Friday, March 30, 2012

Buta

Bartimeus (Markus 10:46-52)
Oleh : Deny S Pamudji

Kata Yesus kepadanya,”Pergilah karena engkau percaya, engkau sembuh.” (Markus 10:52)

Ada 2 orang buta, yang salah satunya selalu mengemis di pinggir jalan dan namanya Bartimeus.  Keduanya memang buta jasmani, tetapi mereka tidak buta rohani.  Walau mereka buta, mereka tidak ketinggalan berita.  Mereka mendengar bahwa akan ada seseorang dari Nazaret yang bernama Yesus dan murid-murid-Nya yang akan meninggalkan Yerikho dan melewati jalan tersebut.

Dua orang buta ini pasti sudah mendengar juga bahwa Yesus mempunyai kuasa yang luar biasa dan sanggup menyembuhkan berbagai penyakit.  Karena itulah ketika tahu rombongan Yesus melewati jalan di mana mereka biasa di sana, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.  Karena mereka buta, maka yang mereka lakukan ialah berteriak agar dapat menarik perhatian Yesus.

Teriakan mereka pasti bukan teriakan biasa.  Mereka berteriak dengan sekuat-kuatnya.  Mereka benar-benar tidak mau Yesus berlalu begitu saja.  Tercatat dalam Markus 10:48 bahwa banyak orang memarahi mereka dan menyuruhnya diam.

Usaha mereka tidak sia-sia dalam mendapat perhatian Yesus.  Yesus berhenti dan meminta orang buta tersebut dipanggil.  Dan ketika mereka berhadapan dengan Yesus dan ditanya apa yang mereka inginkan, mereka menjawab mereka ingin melihat. Dan terjadilah apa yang mereka inginkan.  Mereka bisa melihat dan salah seorang dari mereka, yang bernama Bartimeus, malah menjadi pengikut Yesus dan ikut terus bersama-Nya.

Sebagian dari kita pasti sudah mendengar bahwa Tuhan Yesus mempunyai kuasa yang luar biasa dan Tuhan Yesus tidak berubah selama-lamanya.  Artinya nama Tuhan Yesus tetap mempunyai kuasa yang sama seperti dulu.

Namun sayangnya karena kesibukan dan keruwetan hidup, membuat kita tidak lagi mempercayai kuasa itu.  Kita mulai menganggap kuasa tersebut sudah tidak ada.  Sudah bukan zamannya lagi, pendapat salah satu denominasi kristen.

Yakinlah kuasa nama Yesus tetap ada dan akan terus ada.  Yang diperlukan untuk mewujudkan mukjizat adalah kepercayaan dan usaha.  Kepercayaan bahwa Yesus sanggup dan usaha berupa berdoa sungguh-sungguh dan tulus.  Yakin bahwa pada saatnya segalanya menjadi indah.  Tuhan Yesus memberkati selalu.

Thursday, March 29, 2012

Tanpa Ibu

Surat Tanpa Alamat

Dikirim oleh : Eko, Kediri

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah?

Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu yang baik untuk anak saya.

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anak saya masih tertidur.
Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan.
Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian saya bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras.

Suatu hari ketika saya pulang kerja saya merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari.
Hanya sekilas saya memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam.

Namun, ketika saya merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat!
Saya membuka selimut dan... disanalah sumber 'masalah'nya... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan diseprai dan selimut!

Oh...Tuhan! Saya begitu marah, saya mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan!
Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:
"Pa, tadi saya merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi Papa belum pulang, jadi saya ingin memasak mie instan.

Saya ingat, Papa pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka saya menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk Papa dan yang satu lagi untuk saya.
Karena saya takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi saya menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai Papa pulang. Tapi saya lupa untuk mengingatkan Papa karena saya sedang bermain dengan mainan saya ... Saya minta maaf ya Pa ... " sambil terisak-isak dia menjelaskannya& meminta maaf.

Seketika, air mata mulai mengalir dipipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka saya berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya.
Setelah beberapa lama, saya hampiri anak saya, memeluknya dengan erat, menciumnya dan meminta maaf karena sudah memukulinya sambil memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu saya membujuknya untuk tidur.

Kemudian saya membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, saya melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tetapi karena dia sedang melihat foto Mamanya yang dikasihinya.

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya.

Tanpa terasa, anakku sudah hampir berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh menjadi anak-anak dengan bahagia.

Namun... belum lama, saya sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal....
Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Saya pulang kerumah lebih awal dari kantor, saya berharap dia bisa menjelaskan.

Tapi ia tidak ada dirumah, saya pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Saya marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, "Saya minta maaf, ya Pa", tanpa memberi alasan.

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu.....

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri dikamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!

Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin, dan Tahun Baru telah tiba. Semangat Tahun Baru ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang. Suara terompet dan bunyi kembang api yg menyala di angkasa terdengar diseluruh pelosok jalan...

Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi...
Ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaan di hari -hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon.
Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat.

Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan.
Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, ya Pa". Tidak ada tambahan satu katapun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.

Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya?
Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk Mama.....".

Tiba-tiba mataku berkaca-kaca, tapi saya mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yang sama?"
Jawaban anakku itu : "Saya telah menulis surat buat Mama untuk waktu yang lama, tapi setiap kali saya mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga saya tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika saya kembali kekotak pos, saya bisa mencapai kotak itu dan saya mengirimkannya sekali gus".

Setelah mendengar penjelasannya ini, saya kehilangan kata-kata, saya bingung, tidak tahu apa yang harus saya lakukan, dan apa yang harus saya katakan ....
Saya bilang pada anakku, "Nak, Mama sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk Mama, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada Mama& jangn lupa bawa di dalam doa ya biar Tuhan menyampaikannya pada Mama. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak.

Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi saya jadi penasaran untuk membuka surat-surat tersebut sebelum berubah menjadi abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur

'Mama sayang', Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi Mama tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Saya tidak memberitahu Papa tentang hal ini karena saya takut Papa akan mulai menangis dan merindukanmu lagi. Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, saya duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Papa keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku Papa marah, dan saya hanya bisa diam, Papa memukul saya, tetapi saya tidak menceritakan alasan yang sebenarnya dan saya tidak membenci Papa meskipun saya dipukulnya, karena saya sangat menyayangi Papa dan saya tahu Papa juga sangat menyayagi saya.

Mama, setiap hari saya melihat Papa merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi Ma, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah Mama muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat Mama? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi Mama, mengapa engkau tak pernah muncul?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istri saya....

Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu, selalu berterima-kasihlah setiap hari padanya dan jangan karena hal2 sepele/ kecil membuat sakit hati pasanganmu.
Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.

Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya.
Begitu pula dengan para istri hal ini juga berlaku bagi anda karena anak-anak anda memerlukan kasih sayang kalian berdua.

Saudara/i & sahabatku yg dikasihi Tuhan, kiranya cerita ini bisa membawa arti & bermakna bagi kita semua baik bagi yang sudah berkeluarga dan yang akan berkeluarga, tetaplah kasih sayang & cinta menjadi dasar dari setiap hubungan yang ada.

Firman Tuhan Berkata:
EFESUS 6:1-4
Hai anak-anak taatilah orang tuamu didalm Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umur di bumi.
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.
AMSAL 19:18
Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.

KOLOSE 3:18-21
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalm Tuhan.
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Hai anak-anak, taaitilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

1 PETRUS 3:1,2 & 7
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkatan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka tu.
Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
AMIN!

Tuhan Yesus memberkati saudara/i & sahabatku semua beserta seluruh keluarga.... JBU+JLUallFam :)

 

 

Monday, March 26, 2012

Charles Spurgeon

Hidup Karena Berpaling
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Walaupun mengetahui bahwa ayah dan kakeknya adalah pendeta-pendeta Inggris yang terkenal, hal tersebut tidak banyak menolong Charles yang kala itu berusia lima belas tahun dan mempunyai banyak kesusahan itu.

