengan pasangan, dan sedapat mungkin menghindar dari suasana2, tempat yang dapat memacu nafsu.

Dalam hal menjaga kekudusan, pada awal pertemuan kita harus bikin komitmen dengan pasangan kita, dan yang memegang kunci dari kekudusan ini adalah wanita. Bila anda seorang wanita, untuk menjaga kekudusan anda harus sembuh dulu dari rasa kesepian, jangan berpikir bahwa anda adalah mahluk yang kesepian dan anda mendukung pasangan anda untuk jatuh ke dalam dosa. Kalau Tuhan memberikan pria sejati, pria tersebut akan menjaga kekudusan dan menghormati anda, karena anda adalah tubuh Kristus yang seharusnya dicintai dan tidak dicemari. Ingatlah bahwa menikah adalah keputusan kedua setelah anda menerima Kristus. Menerima Kristus berhubungan dengan hidup kekal, menikah berhubungan dengan seumur hidup, karena umumnya orang menikah lebih lama dari pada hidup sendiri. Kalau ceroboh dalam hal pernikahan, maka akan menanggung akibatnya seumur hidup !

Kelemahan dalam tubuh wanita dan pria yang harus diketahui dan hendaknya dijadikan alat untuk menghindar dari nafsu :
Pada pria : Mata, meraba.
Contohnya : Pakaian wanita yang minim, akan memacu nafsu pria.
Pada wanita : Telinga, diraba.
Contohnya : Bisikan suara yang romantis, karena wanita ingin disayang, diperhatikan, dan dicintai.

Untuk itulah semua hal diatas harus dihindari, karena kita ingin kudus di mata Tuhan sebagai muridNya, dan di dalam pernikahan yang terpenting adalah persatuah roh : setubuh, sedaging, sejiwa, terbuka, kelemahan menjadi kelemahan bersama, kelebihan menjadi kelebihan bersama dan untuk itu kita dapat saling mengisi satu sama lain.

Ingatlah bahwa penikahan bukan jalan pintas tetapi merupakan rencana Allah akan hidup kita, sebagai anakNya. Hiduplah dalam Kudus Tuhan !!

Pengirim: Mey Febriana

Kematian & Kebangkitan Yesus

KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS

Quran s.An Nisa 157 mengatakan : "dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa."

Nats Quran ini,- dipergunakan pada umumnya oleh umat Islam, untuk menolak kebenaran bahwa Yesus Kristus itu mati di kayu salib, bahwa tidak mungkin kepada seorang kekasih Allah yang menjadi rasul-Nya itu, Allah sendiri tidak memberikan perlindungan barang sedikitpun, malah membiarkan lsa Almasih (Yesus Kristus) itu mati diatas kayu salib. Apapun pula seperti -yang dikatakan orang-orang Kristen itu, bahwa Yesus itu adalah Anak Allah, tidak mungkin kalau Allah Bapa, tidak memberikan -perlindungan barang sedikitpun.

Masalah "Kematian Yesus dikayu salib" ini, per­lu ditinjau kembali, diselidiki secara jujur, baik dari apa yang ditulis dalam Quran itu, maupun apa yang diwartakan dalam Alkitab.

Maka akhirnya dapatlah ditarik suatu kesim­pulan sebagai berikut :

1. Menurut Quran tersebut, ternyatalah bahwa memang telah terjadi peristiwa “seseorang telah disalib dan mati tetapi tidak dipastikan siapa yang mati itu. Quran menyangkal bahwa yang mati itu adalah Isa Al­masih, atau Yesus Kristus. Ada yang mengatakan bah­wa yang disalib dan mati itu, adalah Yahuza atau Yu­das.

2. Menurut Quran itu juga dikatakan bahwa ada orang-­orang memang mengatakan dengan yakin, bahwa sesungguhnya mereka telah “membunuh Yesus" itu.

Sekarang kita harus mencari keterangan yang meyakinkan, siapakah sebenarnya yang disalib dan mati itu, Yesus atau orang lain. Untuk mendapatkan keterangan ini, kita haruslah mencari bukti suatu dokumentasi sejarah yang objektif. Hal ini adalah Alkitab, merupakan dokumentasi yang ter­buka yang dapat menjadi bahan informasi.

Cerita mengenai kematian Yesus di kayu salib itu, terdapat dalam empat Injil yang masing-masing ditulis oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Kesaksian dari 4 penulis lnjil ini adalah merupakan kesaksian mata yang mereka lihat dan alami sendiri. Kalau kita berpijak kepada ketentuan hukum bahwa kesaksian 2 atau 3 orang yang melihat sendiri dalam sesuatu peristiwa, sudah cukup bahwa sesuatunya itu diteguhkan sebagal hal yang benar secara hukum. (Ulangan 17 : 6-7). Sebab itu kesaksian dari 4 penulis Injil ini,yang mereka masing-masing meli­hat sendiri tentang benarnya terjadi itu peristiwa Yesus disalib dan mati, adalah merupakan kesaksian yang benar dan syah serta meyakinkan kebenarannya dapat dipercaya, dibandingkan dengan kesaksian Al-Quran yang ditulis sesudah enam abad kemudian.

Kesaksian yang lain dapat juga ditambahkan, bahwa waktu Yesus dinyatakan mati oleh kepala pasukan, maka Yusuf Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta mayat tersebut untuk dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan (Markus 15:41-46). Seandainya yang ditu­runkan dari Salib itu bukan Yesus, pastilah Yusuf Arimatea menolaknya atau memberikan keterangan keti­dakbenarannya itu.

Bukti lain lagi, adalah orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius agar kuburan Yesus dijaga. Permintaan inipun dikabulkan. Seandainya yang dikuburkan itu bu­kan Yesus, tidaklah mungkin orang-orang Yahudi itu menjagai kuburan itu. Hal ini terjadi, karena Yesus pernah mengatakan, bahwa pada hari ketiga Ia akan bang­kit hidup kembali dari antara orang mati.

Bukti lain lagi, bahwa jika sekiranya yang disalib itu bukan Yesus, tidaklah mungkin Ia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh kasih sebagai aslinya tabiat Jesus, misainya : "Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” dan kalimat : "Sudah Ge­nap" (Tetelestai). Ini semua membuktikan bahwa yang mati tersalib itu tidaklah lain daripada Yesus Kristus sendiri.

Dengan demikian, maka sampailah saya kepada ke­simpulan yang meyakinkan bahwa "yang disalib dan mati", tidaklah diragukan lagi, ialah Yesus sendiri, bukan orang lain, bukan Yahuza, juga bukan Yudas. Karena ke­saksian mata dari 4 penulis Injil itu adalah cukup meyakinkan, syah dan benar.

Kebangkitan Yesus di antara orang mati

Mengenai peristiwa kemati­an dan kebangkitan Yesus, menurut Al Qur'an, Muhammad menerima wahyu ten­tang ucapan Yesus demikian : "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali"". (QS. 19:33)

Teks aslinya. "Wassalamuala yauma walidtu wayauma amutu wa yauma ubasyu hayya”.
Dengan kata "ub'asyu hayya" (bangkit hidup kem­bali) adalah merupakan kehidupan yang real - nyata ­sesudah mengalami kematian (amutu) yang real ­nyata - pula.

Dengan nats ini dapatlah meyakinkan, bahwa Yesus memang telah mengalami kematian yang real ­nyata - meskipun kematianNya disangkal di kayu salib dan bangkit hidup kembali.

Yesus hidup kembali pada hari ketiga dari antara orang mati secara real - nyata - kebangkitan badani yang su­dah dipermuliakan (Filipi 3:21), yang dapat dilihat dan dijamah.

Kematian Jesus sama sekali tidak ada artinya, jika ti­dak berkelanjutan dengan Kebangkitan Hidup Kembali di antara orang mati.

Sekiranya Jesus yang disalibkan itu mati dan terus mati memang adalah akan merupakan satu pukulan yang hebat bagi iman Kristen, karena Tuhan-nya telah mati. Dan pastilah agama Kristen tidak akan dapat berdiri te­guh sampai saat ini, karena memang sudah tidak ada ha­rapan keselamatan para pengikutNya di alam sorgawi.

Kalau Yesus itu mati dan terus mati, dan seka­rangpun ada kuburanNya, untuk apa iman orang Kristen bertuhankan orang mati. Untuk apa orang Kristen "dibaptiskan atas nama orang mati. Untuk apa orang Kris­ten meminta syafaat kepada orang mati. Dan malah tidak masuk akal, kalau sekarang orang-orang Kristen, menja­dikan orang mati menjadi juruselamatnya, sedangkan – si mati sendiri tidak selamat, dia di dalam kubur.

Tetapi karena kasih Allah, bahwa Yesus disalibkan, bukan mati untuk mati, melainkan mati untuk hidup kembali, dan memang hidup selama-lamanya kekal hingga pada kesudahan alam.

Kebangkitan Yesus, hidup kembali diantara orang mati, bukanlah dalam khayalan, tetapi memang dalam ke­nyataan yang dapat dilihat dan disaksikan oleh banyak orang.

Kematian dan kebangkitan Jesus, adalah merupakan inti dari kesaksian iman Gereja sedunia. Kita sekarang memiliki iman yang penuh pengharapan. Kita mempu­nyai Juruselamat yang hidup selama-lamanya hingga pada kesudahan alam. Kita memiliki iman yang berdasar­kan kasih. Kita sudah menjadi waris penerima janji-janji Allah bersama-sama dengan Kristus. Menderita bersama, juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. (Roma 8 17).

Karena itu yakinlah, bahwa sebagai pengikut Kristus kita akan dibangkitkan dari segala jenis kematian :

  • Kita akan dibangkitkan dari kematian bahagia rumah tangga.

  • Kita akan dibangkitkan dari kematian rezeki nafkah hi­dup dari hari ke hari.

  • Kita akan dibangkitkan dari kematian hati yang lemah dan rusuh.

  • Kita akan dibangkitkan dari kematian iman yang sudah suam.

  • Kita akan dibangkitkan dari kematian kasih.

  • Kita akan dibangkitkan dari kematian segala rupa hal ihwal yang mencekam jiwa, dari segala kekuatiran, dari segala penderitaan hidup, segala penderitaan sakit penyakit, dan lain-lain.

Lamanya Yesus berada dalam kubur
  1. "Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam", tidaklah  bermakna 3 x 24 jam. Karena dalam perhitungan Yahudi untuk menunjukkan siang dan malam itu selalu digunakan satu kata saja, yaitu "youm" atau "hari" da­lam bentuk jama', bermakna sehari semalam.

  2. Dalam perhitungan Yahudi antara jam 6 sore hari ini sampai dengan jam 6 sore hari berikutnya ataupun di antara jam-jam itu, selalu dihisapkan menjadi 1 yaum, yang berarti sudah ter­hisap sehari semalam.

Yesus mati dan masuk kubur adalah sore hari Jumat (menje­lang malam). Sore Jumat sampai dengan jam 6 sore, sudah terhisap sehari semalam, yaitu dihitung mulai Kamis sore jam 6.

Hari Jumat dari jam 6 sore sampai dengan hari Sabtu sore jam 6, terhisap 1 hari yaitu sehari semalam.

Hari Sabtu sore jam 6 sampai dengan Minggu pagi, juga su­dah terhisap 1 hari, yaitu sehari semalam.

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus tiga hari tiga malam itu terpenuhi.

Kalau perhitungan 3 hari 3 malam ini, kita perhitungkan da­lam cara modern sekarang pun juga terpenuhi.

Jumat jam 17.00 (menjelang malam itu) sampai dengan jam 24.00 tengah malam, bermakna telah memenuhi dua periode : hari siang dan malam.

Sabtu jam 00.00 (lepas tengah malam) sampai dengan Sabtu jam 24.00 (tengah malam) bermakna telah menemui dua periode : hari siang dan hari malam.

Minggu jam 00.00 (lepas tengah malam) sampai dengan Ming­gu jam 06.00 (pagi sudah terhisap siang) bermakna telah menemui dua periode pula yaitu: hari siang dan malam.

Dengan perhitungan inipun dapat kita ketahui dengan pasti bahwa mulai hari Jumat jam 17.00 (menjelang malam) sam­pai dengan hari Minggu jam 06.00 pagi (siang) bermakna te­lah mengalami pergantian waktu : 3 hari siang dan 3 malam.

Apakah Kebangkitan Benar-benar Terjadi?

Sebagaimana yang diindikasikan pada bahasan sebelumnya, penyaliban Yesus didokumentasikan dengan sangat baik dan diterima sebagai fakta. Dengan demikian pertanyaan pentingnya adalah : Apakah Yesus bangkit dari kematian, membuktikan pernyataan diriNya sebagai Tuhan yang berinkar­nasi, atau apakah terjadi hal lain pada jasadNya ­atau apakah Ia tidak pernah mati sama sekali ?

Kunci pada isu ini adalah arti penting lokal yang diberikan pada penanganan hukuman mati ini. Ucapan yang penuh kuasa dan makna serta banyak­nya mukjizat membuat rakyat meminta Yesus men­jadi raja. Ini mulai mengancam stabilitas politik lokal Roma dan kekuasaan religius para pemimpin Yahudi yang dikritik oleh Yesus secara terbuka. Kematian Yesus serta pencegahan muslihat harus dipastikan, karena Yesus telah menyatakan bahwa Ia akan mengalahkan kematian. Lebih jauh lagi, Ia telah membangkitkan orang-orang lain dari kema­tian. Akibatnya, diambil tindakan pencegahan seda­pat mungkin (Matius 27:62-66).

Alkitab mengimplikasikan bahwa penyebab kematian Yesus akibat darah dan air yang mengalir keluar dari luka tikaman tombak (para pakar medis mengkonfirmasi ini). Untuk mengamankan jasadNya, ditempatkan penjaga-penjaga Roma di luar kuburan. Penjaga-penjaga semacam itu terdiri dari 16 serdadu, dengan rotasi disiplin untuk tidur di waktu malam setiap empat jam empat serdadu akan ber­gantian berjaga. Para penjaga itu akan dijatuhi hukum­an penyaliban Roma bila mereka tidur di luar jam tugas mereka atau meninggalkan pos mereka. Gagas­an bahwa semua penjaga tertidur, dengan memper­timbangkan hukuman mati tadi, sangat tidak masuk akal. Untuk lebih memastikan keamanan, sebong­kah batu seberat dua ton digulingkan ke depan kuburan Yesus dengan meterai Pontius Pilatus di atasnya. Membuka meterai itu tanpa persetujuan para penjaga resmi Roma berarti disalib terbalik. Isu sentralnya -- yang tak dapat dijelaskan oleh para pemimpin Yahudi, khususnya mengingat banyak­nya tindakan pencegahan yang dilakukan -- adalah :

Apa yang terjadi dengan jenazah Yesus bila Ia tidak bangkit dari kematian sebagaimana yang diindikasikan dalam laporan-laporan Injil?

Penjelasan resminya adalah bahwa murid-murid men­curi jasad itu selagi para penjaga tertidur (dengan para imam melindungi para penjaga dari gubernur).

Gagasan ini perlu karena tak seorang pun dapat menghasilkan tubuh mati Yesus ... yang akan menghentikan kisah kebangkitan untuk selamanya. Apa­kah pencurian jenazah Yesus sangat tidak mungkin ?

· Keenambelas penjaga pasti menghadapi resiko bukuman penyaliban apabila tertidur atau me­ninggalkan tugas. Pasti setidaknya ada seorang penjaga yang tidak tidur.

· Murid-murid dalam keadaan terguncang, takut dan kacau.balau setelah melihat Tuan mereka disalibkan. Apakah masuk akal untuk berpi­kir bahwa mereka segera menciptakan rencana cemerlang dan dengan sempurna melaksana­kannya pada hari istirahat Sabat ?

· Motif apa yang mungkin dimiliki murid-murid? Jika Yesus bukanlah Anak Allah seperti yang Ia nyatakan, mencuri jasadNya akan mencipta­kan suatu dusta tanpa manfaat apa pun -- dan kematian, tanpa guna, bagi murid-murid.

Analisis atas Penjelasan-penjelasan Lain

Apakah Yesus benar-benar mati? Saat itu penyaliban dilakukan lebih rutin, dan lebih menguras fisik untuk periode yang lebih lama, daripada kursi lis­trik di masa kini. Mungkinkah para algojo sepro­fesional itu tidak mengenali kematian? Tikaman ter­akhir tombak ke daerah jantung adalah untuk memastikan bahwa seseorang sudah mati.

Terhadap seorang ancaman politik seperti Dia, mereka harus yakin. Jika Yesus tidak mati, apakah mungkin sese­orang yang setengah mati dapat menggerakkan se­bongkah batu seberat dua ton dari dalam kubur dan melarikan diri dari sepasukan penjaga Roma tanpa terlihat?

Apakah jasadnya dicuri pada waktu malam ? Dengan tidak adanya senter atau sensor infra merah pada masa itu, mungkinkah sekumpulan murid ketakutan yang membawa-bawa obor dapat melewati sepasukan penuh penjaga Roma, menggerakkan batu seberat dua ton dan tidak terlihat? Lebih jauh lagi, dua hari Sabat sangat membatasi gerakan. Dan sekali lagi -­untuk motif apa ?

Para Saksi Mata Kebenaran Mati untuk Menceritakan Kisah Itu

Kemartiran demi suatu kepercayaan tidaklah unik. Namun orang macam apa yang bersedia mati demi suatu dusta yang diketahuinya ? Seseorang yang gila ? Apakah semua murid mau menghadapi kesulitan dan kematian demi suatu dusta yang mereka ketahui ? Murid-murid bersama Yesus terus-menerus selama tiga tahun. Mereka pasti mengetahui kebenaran kebangkitan. Berdusta tak akan berguna karena pela­yanan Yesus nanti akan diperdebatkan. Narnun catat­an-catatan dan laporan-laporan sejarah tentang para murid mengindikasikan bahwa mereka semua dibunuh secara kejam karena kepercayaan mereka (kecuali Yohanes). Yakobus dirajam, Petrus disalibkan terbalik, Paulus dipenggal, Tadeus dibunuh dengan panah, Matius dan Yakobus (anak Zebedeus) dibu­nuh dengan pedang, dan yang lainnya disalibkan

Apakah Anda tahu bahwa Rasul Yohanes ketika di Roma ia pernah di goreng hidup2 di dalam minyak mendidih. Apakah ia takut menghadapi ini semua? Tidak! Ternyata tidak satupun dari para Rasul yang memilih untuk hidup senang dan tentram dengan bersedia mengingkari dan tidak mengakui Tuhan Yesus. Berapa lama orang bisa kuat dan bisa bertahan menghadapi siksaan badan yang sedemikian keras dan kejamnya tanpa harus menyangkal Tuhan? Beda dengan manusia jaman sekarang, jangankan di siksa, karena ketakukan kehilangan jabatan, atau kursi yg basah saja, mereka sudah bersedia untuk menyangkal bahkan balik menghujat orang yg ia panut dan puja sebelumnya.