"Saya kira dosa saya lebih besar daripada dosa orang lain," keluhnya. "Saya menangis memohon pengampunan kepada Allah, tetapi saya takut Ia tidak akan mengampuni saya." Pada waktu bersekolah di Colchester Charles muda berjanji, "Saya akan menghadiri setiap gereja di kota ini untuk mengetahui bagaimana menjadi seorang Kristen." Ia mendengar sebuah khotbah yang diambil dari Galatia 6:7, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan." Tetapi pengkhotbah itu tidak mengatakan bagaimana caranya ia dapat menghindari tipuan. Setelah enam bulan mengunjungi setiap gereja yang dapat ia temui, ia merasa hampir putus asa.

Kemudian tibalah tanggal 6 Januari 1850, hari yang dingin dan bersalju. Dengan patuh Charles pergi menghadiri gereja yang telah dipilihnya. Pada saat ia berjalan hatinya merasa lebih dingin daripada salju yang turun itu. Ketika ia tahu bahwa badai yang dahsyat akan menahannya untuk dapat mencapai tujuannya, ia membelok ke sebuah gereja kecil yang tak dikenal, yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Semula ia ragu-ragu memasuki Gereja Metodis sederhana di Artilery Street itu. Di kemudian hari ia berkata, "Saya telah mendengar bahwa orang-orang itu menyanyi dengan begitu keras sehingga membuat orang menjadi pusing."

Tetapi Charles Spurgeon menyelinap masuk dan duduk. Setelah beberapa menit dalam kesunyian yang menyiksa, seorang pria yang tinggi kurus berjalan dengan terseret-seret ke mimbar. "Rupanya pendeta kita terhalang oleh cuaca," jelasnya, "saya kira Saudara-saudara sekalian harus tahan mendengarkan saya."

"Sekarang saya akan membaca sebuah ayat seperti apa yang dilakukan oleh pengkhotbah-pengkhotbah lain," lanjut pria sederhana itu. "Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi!" (Yesaya 45:22). Sambil duduk di bangku gereja, Charles mengernyitkan dahinya dan berpikir, "Mengapa ia tidak dapat mengucapkan kata-katanya dengan sepatutnya?"

Di mimbar, pengkhotbah pengganti itu mulai menguraikan ayat itu dengan berputar-putar karena ia tak tahu apa yang harus dikatakannya lagi. "Ayat ini mengatakan, 'Berpalinglah'," ia berbicara dengan cara yang membosankan. "Nah, dengan berpaling itu Saudara tidak akan merasa sakit sedikit pun. Tidak perlu pula mengangkat kaki atau jari Saudara; hanya 'berpaling'!"

"Nah, beberapa di antara Saudara sekalian berpaling kepada diri sendiri, yang sebenarnya tidak ada manfaatnya. Saudara mungkin mengatakan, 'Tunggulah Roh Kudus bekerja.' Tetapi saya katakan, 'Berpalinglah kepada Kristus!'" Mata beberapa pendengar yang bosan itu mulai melihat ke sana ke mari, tetapi mata Charles Spurgeon tidak. Sambil menatap pengkhotbah yang kurang berpengetahuan itu, ia seolah-olah berkata, "Mengapa saya tidak memikirkan hal ini sebelumnya?" Pada saat pengkhotbah itu mengulur-ulur ayatnya, ia mulai berteriak, "Berpalinglah kepada-Ku, 'Aku berpeluhkan darah; Aku tergantung di salib.'" Kemudian pria yang tinggi itu melihat wajah Charles yang tegang.

"Anak Muda, kamu tampak sedih," teriaknya pada saat anak laki-laki itu menggeser satu inci ke bawah di tempat duduknya yang tidak enak itu. Kemudian ia mengangkat tangannya dan berteriak dengan gaya Metodis yang sederhana, "Anak Muda, berpalinglah kepada Yesus Kristus. Berpalinglah! Berpalinglah!"

Kemudian Charles memberikan kesaksian, "Aku segera melihat jalan keselamatan itu. Aku melihat sampai benar-benar berpaling kepada Kristus. Kegelapan hilang lenyap dan aku melihat matahari. Aku merasa dapat meloncat dari tempat dudukku dan berteriak sekeras-kerasnya bersama dengan saudara-saudara Metodis ini, 'Aku diampuni!'."

"Oh, betapa ingin aku melakukan sesuatu bagi Kristus," tulis Charles kepada ibunya setelah ia pulang ke rumah. Dalam seminggu ia telah berbuat sesuatu. Pertama-tama, ia membagikan traktat; kemudian ketika persediaan traktatnya habis, ia menulis di atas carik-carik kertas dan menyebarkannya di jalan dengan harapan agar seseorang dapat tertolong jiwanya.

Ia mulai mengajar sekolah minggu pada usia enam belas tahun, setahun kemudian ia dipanggil sebagai gembala jemaat di gereja kecil, Waterbeach Chapel. Kemudian ia pindah ke London, ke gereja yang lebih besar. Sebelum berumur 21 tahun, ia diberi julukan "Anak Ajaib dari Inggris". Pada usia 23 tahun, ia berkhotbah kepada tepatnya 23.645 orang dalam suatu kebaktian. Gerejanya membangun Metropolitan  Tabernacle yang mampu menampung 5.500 orang. Ia mendirikan sebuah perguruan tinggi bagi para pengkhotbah, sebuah panti asuhan, dan bahkan menerbitkan sebuah surat kabar Injil. Khotbah-khotbahnya diterbitkan oleh surat kabar Amerika. Dan sampai sekarang -- lebih dari seratus tahun kemudian -- masih banyak orang yang percaya bahwa Charles Haddon Spurgeon adalah pengkhotbah terbesar sejak Rasul Paulus.

Pada tahun 1864, Spurgeon kembali mengunjungi gereja di Artilery Street. Ia berkhotbah dari Yesaya 45:22, ayat yang menyebabkan dia bertobat. Sambil menunjuk ke sebuah tempat duduk di bawah balkon, ia berkata, "Saya pernah duduk di bangku itu." Identitas pengkhotbah pengganti yang tinggi kurus itu masih menjadi teka-teki. Pengkhotbah itu tidak pernah maju ke muka untuk menyatakan bahwa ia menyampaikan khotbah yang mendorong Spurgeon yang terkenal itu untuk berpaling kepada Kristus.

Sumber : "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus" karya  James C. Hefley, terbitan Yayasan Kalam Hidup.

Sombong

OBAJA DAN EDOM (Obaja 1:1-7)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau ... (Obaja 3)

Tahukah Anda siapa Obaja? Setidaknya ada sebelas orang lain bernama sama yang disebutkan di Alkitab, tetapi satu pun tidak ada hubungannya dengan penulis kitab terpendek Perjanjian Lama ini. Tak ada catatan tentang asal usulnya. Satu-satunya yang kita tahu, Tuhan  berkenan menyampaikan Firman-Nya melalui Obaja. Kontras dengan latar belakang si penulis, isi tulisannya berbicara tentang Edom, suatu bangsa yang besar dan terkenal, keturunan Esau. Ada banyak orang  pintar di Edom, juga para pahlawan yang kuat (ayat 8-9). Namun, Tuhan tidak terkesan dan justru menghakimi mereka. Mengapa?

Ayat 3 menyebutkan sebabnya. Angkuh. Ya, Edom merasa diri hebat dibanding Israel dan bangsa-bangsa lain. Seperti elang yang terbang tinggi, aman dari jangkauan manusia, ia merasa aman karena  kehebatannya (ayat 4). Keangkuhan mengaburkan akal sehatnya, membuatnya tak dapat melihat keterbatasan dan kebutuhannya akan Tuhan. Melihat Edom, Tuhan muak. "Aku akan menurunkan engkau, " firman-Nya. Bukan hanya diturunkan, tetapi dihinakan sangat dan dihancurkan sampai tak bersisa (ayat 2, 5-6).