Sejarah tradisi gereja banyak sekali memberikan informasi mengenai kehidupannya sampai dengan bagaimana wafatnya para Rasul. Satu penulis sejarah yg bisa dipertanggung jawabkan tulisannya berdasarkan bukti2 nyata ialah Eusebius. Ia menulis buku mengenai cara meninggalnya Para rasul di th 325 dgn judul: "Rasul dan murid dari Juruselamat telah menyebarkan dan mengkotbahkan Injil ke seluruh dunia". Tulisan dari Eusebius telah ditelusuri dan diselidiki ulang oleh penulis sejarah gereja kondang Mr.Schumacher untuk membuktikan akan kebenaran dari tulisan tsb.

a. Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang diEtiopia.

b. Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya di seret hidup2 dengan kuda melalui jalan2 yg penuh batu sampai ia menemukan ajalnya.

c. Lukas mati digantung di Yunani, setelah ia berkhotbah disana kepada orang2 yg belum mengenal Tuhan

d. Yohanes direbus atau lebih tepatnya digoreng didalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup2 ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa ditambang batubara disana. Pada saat ia berada disana, ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi Uskup di Edessa (Turki). Ia dalah satu2nya Rasul yg bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang.

e. Petrus telah di salib dengan kepala dibawah. Kayu salib untuk Petrus dipasangnya berbeda, ialah secara huruf X, karena itulah permohonan yang ia ajukan sebelum ia disalib, dimana ia memohon untuk disalib dengan cara demikian. Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus.

f. Yakobus saudara tiri dari Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, di lempar kebawah dari puncak bubungan Bait Allah, ditempat yg sama dimana si setan dahulu membawa Tuhan Yesus untuk digoda. Ia meninggal dunia setelah dilempar dari tempat tinggi tsb.

g. Yakobus anak Zebedeus adalah seorang nelayan dan ia adalah murid pertama yang dipanggil untuk ikut Tuhan Yesus, ia dipenggal kepalanya di Yerusalem. Pada saat2 ia disiksapun, ia tidak pernah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan ia berusaha untuk berkhotbah terus, bukan hanya kepada para tawanan lainnya saja, bahkan kepada orang yg menghukum dan menyiksa dia dgnkejamnya. Sehingga akhirnya orang Rumawi yg menjadi penjaga dan penyiksa dia, bisa turut bertobat. Penjaga Rumawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia dihukum penggal, bukannya sekedar hanya untuk turut menyaksikannya saja, melainkan juga untuk turut dihukum dan dipenggal bersama dengan Yakobus. Pada saat ia mau menjalani hukuman mati, ia berlutut bersama disamping Yakobus, sambil berdoa, itu adalah doanya yang terakhir, sebelum ia mati dipenggal bersama Yakobus sebagai orang Kristen.

h. Bartolomeus yang lebih dikenal sebagai Natanael ia menjadi misionaris di Asia, antara lain ia memberikan kesaksian di Turki. Ia meninggal dunia di Armenia setelah ia mendapat hukuman pukulan cambuk yang sedemikian kejamnya sehingga semua kulitnya menjadi hancur terlepas kebeset.

i.. Andreas juga disalib seperti Petrus dgn cara X di Patras, Yunani. Sebelumnya ia meninggal ia disiksa dgn hukum cambuk oleh tujuh tentara dan di ikat di salib dgn cara demikian mereka bisa memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya. Seorang pengikut Andreas yang turut menyaksikan hukuman Andreas menceritakan perkataan yang telah diucapkan oleh Andreas sebelum ia meninggal dunia: "Ternyata keinginan dan cita2 saya bisa terkabul dimana saya bisa turut merasakan "happy hours" dgn di siksa dan disalib seperti Tuhan Yesus." Bahkan pada saat ia disiksa pun tiada henti2nya ia berkhotbah terus, ia berkotbah terus dua hari sebelum ajalnya tiba. Berkotbah sambil dihukum cambuk.

j. Rasul Thomas mati ditusuk oleh tombak di India.

k. Yudas saudaranya dari Tuhan Yesus dihukum mati dgn panah, karena ia tidak bersedia untuk mengingkari Tuhan Yesus

l. Matias, rasul pengganti dari Yudas Iscariot mati dihukum rajam dan akhirnya dipenggal kepalanya.

m. Barnabas salah satu dari 70 rasul, juga yang telah menulis Surat Barnabas dan mengabarkan Injil di Italy maupun di Cyprus, ia mati dihukum rajam di Salonica.

n. Rasul Paulus disiksa dengan sangat kejam dan akhirnya dipenggal kepalanya oleh Kaiser Nero di Roma pada th 67. Rasul Paulus adalah rasul yang paling lama mengalami masa siksaan di penjara. Kebanyakan surat2 dari Rasul Paulus dibuat dan dikirim dari pernjara.

Disamping kisah para rasul yang ditulis oleh ahli sejarah Eusebius, ia juga menceritakan tentang seorang penginjil yang matanya dibakar sampai buta dengan catatan bahwa kalau ia buta, maka ia tidak akan bisa membaca Alkitab lagi dengan mana ia tidak akan bisa mengabarkan Injil lagi. Tetapi kenyataannya ia tetap mengambarkan Injil berdasarkan ayat2 yg telah dipelajari dan di ingat sebelumnya.

Para Rasul jaman dahulu sedemikian kuat imannya dan sedemikian mengasihi Tuhan Yesus sehingga mereka bersedia membayar kepercayaannya ini dgn pengorbanan dan darah mereka. Apakah umat Kristen sekarang ini juga bersedia melakukan yang serupa seperti para Rasul jaman dahulu?

Kesaksian Katakombe

Di bawah kota Roma membentang gua-gua berukir sepanjang 900 mil di mana lebih dari 7 juta orang Kristen, banyak yang dihukum mati karena keper­cayaan mereka, dikuburkan. Yang lain-lainnya ber­sembunyi dan beribadah di gua-gua ini selama ber­langsungnya penganiayaan hebat atas orang-orang Kristen. Inskripsi-inskripsi yang paling awal diketa­hul di dinding-dinding bertanggal tahun 70 M. Bebe­rapa penghuni awalnya mungkin berkomunikasi secara langsung dengan orang-orang yang telah meli­hat Yesus. Sejak sekitar tahun 400 M. Katakombe dikuburkan dan "terlupakan" selama lebih dari 1000 tahun. Pada tahun 1578 Katakombe ditemu­kan kemball secara tidak sengaja. Kini Katakombe dapat dilihat sebagal saksi bisu akan banyak orang yang lebih memilih mati daripada mengutuk Yesus atau bersujud pada patung seorang kaisar. Martir-­martir Kristen sangat berbeda darl martir-martir dunia lainnya dalam hal bahwa fakta-fakta sejarah merupakan landasan kepercayaan mereka -- fakta­-fakta yang dapat diverifikasi pada masanya, bukan sekedar pemikiran-pemikiran.

Saksi-saksi Lawan Berubah Menjadi Kristen

Paulus, seorang pemimpin penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, melepaskan kekayaan, kekua­saan, dan kenyamanan setelah mellhat Kristus yang sudah bangkit, kemudian menulis sebagian besar Perjanjin Baru. Dua anggota Sanhedrin (yang tidak hadir ketika Sanhedrin menjatuhkan hukuman mati atas Yesus) secara diam-diam menjadi murid Yesus. Saudara-saudara kandung Yesus yang tidak percaya, Yakobus dan Yudas, belakangan menjadi percaya ­setelah kebangkitan.

Persidangan-persidangan hukum menganggap saksi-­saksi lawan sangat penting karena mereka cenderung mempersoalkan fakta-fakta yang mendukung lawan mereka. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa saksi-saksi lawan berubah menjadi orang-orang yang percaya kepada Yesus.

Makna Salib Kristus bagi kita.

Rasul Petrus menuliskan ilhamnya sebagai berikut "Sebab adalah kasih karunia, jika soorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung pende­ritaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukul karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu ada­lah kasih karunia Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu, dan telah meninggalkan teladan bagimu, su­paya kamu mengikuti jejaknya. Ia tidak berbuat dosa, dan tidak ada tipu dalam mulutnya. Ketika Ia dicaci-maki. Ia tidak membalas dengan mencaci ­maki; ketika ia menderita. Ia tidak mengancam, teta­pi la menyerahkan kepada Dia yang menghakimi de­ngan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bi­lur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu se­sat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kem­bali kepada gembila pemelihara jiwamu." (1 Petrus 2:12-25).