Ketika kita merasa diri cukup baik, tidak seperti orang lain yang punya kekurangan ini dan itu, ketika hanya bisa melihat kesalahan sesama dan kebaikan diri sendiri, ketika kita merasa Tuhan tidak  perlu campur tangan karena kita bisa mengatasi sendiri, waspadalah! Seperti Edom, kita sedang diperdaya keangkuhan dan Tuhan tidak suka melihatnya. Ketika merasa karya kita tak berarti dan tak banyak  orang menghargai, meski bersungguh hati mengikut Tuhan, ingatlah Obaja yang tidak dikenal dan bagaimana Tuhan mengenal dan berkenan memakainya. --ELS

BERILAH AKU HATI YANG HANCUR DI HADAPAN-MU YA, TUHAN, DARIPADA HIDUP YANG DIPERDAYA KEANGKUHAN DAN KAU HANCURKAN.

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, March 21, 2012

Doa Dijawab

Berdoa dan Jadilah Bagian dari Jawaban Doa Itu.
Oleh : Suzette Hattingh

Suzette Hattingh saat itu butuh sepatu karena sepatunya sudah rusak, jadi dia meminta kepada Tuhan. Tapi Tuhan tak menjawab doanya. “Tuhan, mengapa Engkau tak menjawab doaku?” tanyanya. Tuhan lalu menjawab, “Suzette, kau tidak menjelaskan sepatu seperti apa yang kau mau.” Suzette langsung menjawab, “Oh, maaf Tuhan. Aku butuh sepatu kulit berwarna hitam.” Apa yang terjadi? Seminggu kemudian, seorang wanita datang kepadanya dengan bergegas memintanya ikut ke toko sepatu. Wanita itu gelisah karena malam sebelumnya dia tidak bisa tidur karena diminta membelikan sepatu buat Hattingh.

Kisah itu terjadi bertahun-tahun yang lalu saat Suzette Hattingh melakukan pelayanan di Afrika Selatan. Suatu hari, seorang wanita datang kepadanya dan berkata, “Suzette, Suzette, Tuhan panggil saya untuk melakukan penginjilan.” cerita wanita itu kepada Hattingh, seperti yang diungkapkan Hattingh sendiri.

Hattingh yang saat itu sering sekali melakukan perjalanan ke Afrika, selalu mencoba berhemat. Setiap uang receh yang dia punya, dia tabung. Bahkan odol pun akan dipencetnya sampai benar-benar habis. Dia kemudian berpikir, alangkah bagusnya kalau di sana ada microwave. Jadi, dia pun mulai menabung buat microwave tersebut. Di saat itulah, wanita itu datang kepadanya dan mengatakan bahwa dia dipanggil untuk melakukan penginjilan.

Hattingh mendukung wanita itu, tapi wanita itu katakan bahwa dia mau jadi penginjil, hanya saja dia tidak punya uang. “Oh, itu tidak masalah. Mari kita berdoa,” kata Hattingh kepada wanita itu. Sampai akhirnya, di dalam doa itu Hattingh seperti diberitahu untuk memberikan uang hasil tabungan microwave-nya kepada wanita itu. Di situ pergumulan terjadi di hati Hattingh. Tuhan, microwave, Tuhan, microwave…  Selama seminggu pergumulan terjadi. Hattingh kemudian berkata, “Tuhan, kalaupun saya berikan uang itu, tetap saja tidak cukup untuk membeli tiketnya.”

Lalu apa yang Tuhan katakan, “Suzette, kalau kamu mulai berdoa untuk sesuatu, berarti kamu bagian dari jawaban doanya. Walaupun kamu tidak dapat menjadi seluruh bagian dari jawabannya, namun setidaknya dapat menjadi sebagian dari jawaban.” Di situlah, Suzette mengambil uang hasil simpanannya dan dia berpikir melayanglah microwave-nya. Namun, empat bulan kemudian ada seorang ibu yang datang ke Johannesburg, Afrika dan memintanya untuk datang ke bandara. Di sana, Suzette diberikan amplop dengan uang lembaran kertas yang tebal. Ibu itu berkata, “Suzette, kamu tahu apa yang harus dilakukan dengan uang itu.” Dan benar, Hattingh mendapatkan microwave-nya.

Apa yang kita dapat dari kisah ini? Mungkin uang yang ada padamu hanya sedikit, di pikiran kita uang itu tidak dapat dipakai untuk apa-apa. Tapi ketika Tuhan panggil kita untuk taat, kita harus melakukannya. Berkat yang Tuhan berikan tidak akan kemana, bahkan diberikan-Nya berlimpah.

Sumber: Jawaban

Anak-anak

Pemilik Kerajaan Sorga (Matius 18:1-14, 19:13-15)
Oleh : Deny S Pamudji

Orang yang terbesar di Kerajaan Allah adalah orang yang merendahkan dirinya seperti anak kecil ini. (Matius 18:4)

Hidup dalam lingkungan rohani tidaklah menjamin seseorang menjadi bebas dari mementingkan diri.  Hal yang sama terjadi pada murid Yesus.  Mereka berdebat tentang siapa yang terbesar dari mereka. (Markus 9:34)

Walau mereka tidak mengakui apa yang mereka debatkan, Yesus mengetahui isi hati mereka. Maka Yesus memegang tangan seorang anak dan menjadikan dia sebagai contoh.  Perbandingan yang tidak setara secara duniawi, bagaimana murid-murid diperbandingkan dengan seorang anak kecil.  Tetapi memang begitulah Tuhan melihat kita.  Tuhan menilai hati kita.

Mengapa anak-anak yang dijadikan contoh?  Karena ada beberapa sifat anak-anak yang tidak dimiliki oleh kita yang dewasa atau kita yang telah tercemar dalam polusi dosa, yakni :

1. Anak-anak tulus
Mereka mengatakan apa adanya.  Mereka melakukan sesuatu tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan sesuatu/pujian/hadiah.  Mereka tidak bertopeng.  Mereka tidak berbohong.  Mereka tidak berpura-pura.

2. Anak-anak percaya penuh
Mereka percaya penuh pada Yesus dan mukjizat-Nya.  Mereka berdoa dengan yakin.

3. Anak-anak tidak pendendam atau pemarah
Terkadang anak-anak berkelahi karena hal tertentu, tetapi tidak lama kemudian mereka bisa bersama lagi seolah tidak terjadi sesuatu.  Anak-anak mudah memaafkan.

4. Anak-anak selalu ceria.
Pada dasarnya anak-anak selalu gembira.  Mereka tidak pernah menggerutu.  Mereka menerima apa adanya.

Oleh sebab beberapa sifat tersebut, Yesus mengatakan agar kita bisa menjaga anak-anak dari pencemaran dosa. (Matius 18:6)  Pendidikan anak janganlah dianggap remeh, bahkan Bapa di sorga tidak ingin satu anak pun hilang. (Matius 18:11)

Ada 2 hal yang penting tentang anak yakni :
Pertama, anak jangan dianggap remeh.  Kita harus memperhatikan mereka dan jangan mendukakan hati mereka.  Kita harus memberi pendidikan yang benar agar mereka tidak sesat kelak.

Kedua, kita perlu belajar dari anak dalam hal kepolosan dan ketulusan dalam perbuatan, perkataan, hati, dan iman.

Tuhan memberkati selalu.

Kejujuran

HOBI MENYALAHKAN (2 Samuel 12:1-14)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." Dan Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." (Samuel 12:13)

Seorang pecandu narkoba ditanya mengapa ia bisa kecanduan. Ia pun bercerita panjang lebar tentang orangtua yang sering memarahinya, saudaranya yang tidak mengasihinya, pacar yang memutuskan hubungan cinta dengannya, juga guru dan teman-teman yang sering  merendahkannya. Sang pecandu menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri.