Salib yang dihubungkan dengan pribadi Jesus, ada­lah merupakan puncak kesengsaraanNya. Mati di kayu salib, bukanlah hal yang diidam-­idamkan, meskipun hal itu sesuai dengan takdir rencana Allah. Karena masalah sengsara Yesus itu sudah dinu­buatkan dalam Kitab Nabi Yesaya 53:1-12. Dan Jesus sendiri telah menginsyafi bahwa nubuat itu akan terge­napi di atas pribadinya sebagai Hamba Allah yang dimak­sudkan oleh nubuatan itu.

ltulah sebabnya Yesus mengatakan di saat menghadapi saat sengsara ini, kepada seseorang yang me­nyertai Jesus yang bersikap untuk mengadakan perla­wanan, la berkata : "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang. Atau kau sangka bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapaku supaya Ia segera mengirim lebih dari dua be­las pasukan malaikat membantu Aku ? Jika begitu, bagaimana akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demiki­an ?" (Matius 26:52-54).

Yesus dihukum salib oleh penguasa bukanlah disebabkan Dia melakukan sesuatu Keja­hatan berbuat dosa melanggar Hukum Taurat. Dia dihukum oleh penguasa, karena pengajaranNya menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa, juga karena Ia menyungguhkan diri-Nya sebagai Anak Allah, Mesias, Tuhan dan Juruselamat.

Dari keterangan di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa lambang salib, adalah mengingatkan kepada kita setiap penganut Kristen, bahwa Yesus menderita dan te­lah menjadi korban mati sengsara di kayu salib, karena da'wah-Nya untuk menyelamatkan kita semua dari pe­nguasa dosa, agar kita mendapatkan hak hidup yang ke­kal di alam sorgawi.

Tuhan Palsu

Tuhan Palsu (Galatia 4:8-10)

Masih banyak orang di sekitar kita yang menghambakan dirinya pada ilah-ilah atau dewa-dewa yang kesemuaannya merupakan tuhan-tuhan palsu.

Ilah-ilah, dewa-dewa atau tuhan-tuhan palsu itu terlihat miskinnya karena mereka meminta pengikutnya untuk memberikan sesembahan entah berupa bunga, buah, makanan maupun lauk berupa daging. Ilah-ilah, dewa-dewa dan tuhan-tuhan palsu itupun tidak mempunyai kuasa yang luar biasa seperti Tuhan kita, Yesus Kristus. Sebab ilah-ilah, dewa-dewa ataupun tuhan-tuhan palsu merupakan roh-roh teritorial yang tidak sanggup melewati batas-batas teritorial tertentu.

Kuasa mereka pun sangat terbatas karena memang mereka adalah mantan-mantan malaikat yang mendukung Lucifer yang mencoba mengadakan kudeta pada Bapa.

Karena itu, jangan tertipu. Tuhan yang berkuasa, di bumi maupun di sorga dan di alam semesta ini hanyalah satu yakni Yesus Kristus.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 28 Juli 2001

Satu Alkitab

Satu Alkitab (Galatia 1:6-11)

Pada saat saya menerima Yesus dan mulai kontak dengan umat kristen lainnya, saya merasa heran karena banyak denominasi2 dengan pandangan2 yang berbeda. Rata-rata perbedaan disebabkan oleh penekanan pengajaran. Ada yang menekankan pada hikmat, ada yang menekankan pada kuasa roh, ada juga yang menekankan pada kasih Bapa, dlsb.

Dan tidak sedikit pula denominasi yang menyimpang dari ajaran Yesus yang sesungguhnya (atau katakanlah Alkitab), karena ada yang sengaja memutar-balikan kenyataan dengan doktrin2 tertentu. Bahkan ada yang menambah Firman dengan membuat injil baru ataupun berupa fatwa-fatwa dari orang tertentu. Sungguh ini penyesatan yang perlu kita sadari.

Untuk itulah saringan (filter) yang terbaik untuk mengerti apakah ajaran yang kita terima benar atau sesat ialah tidak lain dan tidak bukan Alkitab sendiri. Jangan mudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ataupun doktrin-doktrin. Bersandarlah pada Alkitab sebagai satu-satunya referensi yang terbaik.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 27 Juli 2001

Pearls

Pearls 
Author : Unknown

Jenny was a bright-eyed, pretty five-year-old girl. One day when she and  her mother were checking out at the grocery store Jenny saw a plastic pearl  necklace priced at $2.50. How she wanted that necklace, and when she asked  her mother if she would buy it for her, her mother said, "Well, it is a pretty necklace, but it costs an awful lot of money. I'll tell you what.  I'll buy you the necklace, and when we get home we can make up a list of  chores that you can do to pay for the necklace. And don't forget that for  your birthday Grandma just might give you a whole dollar bill, too. Okay?"

Jenny agreed, and her mother bought the pearl necklace for her. Jenny  worked on her chores very hard everyday, and sure enough, her grandma gave  her a brand new dollar bill for her birthday.

Soon Jenny had paid off the  pearls. How Jenny loved those pearls. She wore them everywhere-to  kindergarten, bed and when she went out with her mother to run errands.  The only time she didn't wear them was in the shower-her mother had told  her that they would turn her neck green!

Now Jenny had a very loving daddy.   When Jenny went to bed, he would get up from his favorite chair every  night and read Jenny her favorite story. One night when he finished the
 story, he said "Jenny, do you love me?"

"Oh yes, Daddy, you know I love  you," the little girl said.

"Well, then, give me your pearls." "Oh! Daddy,
not my pearls!"

Jenny said. "But you can have Rosie, my favorite doll.  Remember her? You gave her to me last year for my birthday. And you can
have her tea party outfit, too. Okay?"

"Oh no, darling, that's okay."
Her father brushed her cheek with a kiss. "Good night, little one."

A week  later, her father once again asked Jenny after her story, "Do you love me?"

"Oh yes, Daddy, you know I love you."

"Well, then, give me your pearls."

"Oh, Daddy, not my pearls! But you can have Ribbons, my toy horse. Do you  remember her? She's my favorite. Her hair is so soft, and you can play  with it and braid it and everything. You can have Ribbons if you want her, "Daddy," the little girl said to her father.

"No, that's okay," her father said and brushed her cheek again with a kiss. "God bless you, little one. Sweet dreams."

Several days later, when Jenny's father came in to read her  a story, Jenny was sitting on her bed and her lip was trembling. "Here,  Daddy," she said, and held out her hand. She opened it and her beloved  pearl necklace was inside. She let it slip into her father's hand.

With  one hand her father held the plastic pearls and with the other he pulled  out of his pocket a blue velvet box. Inside of the box were real,  genuine, beautiful pearls.

He had had them all along. He was waiting for
Jenny to give up the cheap stuff so he could give her the real thing.  So it is with our Heavenly Father. He is waiting for us to give up the  cheap things in out lives so he can give us beautiful treasure. Isn't God good?

Friday, August 27, 2010

Pengikisan Rohani

Pengikisan Rohani
Oleh Steven Agustinus
Shekinah 2000 Ministries
Dirangkum oleh : Deny S Pamudji

Pengikisan rohani terjadi pelan tetapi menghanyutkan. Contoh apa yang terjadi pada Simson (Hakim 16:4-20). Iblis bisa mengikis kita melalui segala aspek yang ada di dunia di sekeliling kita karena seluruh dunia telah berada di bawah kuasa si jahat (1 Yohanes 5:19). Target iblis ialah membuat orang2 percya tidak lagi berjalan dalam seluruh kebenaran (Matius 11:12, 2 Korintus 11:4, 1 Yohanes 4:1-3)

Dasar yang dihancurkan (2 Timotius 3:2-5) mulai terlihat dengan :
1. Hilangnya kebiasaan baik yang dimiliki orang2 percaya, antara lain :
- saat berdoa bersama keluarga mulai berkurang
- datang terlambat pada waktu ibadah
- kikuk bersekutu dengan orang percaya
- ketaatan pada orang yang berotoritas menjadi berkurang
- suka membeberkan kesalahan orang lain dibanding membicarakan kebaikannya
- takut/jarang menyatakan kebenaran dan kabar keselamatan.

2. Hati nurani yang mulai tercemar, antara lain : mengejek, melakukan kecurangan, khayal cabul.

3. Kasih mulai memudar (Matius 24:12), timbul perlawanan (Matius 5:44) dan sesungguhnya hal tsb bisa diatasi dengan datang pada Yesus (Yohanes 6:37)

Mekanisme Pengikisan
1. Roh yang padam. Kerajinan melayani Tuhan mulai mengendor (Roma 12:11) karena bersandar pada pengertian sendiri dan mulai kurang menyandarkan pada Allah (Amsal 3:5-6)

2. Mencintai diri sendiri.  Terpusat hanya pada berkat (Yohanes 10:10b) dan tidak seimbang dalam kewajiban (Matius 16:24-27)

3. Prioritas hidup yang salah. Kurang menguduskan Tuhan (1 Petrus 3:15) dan tidak mengetahui bahwa Allah memberkati kita pada saat kita tidur (Mazmur 127:2).