Awalnya raja Daud juga menyalahkan orang kaya yang dilaporkan nabi Natan (ayat 5). Tak disangkanya, si orang kaya itu adalah cerminan dirinya. Ia sendii yang sudah merampas milik orang lain. Saya membayangkan Daud tercengang-cengang karena dosa yang dilakukannya  secara sembunyi-sembunyi dibeberkan panjang lebar oleh nabi Natan (ayat 7-12). Sebagai raja, Daud bisa saja berdalih dan mencari alasan-alasan pembenaran, bahkan memecat Natan karena berani  menegurnya. Namun ia sadar, ini adalah teguran dari Tuhan yang Mahatahu. Ia berdosa, bukan hanya pada sesama, tapi juga di hadapan Tuhan! Kesadaran ini membuat ia tak menuding orang lain atau  situasi. Meski ia seorang raja besar, dengan jujur dan penuh sesal ia mengaku di hadapan Natan, "Aku sudah berdosa ...."

Sebagai keturunan Adam, kita semua cenderung memiliki hobi  menyalahkan orang lain. Kita ingin dianggap benar dan terhindar dari hukuman. Kita ingin tetap dianggap baik dan dihormati orang. Kita  ingin terhindar dari rasa malu dan tuntutan Tuhan Yang Mahatahu. Patutlah kita belajar untuk mengakui dosa sebagaimana yang Daud lakukan. Pengakuan dan penyesalan yang sungguh-sungguh merupakan bagian dari pertobatan dan perubahan hidup. Tuhan yang setia dan  adil menghargai pengakuan yang jujur di hadapan-Nya (lihat 1 Yohanes 1:9). --HEM

TUHAN MENGHARGAI PENYESALAN DARI HATI YANG HANCUR.  DIA MENGAMPUNI DOSA-DOSA YANG DIAKUI DENGAN JUJUR.

Sumber : Renungan Harian

Monday, March 19, 2012

Faedah Hukuman

KASIH DAN HUKUMAN (Hosea 5:8-6:6)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiuan

Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita (Hosea 6:1)

Pernahkah Anda mendengar ungkapan: "Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi"? Kasih kerap kali diidentikkan dengan tindakan memberi. Pemahaman ini tidak keliru, hanya tidak lengkap, karena kasih bisa juga diwujudkan  dalam bentuk hukuman. Tujuannya, supaya orang yang dikasihi menyadari kesalahannya.

Demikan halnya seruan Hosea kepada umat Israel yang pada saat itu  hidup dalam penyembahan berhala dan kefasikan. Digambarkan di sini, Efraim terserang penyakit dan Yehuda terserang bisul. Bukannya berlari kepada Tuhan, mereka malah ke Asyur, minta penyembuhan  kepada Raja 'Agung' (ayat 13). Akibat ketidaksetiaannya, mereka menerima hukuman yang tak ringan: Tuhan "menerkam" dan "memukul" mereka (ayat 1). Tuhan menghendaki umat pilihan hidup setia dan  percaya kepada Pribadi dan kuasa-Nya, bukan kepada berhala atau ilah lain. Tuhan menghukum supaya hidup umat pilihan kembali seturut perintah-Nya. Dalam hukuman terselip kasih Allah kepada Israel.  Dan, siapa pun yang berbalik; mengaku salah dan mencari wajah-Nya (ayat 15) akan Dia pulihkan-Dia "sembuhkan" dan "balut" (ayat 1) serta Dia "hidupkan" (ayat 2).

Kita meyakini bahwa Allah mengasihi kita. Namun, saat kita membelakangi Allah, kasih-Nya kerap kali dinyatakan melalui penghukuman. Hukuman menjadi sarana Allah mendisiplin kita.  Bagaimanakah respons kita saat menerima disiplin dari Allah? Bersyukurlah untuk kasih-Nya. Jangan mengeraskan hati. Kini saatnya berbalik, mengaku bersalah, dan kembali mencari wajah-Nya. --YBP

SAAT KITA MEMILIH UNTUK MENEMPUH JALAN YANG SALAH, HUKUMAN DAPAT MENGENBALIKAN KITA MELANGKAH DI JALAN ALLAH.

Thursday, March 15, 2012

Mengerti Kehendak-Nya

INIKAH KEHENDAK TUHAN? (Kejadian 24:1-9)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Tuhan Allah, ... Dialah juga yang akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku (Kejadian 24:7)

Betapa menyenangkan jika kita bisa memastikan apa kehendak Tuhan setiap hari. Apa yang harus dilakukan dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan anak, dan sebagainya. Seperti Abraham yang begitu yakin dalam langkah-langkahnya mencarikan isteri bagi Ishak, anaknya.  Begitu yakinnya hingga ia berkata Tuhan akan mengutus malaikat-Nya untuk mewujudkan hal itu (ayat 7).

Bagaimana Abraham memastikan bahwa Tuhan menghendaki Ishak menikah, bahwa isterinya tidak boleh berasal dari Kanaan (ayat 3), dan bahwa Ishak tak boleh kembali ke negeri asalnya (ayat 6)? Bukankah Tuhan tak pernah memerintahkannya secara detail? Kita melihat bahwa keyakinan Abraham berasal dari imannya kepada Firman yang sudah Tuhan berikan. Tuhan berjanji ia akan menjadi bangsa yang besar melalui keturunan Ishak (lihat Kejadian 17:15-19; 22:16-18). Karena itu, Abraham tak ragu Ishak harus menikah. Tuhan juga berfirman akan menghukum orang-orang Kanaan karena kejahatan mereka (lihat Kejadian 15:16, orang Amori mewakili para penyembah berhala di Kanaan). Jelas  bagi Abraham, Ishak tak boleh beristerikan orang Kanaan. Tuhan juga telah memanggil Abraham keluar dari negerinya untuk memiliki tanah Kanaan (lihat Kejadian 13:14-15; 15:18-21). Abraham percaya janji  Tuhan sehingga ia tak memperbolehkan Ishak kembali ke negeri  asalnya.

Kerap kita ingin mengetahui kehendak Tuhan, tapi begitu sedikit  memperhatikan, merenungkan, dan memercayai Firman yang sudah diberikan-Nya pada kita. Hanya ketika kita bertekun dan menaati apa  yang sudah difirmankan Tuhan, kita dapat memiliki iman seperti Abraham, "Saya tak tahu segalanya, tapi saya tahu ini selaras dengan Firman Tuhan, jadi saya akan bertindak ...." --ELS

KEHENDAK TUHAN DAPAT MAKIN DIPAHAMI DAN DIIMANI HANYA JIKA FIRMAN-NYA MENGISI PIKIRAN KITA SETIAP HARI.

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, March 14, 2012

Mukjizat Penggandaan

5r + 2i = 5000l + 12br + xpa (Matius 14:13-21)
Oleh : Deny S Pamudji

Kata Yesus kepada mereka (murid-murid-Nya),”Mereka (orang-orang yang mengikuti Yesus) tidak perlu pergi.  Kamulah yang memberi makanan kepada mereka.” (Matius 14:16)

Rumus pada judul tulisan ini adalah rumus yang paling sukar karena hanya bisa diselesaikan oleh satu orang saja, yakni Yesus.  Karena rumus bagi kita harus mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya sehingga dapat diberikan solusinya.

Rumus di atas adalah formula dari 5 roti + 2 ikan sanggup memberi makan 5000 orang laki2 bahkan sisa 12 bakul roti. Hitungan belum termasuk perempuan dan anak-anak yang ikut serta.

Mukjizat penggandaan materi merupakan satu-satunya mukjizat yang dilakukan Yesus yang ditulis dalam 4 kitab pertama Perjanjian Baru yakni Matius, Markus, Lukas, Yohanes.  Kalaulah peristiwa itu terjadi pada saat kini, maka bisa jadi merupakan peristiwa yang paling menghebohkan dan pasti masuk CNN, Al Jazeera, dan media internasional lainnya.  Semua wartawan pasti akan mengantri mewawancarai Yesus, atau setidaknya mencari pendekatan pada murid-murid Yesus agar diketahui rahasia menggandakan materi.

Apa yang mendasari terjadinya mukjizat ini? Belas kasihan Yesus pada orang-orang yang selama ini mengikutinya dan terus ingin bersama-Nya.  Tiga hari orang-orang ini dekat dengan Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya.  Terik matahari tidak digubrisnya.  Mereka benar-benar larut bersama Yesus sehingga tidak lagi merasakan pentingnya hal-hal lain.  Terbukti dari sekian banyak orang (5000 laki2) ternyata hanya ada tersedia 5 roti dan 2 ikan.  Itu pun tidak dimiliki oleh orang dewasa melainkan oleh seorang anak kecil.  Pasti itu sisa makanan yang ada padanya.  Ibunya rupanya telah menyediakan makanan yang cukup untuk si kecil agar tidak kelaparan selama mengikuti Yesus.

Kedua yang bisa membuat mukjizat ini terjadi ialah kesediaan dari seorang anak kecil untuk memberi.  Memberi semua yang dimiliki tanpa kuatir apa yang akan terjadi setelah itu.  Andai anak kecil ini tidak memberi, maka mukjizat penggandaan mungkin tidak terjadi.

Ketiga yang membantu mukjizat terjadi ialah perhatian murid-murid Yesus pada anak kecil.  Biasanya anak kecil dianggap tidak ada atau kurang diperhitungkan. Coba tanyakan pada orang-orang sekitar kita atau tidak usah jauh-jauh deh, tanyakan pada diri kita sendiri.  Kapankah atau dalam hal apakah kita bertanya pada anak-anak kita jika kita ingin melakukan sesuatu?  Mungkin 90% dari kita tidak pernah bertanya atau minta masukan dari anak-anak kita.

Keempat, yang membantu mukjizat ini terjadi ialah ketaatan dari orang-orang dalam mengerjakan apa yang dikatakan Yesus.  Mereka mau dikelompokan dalam kelompok 50.  Mereka tertib dan tidak melakukan sesuatu yang bertentangan.  Percayalah tidak mudah mengatur orang lebih dari 5000 orang.  200 demonstran saja sudah bisa membuat keonaran, apalagi 5000 orang yang tidak tertib, pastilah membuat banyak korban berjatuhan.

Jadi jika kita ingin mukjizat penggandaan terjadi dalam hidup kita maka kerjakanlah 4 langkah penting yakni :
1. Dekat dengan Yesus dan utamakan Dia dalam hidupmu.
2. Memberi dengan setulusnya atau melakukan sesuatu dengan tanpa pamrih.
3. Jangan remehkan orang lain.  Tuhan sering bicara melalui orang-orang yang kita anggap tidak penting atau tidak tahu apa2.
4. Turut perkataan Tuhan.  Jangan berontak, jangan menggerutu. 

Tuhan Yesus memberkati.

Tuesday, March 13, 2012

Yesus Untuk Semua

Yesus Menolong Perempuan Bukan Yahudi (Matius 15:21-28, Markus 7:24-30)
Oleh : Deny S Pamudji

Kemudian Yesus menjawab,“Ibu, imanmu besar.  Aku melakukan yang engkau kehendaki.” (Matius 15:28)

Diceritakan Yesus pergi ke daerah Tirus dan Sidon secara diam-diam.  Tanpa publisitas ataupun promosi apa pun.  Tetapi, tetap saja kedatangan-Nya diketahui oleh seorang Ibu yang ternyata bukan asli daerah tersebut.  Malah Ibu itu adalah orang Yunani yang lahir di Fenisia daerah Siria (Markus 7:26).

Kelihatannya Ibu ini tahu tentang Yesus dan kemampuan-Nya dalam menyembuhkan.  Dan Ibu ini pasti berharap suatu waktu Yesus melewati daerahnya agar dia bisa meminta kesembuhan untuk anaknya yang dirasuk roh jahat.

Tidak dijelaskan memang berapa lama anaknya sudah dirasuk setan.  Namun dari keteguhannya dalam bertanya jawab dengan Yesus dapatlah kita menyimpulkan bahwa anaknya pasti sudah cukup lama dirasuk roh jahat.

Ada yang menarik untuk diperhatikan dari bacaan di atas ialah kurangnya pemahaman murid-murid Yesus bahwa guru-Nya datang bukan hanya untuk orang Yahudi saja.  Terlihat ketidaksabaran murid-murid Yesus dalam menanggapi sikap permohonan dari Ibu ini.

Jelas tertulis bahwa Ibu ini terus mengikuti Yesus dan murid-murid-Nya sambil memohon dengan suara keras (atau berteriak) agar menarik perhatian Yesus hingga akhirnya Yesus pun memperhatikannya dan Ibu itu segera berlutut dihadapan-Nya.

Maka terjadilah tanya jawab yang memang sengaja dilakukan Yesus untuk menguji sampai di mana iman Ibu ini.  Ternyata Ibu ini benar mempunyai iman yang benar.  Ibu ini mengetahui 2 hal yang penting yakni dia mengetahui bahwa Yesus mau melakukan / menolong dia walau dia bukan seorang Yahudi.  Ibu ini tahu bahwa Yesus datang bukan untuk orang Yahudi saja.  Yesus datang untuk semua orang.  Yang kedua, Ibu ini tahu bahwa kuasa Yesus luar biasa.  Tidak ada yang mustahil bagi-Nya.  Maka Ibu ini tidak takut untuk mempermalukan dirinya (dengan berteriak-teriak), tetap teguh (walau harus melewati waktu tertentu), tetap yakin (bahwa Yesus sanggup menyembuhkan).

Dan singkat cerita, Yesus memuji iman Ibu tersebut dan seketika itu juga anak perempuannya terbebas dari siksaan roh-roh jahat.  Di sini terbukti lagi betapa kuasa Yesus sehingga cukup dengan kata-kata-Nya saja roh-roh jahat keluar dari tubuh seseorang.

Pertanyaan bagi kita ialah apakah engkau yakin bahwa Yesus untuk semua?  Jika engkau yakin, sudahkah engkau melakukan sesuatu?  Sudahkah engkau memberitakan tentang Yesus pada teman-temanmu?  Jangan takut atau malu jika imanmu seteguh Ibu dalam bacaan ini. Jika engkau mau terjadi mukjizat, maka engkau harus melakukannya.  Tuhan Yesus memberkati.

Sunday, March 11, 2012

Needs An Earthquake

Hit Over the Head
Author: Steve Goodier

In her wise and sensitive audio Lessons in Living (BDD Audio, 1997), Susan Taylor tells of lessons learned from experiencing a California earthquake. She was in bed in the early hours of the morning when an earthquake struck. As her house shook, she tumbled from her bed. She managed to stand underneath an arched doorway in her hall and watched in horror as her whole home literally tumbled down around her. Where her bed had once stood, she later discovered nothing but a pile of rubble. She lost everything -- every button, every dish, her automobile, every stitch of clothing.

Susan huddled, scared and crying, in the darkness of her house. It was very early in the morning and the sun had not yet risen. She began to call out for help. Crying and calling.
As exhaustion set in, she thought that maybe she should be listening for rescuers rather than calling out. She grew still and listened. In the silence around her, the only sound she heard was the beating of her own heart. It occurred to her then that at least she was still alive! She was unhurt except for cuts and bruises. She may have lost everything else, but not her life! As she thought about her situation, she was flooded with a feeling of indescribable peace and happiness, the likes of which she had never known. That experience, by the way, was to permanently change her.

In the deepest part of her being, Susan knew she had nothing to fear whether or not she was ever rescued. For the first time, she realized that her true security lay deep within and did not depend upon anything material -- even her physical safety!