4. Gaya hidup duniawi (Roma 8:5)

Tanda-tanda Kehanyutan
1. Jarang pergi ke gereja
2. Kurang bersekutu dengan Yesus
3. Tidak bersedia mengekang diri dalam disiplin

Akibat Kehanyutan
Tuhan memalingkan muka (Yeremia 18:15,17, Amsal 1:24-32).
Kita harus menanggung sendiri semua perbuatan negatif kita (Yehezkiel 23:35)

Jalan Pemulihan
Koyakkan hatimu (Yoel 2:12-14)dan adakan puasa kudus (Yoel 2:15)

Spirit of Excellent
1. Teguh seperti Kaleb (Bilangan 13:30-14:10)
2. Tekun seperti Daniel (Daniel 6:4,11)
Nantikanlah Tuhan agar bisa terbang seperti rajawali (Yesaya 40:31)

Does God Exist?

DOES GOD EXIST?

A young man had been to Wednesday night Bible Study. The Pastor had shared about listening to God and obeying the Lord's voice. The young man couldn't help but  wonder, "Does God still speak to people?" After service he went out with some friends for coffee and pie and they discussed the message. Several different ones talked about how God had led them in different ways. It was about ten o'clock when the young man started driving home. Sitting in his car, he just began to pray, "God... If you still speak to people, speak to me. I will listen.

I will do my best to obey." As he drove down the main street of his town, he had the strangest thought, to stop and buy a gallon of milk. He shook his head and said out loud, "God is that you?" He didn't get a reply and started on toward home. But again, the thought, buy a gallon of milk. The young man thought about Samuel and how he didn't recognize the voice of God, and how little Samuel ran to Eli.

"Okay, God, in case that is you, I will buy the milk." It didn't seem like too hard a test of obedience. He could always use the milk. [1 Samuel -Chapter 3] He stopped and purchased the gallon of milk and started off toward home. As he passed Seventh Street, he again felt the urge, "Turn down that street." This is crazy," he thought and drove on past the intersection. Again, he felt that he should turn down Seventh Street. At the next intersection, he turned back and headed down Seventh. Half jokingly, he said out loud, "Okay, God, I will." He drove several blocks, when suddenly, he felt like he should stop. He pulled Over to the curb and looked around. He was in a semi-commercial area of town.

It wasn't the best, but it wasn't the worst of neighborhoods either. The businesses were closed and most of the houses looked dark like the people were already in bed. Again, he sensed something, "Go and give the milk to the people in the house across the street." The young man looked at the house. It was dark and it looked like the people were either gone or they were already asleep. He started to open the door and then sat back in the car seat. "Lord, this is insane. Those people are asleep and if I wake them up, they are going to be mad and I will look stupid." Again, he felt like he should go and give the milk. Finally, he opened the door, "Okay God, if this is you, I will go to the door and I will give them the milk. If you want me to look like a crazy person, okay. I want to be obedient. I guess that will count for something but if they don't answer right away, I am out of here."

He walked across the street and rang the bell. He could hear some noise inside. A man's voice yelled out, "Who is it? What do you want?" Then the door opened before the young man could get away. The man was standing there in his jeans and T-shirt. He Looked like he just got out of bed. He had a strange look on his face and he didn't seem too happy to have some stranger standing on his doorstep.

"What is it?" The young man thrust out the gallon of milk, "Here, I brought this to you." The man took the milk and rushed down a hallway speaking loudly in Spanish. Then from down the hall came a woman carrying the milk toward the kitchen. The man was following her holding a baby. The baby was crying. The man had tears streaming down his face. The man began speaking and half crying, "We were just praying. We had some big bills this month and we ran out of money. We didn't have any milk for our baby. I was just praying and asking God to show me how to get some milk." His wife in the kitchen yelled out, I ask him to send an Angel with some. Are you an Angel?"
The young man reached into his wallet and pulled out all the money he had on him and put it in the man's hand. He turned and walked back toward his car and the tears were Treaming down his face. He knew that God still answers prayers.

* What if, GOD couldn't take the time to bless us today because we couldn't take the time to thank Him yesterday?

* What if GOD decided to stop leading us tomorrow because we didn't follow Him today?

*What if, we never saw another flower bloom because we grumbled when GOD sent the Rain?

* What if GOD didn't walk with us today because we failed to recognize it as His day?

* What if, GOD took away the Bible tomorrow because we would not read it today?

* What if, GOD took away His message because we failed to listen to the messenger?

* What if, GOD didn't send His only begotten Son because He wanted us to be prepared to pay the price for sin.

* What if, the door of the church was closed because we did not open the door of our heart?

* What if, GOD stopped loving and caring for us because we failed to love and care for others?

* What if, GOD would not hear us today because we would not listen to Him?

* What if, GOD answered our prayers the way we answer His call to service?

* What if, GOD met our needs the way we give Him our lives???

Penghargaan

PENGHARGAAN SELAGI HIDUP (Matius 26:13)

Para pahlawan dalam Alkitab sering kali melakukan tindakan yang mengejutkan. Salah satu contohnya adalah wanita yang dikisahkan dalam bacaan Alkitab hari ini, Yesus bahkan memilih dia untuk selalu turut disebut di mana pun Injil diberitakan di seluruh dunia. Ini berawal sejak wanita tersebut menunjukkan kemurahan hatinya dalam suatu perjamuan yang dihadiri Yesus. Di situ ia mengurapi kaki
Yesus, sebelum kematian-Nya, dengan minyak wangi yang harganya sangat mahal, lebih dari upah orang bekerja selama satu tahun penuh.

"Untuk apa pemborosan ini?" tanya seorang murid Yesus yang berkata demikian supaya tampak di depan orang banyak menaruh perhatian pada orang miskin. Saya yakin jika mereka tahu bahwa Yesus akan segera menghadapi kematian sesudah perjamuan itu, mereka pasti akan menunjukkan tanggapan yang berbeda. Sayangnya, yang terjadi pada waktu itu wanita tersebut harus menerima kritikan yang keras karena menunjukkan kasihnya kepada yesus selagi Dia masih hidup.

Kita dapat memetik pelajaran yang berharga dari tindakan wanita ini. Kita harus bebuat sesuatu bagi orang-orang semasa mereka masih hidup. Sering kali kita enggan menunjukkan penghargaan kepada seseorang selagi ia masih hidup dan terus menundanya sampai orang itu meninggal.

Adakah seorang sahabat atau sanak keluarga yang kiranya patut mendapat penghargaan atau dukungan saat ini? Lakukanlah sesuatu sekarang juga untuk menunjukkan penghargaan Anda selagi orang itu masih hidup!

JANGAN TUNDA SAMPAI ESOK KATA-KATA PENGUATAN YANG DAPAT ANDA KATAKAN HARI INI

Sumber : http://www.glorianet.org/rh/072001/27.html

Kasih

KASIH BAGI YANG TERHILANG (Lukas 15:32)

Mactavish menghilang. Tadinya saya bermaksud menunggu sampai esok hari, barangkali ia kan pulang sendiri. Namun mimik muka anggota keluarga yang lain menunjukkan bahwa mereka menolak mentah-mentah rencana tersebut. Sebab itu kami segera naik mobil dan mulai mencari anjing terrier Skotlandia kami yang suka keluyuran itu.

Sementara kami menelusuri jalanan sambil memanggil-manggil namanya dan memicingkan mata di kegelapan, bahkan saya pun menjadi sentimentil. Bagaimana kalau ia tertabrak mobil? Bagaimana kalau ada orang yang menangkapnya? Bagaimana kalau kami tak bisa bertemu dengannya lagi?

Akhirnya kami menemukannya. Seketika kami merasa sangat bahagia melihatnya, sekalipun ia begitu kotor-bermandikan lumpur dan berbau busuk. Pada saat itu, rasanya seolah kami jauh lebih senang bertemu dan berkumpul dengan anjing kotor itu daripada berkumpul dengan anggota keluarga yang lain.

Apakah itu berarti kami lebih mencintai Mac daripada anggota keluarga yang lain? Tentu saja tidak. Begitu pula bila kita begitu bersukacita saat menyambut seorang pecandu alkohol, pelacur, atau musuh yang telah bertobat. Kita bukannya kurang mengasihi saudara-saudara seiman yang berkumpul dengan kita, tetapi sikap itu menunjukkan bahjwa kita memiliki kasih seperti Allah yang juga selalu menyambut kembalinya seorang anak yang hilang dengan penuh sukacita.

Adakah Anda memiliki kasih bagi mereka yang terhilang?

ORANG YANG PALING TIDAK LAYAK MENDAPAT KASIH ADALAH ORANG YANG PALING MEMBUTUHKAN KASIH

Sumber : http://www.glorianet.org/rh/072001/26.html

The Lamb

The Lamb
By Mike Boudreaux

One afternoon in the summer of 1996 Christopher, who is called Chris, was driving back to Porterville, California from Bakersfield where he worked as a California Highway Patrolman. But before I go on, I must back up and tell you about my grandson, Christian. Christian was born in January 1996, at birth he seemed to be a healthy bouncing baby boy with no problems, but at age three months it was discovered that he was born with only three chambers
in his heart. The doctors advised of many major surgeries and the likelihood of him not living past his third birthday. At the time Chris was 26 years old and had been married for four years. Of course he was very worried about his son and it weighed heavily on his mind. Many hours were spent in prayer for Christian and Chris had ample prayer time as he commuted to work in Bakersfield from Porterville a 100 mile round trip each day.