Later, she heard sirens and voices of people calling out to her. They had found her. And this is what she says: "Before the quake I had all the trappings of success, but my life was out of balance. I wasn't happy because I was clinging to things in my life and always wanting more. My home, my job, my clothes, a relationship -- I thought they were my security. It took an earthquake and losing everything I owned for me to discover that my security had been with me all along."

She adds, "There's a power within us that we can depend upon no matter what is happening around us. Now, each day of my life I take time to sit in silence and allow God to be God in me."

It's as if life sometimes has to hit us over the head to get our attention! But when we realize where to find true security, then we know also where to find peace.
From Joy Along The Way by Steve Goodier

“What time I am afraid, I will trust in thee. In God I will praise his word, in God I have put my trust; I will not fear what flesh can do unto me.” Psalm 56:3-4

Source : Sherry's Inspirational

Saturday, March 10, 2012

Ketepatan

Kata Tepat Dalam Waktu Yang Tepat
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Yeremia 1:9 “Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.”

Pada tahun 1975 seorang petani Indiana, Amerika Serikat (AS) bernama Frosty Hofmann didiagnosis dokter mengalami sakit ginjal yang parah. Usianya ketika itu baru 35 tahun, tetapi karena penyakitnya begitu parah ia pun harus merelakan diri menjalani perawatan dialysis. Dengan dibantu istrinya, Jane, ia melakukan perawatan dialysis di rumah mereka selama 2 ½ tahun.

Pada tahun 1978, saudara laki-laki dari Frosty memberinya karunia hidup, yakni sumbangan sebuah ginjal. Ia pun akhirnya bisa tinggal di dunia ini selama kurang lebih 25 tahun dan menjadi pasien transplantasi ginjal yang hidup terpanjang di AS. Ia wafat pada tahun 2002.

Selama 15 tahun terakhir, Frosty menjalani profesi baru yakni sebagai artis panggung. Bersama sang istri, mereka berdua berkeliling negeri menghibur lebih dari 1400 penonton. Dan dalam cerita yang mereka mainkan selalu berisi pesan-pesan mengenai patriotisme.

Jane dan Frosty memiliki aturan tidak tertulis selama di panggung, yakni mereka tidak boleh mengatakan masalah kesehatan yang mereka alami kepada para penonton. "Kami tidak ingin memanfaatkan atau membuat orang merasa kasihan pada kami," kata Jane. "Tapi hanya satu kali saya melanggar aturan, yakni saat membuat komentar tentang transplantasi ginjal yang dilakukan Frosty. Itu benar-benar bukan sesuatu yang saya rencanakan sebelumnya."

Pada akhir aksi panggung mereka, seorang wanita tua berjalan ke bagian depan panggung. Ia berkata, "cucu saya mengalami masalah ginjal dan mungkin harus memiliki transplantasi ginjal. Saya harus tahu semua detail tentang pengalaman Anda."

Jane mengungkapkan bahwa wanita tua tersebut terlihat sangat ingin mendengar apa yang suaminya Frosty alami. Tanpa berpikir dua kali, ia pun menceritakannya.

"Ini sangat jelas," tambahnya, "bahwa Tuhan membimbing saya untuk mengucapkan kata-kata tepat kepada wanita tua itu sehingga kami bisa menjadi sumber informasi, kenyamanan, dan semangat kepadanya."

Bukankah menakjubkan bagaimana Tuhan menggunakan seseorang berbicara persis seperti yang Dia ingin katakan kepada orang lain dalam waktu yang tepat juga? Alkitab mengkonfirmasi hal ini lewat perkataan Allah kepada Nabi Yeremia: “Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu” (29:7). 

Ketika Anda hendak menjalani hari ini, berdoalah sebelumnya kepada Allah. Mintalah kepada-Nya untuk meletakkan kata-kataNya ke dalam mulut Anda. Anda mungkin tidak akan pernah tahu kapan Dia akan memakai kata-kataNya tersebut, tetapi yakinlah Dia memiliki waktu yang tepat untuk menggunakannya dalam kehidupan Anda.

Kata-kata membangun bisa berubah menjadi negatif di telinga seseorang bila Anda mengucapkannya pada waktu yang tidak pas

Sumber: Artikel Devotional: ‘God Can Give You the Right Words’ oleh Diane Persons

Makin Kenal

PENGENALAN YANG MENGHANGATKAN (Yohanes 4:1-24)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa mencari orang-orang yang menyembah Dia secara demikian (Yohanes 4:23)

Seorang perempuan Samaria yang kemungkinan besar adalah pelacur terlibat percakapan dengan Tuhan Yesus. Uniknya ia menunjukkan ketertarikan akan perkara-perkara rohani dengan menanyakan tentang  tempat penyembahan yang benar (ayat 20). Entah hanya karena iseng atau hal tersebut sudah lama ada di benaknya, percakapan tersebut membawanya kepada pengetahuan yang benar akan Allah.

Yesus tidak menyebutkan tempat tertentu. Dia lebih tertarik mengajar  tentang penyembahan yang benar, yaitu penyembahan dalam roh dan kebenaran (ayat 23-24 ). Yesus lalu menjelaskan maksud-Nya. Kita menyembah dalam roh, karena Allah adalah Roh. Roh kita diciptakan  untuk bergaul dengan Penciptanya, sehingga hubungan kita dengan Tuhan itu lebih penting daripada sekadar ritual atau liturgi; lebih penting daripada soal tempat, waktu atau hal-hal fisik. Kita juga  harus menyembah dalam kebenaran. Kita harus belajar dari Firman Tuhan tentang siapa dan seperti apa Allah yang kita sembah, bukan membuat gambaran Allah seturut apa yang kita inginkan sendiri.

Seringkali kita lebih suka berada di salah satu kubu. Entah di kubu yang menekankan kehangatan hubungan dengan Tuhan, tetapi mendefinisikan Tuhan menurut pengertian sendiri, atau di kubu yang  menekankan pentingnya pengenalan akan Allah tanpa pernah membangun kehangatan hubungan dengan-Nya. Biarlah kekariban bersama Allah mendorong kita untuk semakin mengenal Dia. Dan, biarlah pemahaman  kita yang makin dalam akan Allah menghangatkan terus persahabatan kita dengan-Nya. --PBS

MAKIN KENAL, MAKIN KITA BERGAIRAH MENYEMBAH TUHAN; MAKIN MENYEMBAH, MAKIN BERHASRAT KITA MENGENAL-NYA.

Sumber : Renungan Harian

Depend on Him

The Enemy Of Trust (Judges 7:2-8)

The Lord said to Gideon, “The people who are with you are too many.” —Judges 7:2

Military commanders always want to have enough troops to accomplish their mission. Most would prefer having too many not too few, but not everyone agrees on just how many troops will be enough.

When Gideon recruited an army of 32,000 men to stand against those who oppressed the Israelites, the Lord told him, “The people who are with you are too many for Me to give the Midianites into their hands, lest Israel claim glory for itself against Me, saying, ‘My own hand has saved me’” (Judg. 7:2).

So the Lord began to reduce Gideon’s army. When the fearful were allowed to leave, 22,000 men went home (v.3). A second reduction cut the force from the remaining 10,000 to 300 troops, of whom the Lord said, “By the three hundred . . . I will save you, and deliver the Midianites into your hand” (v.7). And so it happened (vv.19-23).

In our life of faith, our resources can become the enemy of trust. God wants us to depend on Him, not our own strength, whether physical, financial, or intellectual.

When the Lord reduces our resources from “32,000 to 300,” it is not punishment. It is preparation for Him to be glorified through our lives as we acknowledge and trust His power. —David McCasland

Trust in God and you will know
He can vanquish any foe;
Simply trust Him day by day—
He will be your strength and stay. —D. De Haan

When God gives us an impossible task— it becomes possible.