One afternoon as Chris was driving home, north along Hwy. 65 he felt an urgency to pull over to the side of the road. Chris said that he felt that God was telling him to climb to the top of a small hill just off of the roadway. Chris stood there beside his car and looked at the hill, it was not a large hill, but it was hot and he decided that there was nothing he could see from the top of the hill that he could not see from where he stood. Chris looked around and saw nothing except a slow moving diesel truck which he had passed several miles back approaching from the south.
Chris let the devil tell him that if he did not get back on the road soon, that he would have to again find a place to pass this approaching truck. So he quickly jumped back into his car and sped off towards home ahead of the diesel truck.

When he arrived in Porterville he stopped by our house for a visit and he told me of the incident. I could not believe that Chris had not obeyed what he felt was a word from God. I encouraged Chris to return to the hill and be obedient to what he felt God had told him. I gladly volunteered to go along to keep him company. So within a few minutes we were on the road headed back to that hill. When we arrived at the hill, Chris pulled to the side of the road, we got out of the car and looked at the hill. Chris said, "Now what?"
I said, "Well, if God said to go to the top, then you had better go to the top." Chris then said, "Well, lets' go." "Oh no!", I replied, "God told you to go up that hill, He didn't tell me to go." Chris then crawled through a barbed wire fence and headed up to the top of the hill alone. I stayed by the car and prayed while Chris climbed to the top of the hill and then went over the crest out of my sight.

In about twenty minutes he came back to the car and sat in the front seat without saying a word. We sat in the car for a few minutes and finally Chris said, "You know Dad, just over that hill is a large flock of sheep, maybe two or three hundred. I watched the sheep for a while and all was very peaceful and serene. As I watched those sheep I saw a little lamb stray away from the flock with it's head down grazing on the grass. And then I saw movement in the tall weeds near the flock and saw a big coyote stalking through the weeds, inching ever closer to the little lamb. There was a shepherd sitting on a small knoll watching the flock but he didn't seem to be watching the lamb which had strayed and was now in imminent danger. I called out and whistled trying to alert the shepherd to the danger but I was unable to get his attention. The coyote kept inching it's way closer and closer to the lamb and I had to watch helplessly knowing that the coyote would soon be upon the lamb. I was too far away and unable to do anything about the impending attack upon the lamb. I was so frustrated in my attempts to get the shepherd's attention and I knew that soon it would be too late.

Suddenly the coyote ran out from the cover of the tall weeds and raced towards the defenseless lamb, rapidly closing the distance between them. Even if I managed to get the shepherd's attention he was too far from the lamb to be able to save it. All I could do was watch in horror. I was sure it would be over in seconds, but just then the shepherd raised his arm and pointed toward the lamb. I then saw two of the biggest dogs that I have ever seen burst forth out of the tall weeds and head straight for the coyote at full speed. The coyote slammed on the brakes at the sight of these two huge dogs bearing down on it. The coyote nearly lost it's footing as it turned and headed in the opposite direction as fast as it's legs could carry it.

The last I saw of the coyote it was three hills over, still running at top speed with the two huge dogs nipping at it's heels. The little lamb never looked up, never saw either the coyote or the dogs and never knew how much danger it had been in. The shepherd then turned towards me, gave a little wave and then turned his attention back to the flock. In a few moments I saw the dogs trot back as they returned to lie back down in the tall weeds near the flock. All was again very peaceful and serene.

Chris then started the car and we headed back to Porterville. Neither of us said a word for about ten miles. I finally said, "Chris, your little lamb is going to be just fine. His shepherd has His eye on him and when the time comes He will raise His arm and the next thing you know the devil will be three hills over running at top speed with his tail between his legs, being chased by the biggest angels your ever saw. God may seem to be out of reach and too far away to do anything about little Christian but He is in control. Don't get frustrated when you think that God doesn't hear your prayers, He hears, and He sees all and He knows the situation. He's not going to let the devil snatch one of His little lambs.

By the way, Christian just celebrated his fifth birthday, to watch him run and play, you would never know that he has only three chambers in his heart. The doctors are amazed at his condition and say that the longer they can wait the stronger Christian will be and his chances at surviving the necessary operation will be much better. Please keep him in your prayers.

Thursday, August 26, 2010

Surat

Surat (2 Korintus 3:3-4)

Konon lebih sukar bagi kita untuk membuat orang terdekat kita bertobat daripada membuat orang lain bertobat. Mengapa? Karena merekalah yang melihat tingkah laku kita yang sebenarnya. Orang lain yang kurang mengenal kita, paling-paling hanya melihat sudut positif kita saja (karena kepura-puraan kita), tetapi orang yang terdekat kita kenal betul diri kita dari positif hingga negatif atau mungkin sisi yang paling buruk dari kita.

Sadar atau tidak, kita adalah surat Tuhan yang bisa dibaca oleh setiap orang. Karena itu hendaknya kita mengawasi diri kita. Jangan buat Tuhan kecewa pada kita karena Tuhan telah menulis yang baik pada kita. Jangan kau ubah menjadi buruk. Jadilah surat yang baik sehingga yang membacanya bisa bertobat dan memuliakan Tuhan.

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 25 Juli 2001

Dendam

Dendam (2 Korintus 2:10-11)

Banyak orang berdoa tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan. Padahal mereka adalah orang baik-baik dan senang menolong orang lain. Lalu di mana salahnya?

Ternyata setelah diselidiki, mereka menyimpan dendam atau amarah di dalam hati mereka. Inilah yang menghalangi doa mereka untuk didengar Tuhan. Masih adakah dendam di hatimu?

Salam kasih, Deny S Pamudji
Jakarta, 24 Juli 2001

Technorati Tags: ,,,

Jembatan Ke Madura

JEMBATAN KE MADURA (Indonesia, 1864 - 1994)

Pernahkan pembaca mendengar tentang jembatan sepanjang dua puluh kilometer, yang hendak dibuat sebagai penghubung antara pulau Jawa dan pulau Madura?
Mungkin pembaca pun sudah mendengar tentang adanya berbagai-bagai hambatan berkenaan dengan proyek raksasa tersebut, sehingga bertahun-tahun lamanya jembatan ke Madura itu belum jadi dibuat. (Catatan : Pada tgl 10 Juni 2009 akhirnya dibuka jembatan Suramadu yang menghubungi Surabaya dan Madura sepanjang 5.4 km)

Pasal ini memang memuat kisah nyata tentang sebuah "Jembatan ke Madura", tetapi bukan jembatan sepanjang dua puluh kilometer tadi. Namun jembatan yang diceritakan di sini, juga cukup lama mengalami berbagai-bagai hambatan, sehingga baru dapat dibuat setelah 130 tahun.

Jembatan itu tidak dilewati oleh truk, bis, dan mobil, tetapi oleh kasih Allah yang dicurahkan-Nya melalui Yesus Kristus. "Jembatan ke Madura" yang dimaksud di sini, tak lain ialah Alkitab dalam bahasa Madura, yang selama satu abad lebih penting penerbitannya berkali-kali tertunda.

Mengapa begitu sulit menyediakan Firman Allah dalam bahasa Madura? Suku Madura itu bukanlah sekelompok kecil orang-orang yang tinggal di pedalaman, jauh dari orang lain. Di wilayah Indonesia, mereka itu malah menempati posisi ketiga dalam daftar suku yang terbanyak penduduknya. Letak pulau Madura itu sangat dekat dengan pulau Jawa, sedangkan suku Jawa sudah memiliki Firman Allah dalam bahasa ibu mereka sejak satu setengah abad yang lalu. Lagi pula, banyak orang Madura yang tinggal di pulau Jawa; banyak juga yang kawin dengan orang Jawa.

Namun kenyataannya, penerjemahan dan penerbitan Alkitab bahasa Madura itu berkali-kali mengalami hambatan besar.
Seolah-olah ada kuasa kegelapan yang tidak memperkenankan Firman Tuhan beredar diantara orang-orang Madura dalam bahasa ibu mereka . . . .

Kisah panjang yang menyedihkan itu mulai satu setengah abad yang lalu. Pada pertengahan abad ke-19, ada seorang penduduk pulau Jawa keturunan Madura yang bernama Tosari. Setelah ia menjadi orang Kristen pada tahun 1843, Bapak Tosari berusaha membawa Kabar Baik ke pulau nenek moyangnya. Tetapi orang-orang Madura tidak mau menerima dia. Lalu ia kembali ke Jawa Timur, dan atas kesaksiannya banyak sekali orang Jawa menjadi percaya. Pada tahun-tahun terkemudian, ia dijunjung tinggi sebagai salah seorang pendekar gereja Jawa, dengan nama kehormatan: Kiayi Paulus Tosari.

Salah seorang utusan Injil dari negeri asing yang melayani di Jawa Timur pada masa hidup Kiayi Paulus Tosari itu adalah Samuel Harthoorn. Karena selisih pendapat dengan rekan-rekannya, Pdt. Harthoorn pulang ke Belanda setelah beberapa tahun di pulau Jawa. Di tanah airnya ia menikah, lalu kembali lagi ke Nusantara sebagai seorang penginjil mandiri.