Source : Our Daily Bread

Wednesday, March 07, 2012

Teladan Daud

BERTANYA KEPADA TUHAN (1 Tawarikh 14:8-17)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Allah telah menerobos musuhku dengan perantaraanku seperti air menerobos (1 Tawarikh 14:11)

Setiap orang selalu menginginkan keberhasilan dalam hidupnya, Dan, kunci untuk menggapai keberhasilan, misalnya dengan belajar tekun serta bekerja keras. Itu sajakah? Mari melihat pengalaman Daud dan mengamati apa yang menjadi kunci keberhasilannya.

Kabar penobatan Daud menjadi raja telah sampai di telinga orang Filistin dan mereka berencana menangkap Daud. Peperangan bukanlah hal baru bagi Daud; kemenangan-kemenangan telah banyak ia raih. Wajar jika ia, dengan percaya diri dan dengan mengandalkan strategi perang yang ia pelajari, maju bersama pasukannya. Namun, tidak demikian ceritanya. Dalam dua kesempatan berbeda, Daud selalu bertanya kepada Allah sebelum berperang (ayat 10, 14) dan kemudian menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya (ayat 11, 15). Usai kemenangan gemilang yang pertama, mengalir pengakuan dari mulut Daud: "Allah telah menerobos musuhku dengan perantaraanku seperti air menerobos" (ayat 11). Ia mengaku bahwa ia hanyalah perantara. Allahlah yang menerobos di antara kekuatan lawan; masuk seperti air. "Bertanya kepada Tuhan" bukanlah formula keberhasilan. Dengan bertanya, sesungguhnya Daud tengah menundukkan diri pada kuasa-Nya, mengikuti cara Tuhan, dan mengandalkan-Nya.

Dalam menjalani hidup, kita kerap dihadapkan pada pilihan, keputusan, dan tantangan yang tak gampang. Apakah kita berdoa dan bertanya kepada Tuhan saat menghadapi semua itu? Lebih jauh lagi, apakah dengan bertanya kepada-Nya, kita juga tengah mengalasi hati dengan penundukan diri dan kesiapan diri menjalani perintah-Nya menurut cara Tuhan? Kiranya kita diberi kepekaan mendengar serta ketaatan untuk menjalankan perintah itu. --LCM

BERTANYA DAN MENCARI KEHENDAK TUHAN BERARTI MEMPERSILAKAN DIA MEMIMPIN DI DEPAN.

Sumber : Renungan Harian

Titik Buta

BLIND SPOT (Lukas 15:11-32)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala milikku adalah milikmu (Lukas 15:31)

Kaca spion menolong kita melihat kendaraan lain di belakang tanpa perlu menoleh. Namun, ada area dalam jarak tertentu yang tak bisa dilihat lewat kaca spion-disebut "titik-buta" (blindspot).  Satu-satunya cara untuk melihatnya hanyalah dengan menoleh. Sesuatu di area "titik-buta" harus selalu kita tengok dengan sadar, bersengaja, dan waspada. Baru kita bisa melihatnya ada.

Jarak yang dekat seyogianya membuat sesuatu lebih mudah dilihat.  Namun, nyatanya tak selalu demikian. Sesuatu yang dekat kadang kala justru menjadi "titik buta" yang kerap luput dari pengamatan. Hal itu pula yang dialami oleh si anak sulung dalam perumpamaan  Tuhan Yesus. Kedekatan si sulung dengan sang ayah tak lantas membuatnya sanggup "melihat" kasih dan kebaikan hati sang bapa (ayat 29-30). Ia adalah anak yang juga memiliki apa yang dimiliki sang  bapa (ayat 31), tetapi ia punya "titik buta" akan kebaikan bapanya. Ia pun terkejut saat kebaikan itu dilimpahkan kepada si adik yang pulang dari ketersesatannya (ayat 30). Padahal kebaikan yang sama  telah tersedia baginya tiap hari-begitu dekat.

Apakah tanpa sadar kita menjadi seperti si sulung mengalami anugerah  dan berkat dalam keseharian: udara sejuk, panca indera yang berfungsi normal, orangtua, saudara, anak, tempat tinggal, tenaga  dan kendaraan untuk bekerja, kesempatan bersekolah, rasa kantuk dan tempat tidur, tetapi lupa melihat dan mensyukuri Sang Pemberi. Mungkin saja Dia yang begitu dekat tak lagi kita rasakan kehadiran-Nya. Lalu penyertaan-Nya kita anggap bukan lagi hal yang  istimewa. Sadari dan nikmatilah waktu-waktu Anda di dekat-Nya dan  bersyukurlah. --PAD

TUHAN HADIR BEGITU DEKAT; LIHAT DAN NIKMATILAH KESEMPATAN BERSAMA-NYA TANPA TERLEWAT

Sumber : Renungan Harian

Hati & Pikiran

Najis (Matius 15:1-20, Markus 7:1-23)
Oleh : Deny S Pamudji

Yang membuat seseorang najis, bukanlah yang masuk ke dalam mulut, tetapi yang keluar dari mulut orang itulah yang membuatnya najis (Matius 15:11)

Diceritakan dalam bacaan di atas bahwa orang-orang Farisi dan guru Taurat menanyakan pada Yesus mengapa murid-murid-Nya tidak melakukan seperti yang dilakukan nenek moyang mereka atau dengan kata lain mengapa murid-murid Yesus tidak melakukan ajaran yang telah dijalankan turun-menurun atau tradisi.

Yesus adalah seorang guru yang pragmatis dan efisien.  Artinya Yesus tahu mana yang lebih penting dan lebih utama dibandingkan dengan menjalankan tradisi.  Di saat orang-orang mengharamkan kerja di hari Sabat, Yesus malah menyembuhkan orang sakit.  Pemberontakankah itu?!  Ya, bagi pandangan yang lain, tetapi, Yesus ingin membuka mata hati mereka bahwa jauh lebih penting melakukan hal yang baik/berguna dibanding dengan hanya mengikuti tradisi atau aturan-aturan tertentu.

Kembali ke bacaan di atas, Yesus dihadapkan dengan perkara kenajisan.  Makan sesuatu dengan tidak mencuci tangan terlebih dulu ternyata masuk dalam kategori kenajisan.  Yesus tidak menjawab langsung perihal tersebut, namun Dia menegur orang-orang Farisi dan guru Taurat yang dengan sengaja memanipulasi/menyelewengkan tradisi/aturan nenek moyang untuk kepentingan mereka.

Setelah mengingatkan mereka akan penyelewengan yang mereka lakukan, Yesus kemudian menyatakan bahwa kenajisan seseorang bukan karena apa yang dia makan, melainkan apa yang dikeluarkan orang itu, atau tegasnya seseorang menjadi najis dengan perkataan yang dikeluarkan atau diucapkannya.  Sebab itu hati-hatilah menjaga perkataan kita.

Bagaimana kita menjaga perkataan kita?  Ada yang mengatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi karena pikiran kita.  Jika pikiran kita tidak beres, maka perkataan dan perbuatan kita menjadi tidak beres juga.  Dengan kata lain perkataan/perbuatan kita bisa dikendalikan jika kita bisa mengendalikan pikiran kita.

Entahlah bagaimana dengan pengalaman yang lain, cuman pengalaman saya menunjukkan bukan pikiran yang penting, melainkan hati yang terutama.  Dulu saya diajarkan jika kita dalam keadaan benci, pikirkanlah cinta kasih.  Jika kita marah, pikirkanlah tentang belas kasihan.  Singkatnya memikirkan apa yang menjadi lawan atau hal yang berbeda dengan pikiran saat itu.

Bertahun-tahun saya mengerjakan hal tersebut, namun selalu saja gagal.  Hingga akhirnya saya mengenal Yesus dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya.  Dan setelah melalui proses pendewasaan rohani, saya akhirnya mengetahui bahwa jika hati kita bersih, maka semuanya menjadi bersih.