Pada tahun 1864 suami-istri itu mulai menetap di Pamekasan, sebuah ibu kota kabupaten di Madura. Selama empat tahun mereka berusaha menjajaki persahabatan dengan penduduk setempat. Mereka berharap bahwa keakraban itu dapat menjadi suatu jembatan penginjilan.

Lalu . . . tragedi belaka. Pada tahun 1868, ketika Pdt. Harthoorn sedang keluar kota, segerombolan orang Madura di Pamekasan mengepung rumahnya dan membunuh istrinya. Setelah terjadi peristiwa yang begitu mengerikan, duda yang berdukacita itu meninggalkan pulau Madura selama-lamanya.

Sementara itu, di negeri Belanda ada seorang pendeta muda yang pandai; namanya, J. P. Esser. Ia belajar teologia dan juga belajar bahasa Madura, sampai ia mencapai gelar doktor. Pada tahun 1880 ia berusaha memasuki pulau Madura, tetapi tidak berhasil. Lalu ia menetap di Bondowoso, dan kemudian, di Sumberpakem; konon, kedua kota kecil di Jawa Timur itu penduduknya banyak yang keturunan suku Madura.

Berkat usaha Dr. Esser dan kawan-kawannya, seorang Madura bernama Ebing dibaptiskan pada tahun 1882. Berkali-kali Bapak Ebing mengelilingi pulau Madura, sambil menyampaikan cerita-cerita Alkitab yang telah diterjemahkan oleh Dr. Esser.

Pada tahun 1886, Dr. Esser sudah menyelesaikan terjemahan seluruh Kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Madura. Lalu ia mengambil cuti dinas ke Belanda, agar terjemahannya itu dapat diterbitkan. Tetapi proyek "Jembatan ke Madura" itu mengalami berbagai-bagai hambatan. Hambatan yang terbesar: Dr. Esser sendiri meninggal dunia pada umur yang masih muda, baru 37 tahun. Bahkan sebagian hasil karyanya berupa naskah terjemahan itu rupa-rupanya hilang.

Pada tahun 1889, yaitu tahun meninggalnya Dr. Esser, Tuhan telah menyediakan seorang penggantinya. Dia itu seorang pendeta muda bernama H.van der Spiegel, yang merasa terharu ketika mendengar tentang gugurnya Dr. Esser. Pada tahun 1889 itu juga ia berangkat ke Jawa Timur, untuk meneruskan pelayanan almarhum Dr. Esser di Bondowoso dan di Sumberpakem. Ia pun mengerahkan tiga orang Madura untuk menolong memperbaiki dan menyempurnakan naskah Kitab Perjanjian Baru peninggalan Esser itu.

Ketika naskah buram terjemahan itu sudah selesai, Pdt. Van der Spiegel sempat mengunjungi pulau Madura. Atas dasar perkenalannya dengan orang-orang Madura di sana, ia pun meredaksikan kembali hasil karyanya. Lalu pada tahun 1903 ia pulang ke Belanda, dengan tujuan menerbitkan seluruh Perjanjian Baru dalam bahasa Madura sama seperti Dr. Esser 17 tahun sebelumnya.

Tetapi selama Pdt. Van der Spiegel memperjuangkan proyek penerbitannya di Belanda, kembali tragedi menimpa di antara umat Kristen Madura. Gereja tempat pelayanan Bapak Ebing di Slateng itu dibakar. Seorang penginjil Madura lainnya bersama istrinya nyaris mati, pada saat rumah mereka di Sumberpakem dikepung dan dibakar.

Mungkin hambatan itu membawa pengaruhnya pula di Belanda, sehingga hasil karya Van der Spiegel yang jadi diterbitkan, hanyalah dua Kitab Injil saja, ditambah sebuah buku yang memuat 104 cerita Alkitab dalam bahasa Madura. Bahkan ketika Pdt. Van der Spiegel meninggal pada tahun 1919, masih belum keluar Kitab Perjanjian Baru bahasa Madura yang lengkap.

Salah seorang rekan sekerja Pendeta Van der Spiegel ialah Pendeta F. Shelfhorst, yang telah melayani di Bondowoso dan di Sumberpakem sejak tahun 1904. Seorang penginjil suku Madura memberitahu Pendeta Shelfhorst bahwa orang-orang Madura di kepulauan Kangean, di sebelah timur pulau Madura, rupa-rupanya lebih terbuka terhadap Kabar Injil daripada orang-orang Madura di pulau induknya.

Berita yang membesarkan hati itu tidak disia-siakan oleh Pendeta Shelfhorst. Dari tahun 1912, ia tinggal dengan keluarganya di Pandeman, Kangean. Pendeta Shelfhorst memberi banyak bantuan pengobatan kepada para penghuni setempat. Ibu Shelfhorst membuka kelas-kelas kepandaian putri. Sebagai jembatan Injil mereka juga menggunakan lagu-lagu, gambar-gambar, cerita-cerita Alkitab, dan kelompok diskusi. Namun hampir tidak ada seorang pun yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus.

Setelah berpuluh-puluh tahun tanpa hasil nyata, Pendeta Shelfhorst mulai mengkhususkan proyek penerjemahan Firman Tuhan. Pada tahun 1933 Kitab Mazmur bahasa Madura diterbitkan, berbentuk sebuah buku yang indah, sangat mirip dengan kitab-kitab suci yang sudah biasa beredar di kalangan suku Madura.

Pada tahun 1935 Pendeta Shelfhorst pensiun atas permohonannya sendiri. Tetapi ia tidak pulang ke Belanda! Malahan ia menetap di pegunungan Jawa Timur sambil menerjemahkan Firman Tuhan dengan giat serta mengutus keluar para penjual bahan cetakan Kristen. Hasil karyanya berupa Surat-Surat Perjanjian Baru dalam bahasa Madura itu ada banyak yang distensil dan dibawa para pembantunya ke mana-mana.

Ketika Pendeta Shelfhorst masih di tengah-tengah pelayanannya di daerah pegunungan itu, bala tentara Jepang mengepung Jawa Timur pada tahun 1942.
Tiga tahun kemudian, ia meninggal dalam sebuah kamp tahanan Jepang di Jawa Tengah, setelah selama 41 tahun berusaha untuk menginjili suku Madura. Dan terjemahannya berupa stensilan itu tidak pernah diterbitkan.

Salah seorang kawan senasib Pendeta Shelfhorst di kamp tahanan itu adalah A. J. Swanborn, seorang Belanda keturunan Swedia. Sudah berpuluh-puluh tahun ia pun berusaha menginjili suku Madura, namun kisah karirnya sangat berbeda dengan riwayat Pendeta Shelfhorst.

Sejak masa mudanya di Belanda, A.J. Swanborn merasakan panggilan Tuhan untuk pergi ke pulau Madura dan menyampaikan kisah kasih Tuhan Yesus. Namun rupanya untuk ke pulau Madura itu tidak ada jembatan yang dapat dilewatinya. Pada tahun 1899, memang ia ditunjuk menjadi utusan Injil, tetapi ia ditugasi ke pulau-pulau Sangir-Talaud, lalu ke Jakarta, kemudian ke Yogyakarta, dan akhirnya ke Kalimantan Selatan.

Namun A. J. Swanborn masih tetap merasakan panggilan Tuhan untuk menaati Amanat Agung-Nya di pulau Madura. Karena badan Zeding tidak setuju mengutus dia ke sana, ia mengundurkan diri sebagai utusan Injil. Kemudian ia menjadi seorang pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1914 ia dikirim ke kota Pamekasan sebagai kepala sekolah rakyat. Di sekolah itu ia memang tidak boleh mengabarkan Injil. Tetapi pada sore hari ia membuka sebuah sekolah swasta atas biayanya sendiri. Melalui usaha itulah ia mulai menginjili anak-anak Madura.

Bapak Swanborn juga berusaha menerjemahkan Firman Allah ke dalam bahasa Madura. Ia pun masih di tengah-tengah pelayanannya pada saat bala tentara Jepang menduduki kepulauan Indonesia. Sama seperti Pdt. F. Shelfhorst, ia juga ditahan, dan kebetulan kedua kakek yang sangat setia ini ditampung di Jawa Tengah, di kamp yang sama.

Di situ kedua-duanya dengan gigih memperjuangkan proyek penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Madura. Rupanya pendeta Shelfhorst mengukhususkan Surat-Surat Perjanjian Baru, sedangkan spesialisasi Bapak Swanborn adalah keempat Kitab Injil dan Kisah Para Rasul. Sama seperti Pendeta Shelfhorst, Bapak Swanborn juga meninggal dalam tahanan pada bulan Mei 1945, hanya beberapa minggu saja sebelum Perang Dunia Kedua mereda.

Naskah terjemahan Bapak Swanborn itu diwariskannya kepada putri-putrinya. Mereka mengirim naskah yang sangat berharga itu kepada perwakilan Lembaga Alkitab Belanda di kota Bandung. Namun . . . celaka lagi. Konon, masa itu masa perjuangan fisik kemerdekaan Indonesia. Dalam kerusuhan peperangan, naskah tadi rupa-rupanya tidak pernah sampai ke tangan orang-orang yang dapat mengusahakan penerbitannya . . .

Nah, bagaimana pendapat pembaca, setelah menelusuri kisah tragedi yang berulang-ulang? Bukankah seolah-olah ada kuasa kegelapan yang tidak memperkenankan Firman Tuhan beredar di antara orang-orang Madura dalam bahasa ibu mereka?

Syukurlah, ceritanya tidak berakhir sampai disitu saja!

Pada bulan September 1994, yaitu genap 130 tahun sejak Pdt. Samuel Harthoorn beserta istrinya mula-mula pindah ke Pamekasan, Lembaga Alkitab Indonesia berhasil menerbitkan Alkitab lengkap dalam bahasa Madura.

Kini "Jembatan ke Madura" itu sudah menjadi kenyataan. Maukah Saudara turut mendoakan, semoga kasih Allah yang dicurahkan-Nya melalui Yesus Kristus akan melewati jembatan itu sehingga masuk ke dalam hati dan jiwa banyak orang Madura?

Berbagi

MENIKMATI DAN BERBAGI (1 Timotius 6:18)

Seorang pengusaha yang menjual perusahaan konstruksi jalan miliknya mengejutkan para karyawannya dengan membagi rata sepertiga keuntungan perusahaan kepada mereka. Dari 550 karyawan yang ada, masing-masing mendapat bagian sebesar 128 juta dollar. Bahkan beberapa karyawan yang sudah berpengalaman mendapat tambahan satu juta dollar, semua bebas pajak.

"Saya ingin berbagi kebahagiaan, karena saya memang sangat bahagia," kata sang pemilik perusahaan. "Para karyawan telah bekerja begitu keras dan saya ingin bersikap adil."

Seorang sahabat saya berkata, "Terkadang Allah tidak mempercayakan uang kepada kita, karena kita cenderung menahannya sementara Allah meminta kita membagikannya." Saya merenungkan kalimat ini dan membandingkannya dengan cerita tentang pengusaha dermawan tadi, dan juga dengan ayat Kitab Suci yang ditujukan kepada "orang-orang kaya di dunia ini" (1 Timotius 6:17). Paulus berkata, "Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (ayat 18).

Acapkali kita mudah berkata, "Kalau saya punya jutaan dollar, dengan senang hati saya akan membagikan sebagian milik saya kepada banyak orang." Namun, benarkah demikian? Adakah kekayaan berupa waktu, talenta, ataupun harta benda yang kita timbun untuk diri sendiri? Adakah berkat Allah yang kita simpan sendiri tanpa pernah mau berbagi dengan yang lain?

Bagaimanapun cara Allah memberkati kita, Dia rindu agar kita menikmatinya dan membagikannya dengan murah hati kepada orang lain - DCM

TUHAN TIDAK HANYA MELIHAT BERAPA BANYAK YANG KITA BERIKAN NAMUN JUGA BERAPA BANYAK YANG KITA TAHAN

Sumber : http://www.glorianet.org/rh/072001/25.html

Komunikasi Dengan Allah

BERKOMUNIKASI DENGAN ALLAH LEWAT DOA
Dikirim oleh : Ardhian Hatmadji

"Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu" (Yohanes 16:24)

Apakah doa itu? Bagi orang Kristen, doa adalah ekspresi dari hubungan pribadi kita dengan Allah, suatu sarana komunikasi bagi kita untuk berbicara dengan-Nya. Namun, doa bukan hanya sekadar kata-kata yang asal ucap, tetapi keluar dari hati yang terdalam dan diungkapkan apa adanya kepada Allah. Dengan kata lain, doa juga dapat digambarkan sebagai "percakapan dari hati ke hati antara dua sahabat, antara Bapa dan anak-anak-Nya, yang saling mengasihi."

Berkomunikasi dengan Allah sangat perlu bagi kesehatan rohani kita. C.C. Brown berkata bahwa doa yang sungguh-sungguh diperlukan bagi jiwa, seperti air bagi kebun.
Tanpa itu, tidak akan ada pembuahan atau pertumbuhan.
Dalam hubungan yang dekat itulah kita memperoleh kekuatan yang diperbarui, kebijaksanaan yang sesungguhnya dan sukacita yang dalam.

"Jika Anda harus menolak iblis, dunia dan hawa nafsu kedagingan," ujar J.C. Ryle, "Anda harus lebih banyak berdoa, sebab doa merupakan perisai bagi jiwa. Anda harus menggunakannya terus menerus."

Dalam rangka berkomunikasi inilah Allah memberikan Alkitab, Firman yang tertulis. Dia juga datang mencari kita melalui pribadi Yesus Kristus, Firman yang hidup. Dan Dia memberi Roh Kudus untuk menolong kita berdoa.

Mengapa Kita Harus Berdoa?

1.Tuhan Yesus sendiri berdoa (Markus 1:35; Yohanes17). Demikian pula teladan para rasul dan jemaat mula-mula (Kisah Para Rasul 2:42).

2.Firman Tuhan mengatakan kita harus tetap berdoa (1Tesalonika 5:17; Filipi 4:6).

3.Di dalam doa kita belajar untuk mengerti kehendak dan pimpinan Tuhan dengan lebih jelas di dalam hidup kita (Kolose 1:9).

4.Doa merupakan salah satu perlengkapan rohani dalam menghadapi si jahat (Efesus 6:18). Doa juga memberikan kekuatan dan keberanian kepada kita dalam memberitakan Injil (Efesus 6;20) dan melakukan pelayanan kita kepada
Allah dan manusia.

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita dalam Matius 7:7-8 tentang jaminan jawaban doa, yakni:
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu
Carilah, maka kamu akan mendapat
Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu

Berdasarkan hal di atas, Tuhan Yesus sendiri yang menjamin akan menjawab setiap doa. Selain itu, janji-janji Allah lainnya tentang jaminan jawaban doa, antara lain:

Berserulah kepada Tuhan, maka Tuhan akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui (Yeremia 33:3).
Tuhan dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan dan pikirkan (Efesus 3:20).

Memang Tuhan pasti menjawab setiap doa-doa kita, tetapi tidak berarti Dia selalu mengabulkan setiap doa kita. Semua tergantung kehendak, rencana dan waktu-Nya yang terbaik bagi kita. Jawaban doa bisa berupa "ya," "tidak", atau "tunggu."
Ini membutuhkan iman dan kepekaan yang benar untuk mengerti jawaban Allah atas doa-doa kita. Bagaimana sikap doa yang benar di hadapan Allah?

1.Tetap tinggal di dalam Yesus Kristus dan Firman-Nya
(Yohanes 15:7). Itu berarti kita mempercayakan seluruh
hidup dan doa kita sepenuhnya kepada Tuhan yang mengatur hidup kita.

2.Kita berdoa kepada Allah dengan hati yang tulus dan
berani memohon sesuai dengan kehendak Allah (1
Yohanes 5:14). Berdoa sesuai kehendak Allah menuntut
kita menaikkan permohonan kita dengan iman yang
sungguh kepada Allah (1 Yohanes 5:15). Berdoa dengan iman berarti yakin pada saat yang tepat jawaban doa itu akan tiba, dan bukan hanya percaya Allah sanggup melakukannnya bagi kita tetapi Dia akan melakukannya bagi
kita.

3.Jangan berdoa kepada Allah hanya untuk mementingkan
hawa nafsu atau ambisi pribadi, sebab orang yang berdoa demikian "tidak menerima apa-apa" (Yakobus 4:3). Hindari juga hidup dalam dosa dan menjadi seperti
orang-orang yang tidak mengenal Allah (Yakobus 4:4).

4.Berdoalah dengan penuh kepercayaan, maka kita akan
menerimanya (Matius 21:22).

Ada EMPAT unsur dalam doa yang kita panjatkan kepada Allah, yakni:

1.Penyembahan: Mengakui, menyembah, dan memuji
Allah atas kekuasaan, kekudusan, kebesaran,
kemahatahuan-Nya, dan keberadaan Allah dalam hidup kita.

2.Pengakuan dosa: Mengakui dan menyesali dosa-dosa
kita secara pribadi dan terinci di hadapan Tuhan.

3.Pengucapan syukur: Merupakan respon pribadi kita
atas kebaikan dan pertolongan Allah dalam hidup kita
yang diwujudkan dalam kata-kata syukur kepada Allah.

4.Permohonan: Memohon dan membawa dalam doa
segala kebutuhan kita, keluarga kita, kebutuhan orang
lain (doa syafaat), pergumulan dan pelayanan kita, dan
segala sesuatu yang menjadi bagian hidup kita.

Selain itu, ada hal yang tak kalah pentingnya yang perlu kita
ketahui, yakni berdoa dalam nama Tuhan Yesus. Semua doa
kita didasarkan dan berpusatkan pada Tuhan Yesus Kristus
(Yohanes 16:24) karena Dialah yang melayakkan dan
memampukan kita untuk berdoa kepada Bapa di surga.

Seringkali pada awal perjalanan hidup kekristenan kita, terasa sulit menjadikan doa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Doa menjadi sesuatu yang membosankan, bahkan kadang-kadang kita tidak tahu apa yang harus kita doakan. Tetapi percayalah pada Firman Tuhan ini, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Roma 8:26)

Sumber : http://www.rbc.net/salvation/

Popular Posts