Kita bisa saja menekan pikiran negatif dengan pikiran positif, namun jika hati kita tidak bisa menerima, maka setiap kali kita bersentuhan dengan orang atau kasus itu lagi, maka sudah muncul pikiran negatif itu.  Tetapi jika hati kita menerima, maka pikiran itu tidak akan muncul.

Apa rahasianya mempunyai hati yang bersih?  Pertama hati kita telah dikuduskan.  Bagaimana hati bisa dikuduskan?  Tidak ada jalan lain selain menerima Yesus dan mengundang Dia masuk dalam hatimu.

Kedua, ingatlah Tuhan telah memberikan kita pembebasan seutuhnya artinya tidak satu pun kesalahan kita akan diperhitungkan.  Dan sebagai syarat untuk dapat menjaga hati kita tetap kudus, maka kita harus siap untuk memaafkan setiap orang yang bersalah pada kita baik yang tidak sengaja maupun yang melakukannya dengan rencana/maksud tertentu.

Silakan buktikan sendiri bahwa bila hatimu bisa melepaskan semua itu, maka engkau akan mempunyai pikiran yang benar dan perkataan maupun perbuatanmu pun akan menjadi benar dengan sendirinya.

Tidak inginkah Anda memiliki hati yang kudus?

Monday, March 05, 2012

Repentance

The Dalton Gang (Proverbs 4:10-19) 

He who turns a sinner from the error of his way will save a soul from death. —James 5:20

The Dalton brothers were infamous outlaws during the late 1800s in the US. They started out on the right side of the law as officers. But then they followed a gradual descent into crime and became known for bank and train robberies. Their day of reckoning came when they tried to hold up two banks at once. Hearing of the robberies, the townspeople armed themselves and began to fire on the Dalton Gang. When the smoke cleared, Emmett Dalton was the sole survivor.

After serving 15 years in the penitentiary, Emmett was pardoned and set free. While in prison, he had come to see the error of his ways. So when he was released, he wanted to deter young people from a life of crime. Drawing from his own experience, Emmett wrote and starred in a film about the Dalton Gang in which he showed the folly of being an outlaw. In many ways, Emmett’s film was telling others: “Do not enter the path of the wicked” (Prov. 4:14).

In a similar way, when we have sinned but have genuinely repented and experienced God’s forgiveness, we can tell our own story. We can encourage others not to make the same mistakes we have made. James wrote, “He who turns a sinner from the error of his way will save a soul from death” (5:20). —Dennis Fisher

If others learn from our mistakes,
And it saves them from the pain
That we ourselves experienced—
Then it wasn’t all in vain. —Sper

When we learn from our mistakes, we are less likely to repeat them.

Source : Our Daily Bread

Saturday, March 03, 2012

Kabarkan

Orang Sakit (Matius 14:34-36)
Oleh : Deny S Pamudji

Kemudian mereka menceritakan kepada orang lain bahwa Ia telah datang, lalu mereka membawa semua orang sakit kepada-Nya (Matius 14:35)

Diceritakan Yesus mendarat di pantai Genesaret dan di sana orang melihat Yesus dan mengenal-Nya.  Orang-orang ini mungkin adalah orang yang pernah mendengar kotbah Yesus, kesembuhan yang Yesus lakukan,  dan mengalami penggandaan roti dan ikan. (Matius 14:13-21)

Namun ada hal yang menarik di bacaan ini ialah orang-orang tersebut langsung menceritakan tentang Yesus pada yang lain dan membawa orang-orang sakit kepada-Nya.  Di sini terlihat kepedulian mereka pada orang-orang yang belum mengenal Yesus dan perhatian mereka pada orang-orang yang sakit dan menderita.

Sebenarnya itulah tugas kita semua.  Kita yang telah mengalami banyak mukjizat Tuhan dalam hidup kita, banyak menerima berkat Tuhan, untuk melakukan seperti orang-orang Genesaret.

Apa kemudian yang terjadi?  Terjadi Kebangunan Rohani yang luar biasa.  Bayangkan banyak orang di Genesaret yang datang dan banyak orang sakit disembuhkan.  Terjadi mukjizat yang luar biasa, di mana orang mengalami kesembuhan hanya dengan menyentuh jubah Yesus.

Jika kita ingin terjadi kebangunan rohani, maka kita tidak boleh hanya diam saja dengan berkat dan karunia yang kita miliki.  Kita harus bergerak karena waktunya mungkin sudah tidak lama lagi.  Bukan bagi dunia, tetapi bagi kita dan juga bagi orang di sekitar kita.

Berapa banyak teman atau orang kita kenal, meninggal begitu saja tanpa pernah mengenal kabar suka cita.  Mengapa mereka tidak mengenalnya? Karena kita tidak tergerak.  Kita kurang tanggap.  Kita malu, kita takut, kita sungkan.

Percayalah, lebih baik kita dipermalukan (menahan malu), direndahkan (dianggap angin lalu) oleh sahabat-sahabat kita atau orang-orang yang mengenal kita, daripada kita mendengar caci maki atau umpatan mereka ketika kita melewati mereka dalam perjalanan kita ke sorga.

Jadi, apa yang harus kita lakukan?  Menjadi pengikut Yesus yang baik, dan menggunakan waktu kita sebaik-baiknya untuk mengabarkan kabar suka cita bahwa Yesus telah datang untuk mengakraban kembali hubungan manusia dengan Allah yang terganggu karena dosa. Tuhan Yesus memberkati.

Friday, March 02, 2012

Keraguan

Dalam Cobaan (Matius 14:22-33)
Oleh : Deny S Pamudji

… “Imanmu sangat kecil.  Mengapa engkau ragu-ragu?”

Dulu saya pernah mengandai-andai menjadi murid Yesus secara langsung. Terbayang betapa nikmatnya berada dengan-Nya dan karena kedekatan dengan-Nya pasti tidak akan merasa ragu ataupun bimbang.  Bukankah semua mukjizat bisa dilakukan Yesus?  Penyakit kusta, pendarahan 12 tahun, bisa sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, bahkan orang mati dibangkitkan.  Setan dan roh-roh jahat bisa diusirnya.  Makanan dapat digandakannya dan air bisa diubah menjadi anggur.  Jadi apa yang perlu dikuatirkan?

Namun kenyataannya, murid-murid Yesus justeru rentan terhadap kebimbangan, keraguan, dan ketidakpercayaan.  Murid-murid Yesus kurang mengenal gurunya dengan baik.  Walau banyak perbuatan ajaib dilakukan dihadapan mereka oleh Yesus dan bahkan mereka juga turut dalam melakukan perbuatan ajaib tersebut, mereka tetaplah sama seperti kita yang mudah sekali melupakan perbuatan ajaib Tuhan yang telah terjadi pada kita.

Boleh dikatakan kita selalu menuntut Tuhan melakukan perkara ajaib setiap detik dalam hidup kita alias kalau bisa, kita hidup bebas dari ketidaknyamanan, entah itu berupa sakit, cobaan, atau apa pun.  Ya, maunya hidup enjoy dan happy terus.

Dalam bacaan di atas, Tuhan mengajarkan jika kita ingin hidup kita berada di atas angin ribut dan ombak, maka yang perlu kita lakukan ialah tetap menatap-Nya dan percaya pada-Nya setulus hati kita.

Petrus bisa berjalan di atas air ketika dia dengan antusias/semangat datang kepada-Nya dan Petrus mulai tenggelam ketika dia mulai atau memperhatikan angin ribut dan ombak yang ada disekitarnya.

Ini sering terjadi dalam hidup kita.  Ada kalanya kita mulai larut dalam penderitaan atau persoalan yang kita alami.  Kita tenggelam dan semakin tenggelam sehingga kita tidak lagi melihat jalan keluar untuk itu.

Jika kita sekarang berada dalam posisi ini dan kita tidak lagi dapat melihat selain hanya persoalan kita, maka yang harus kita lakukan ialah minta pertolongan Tuhan, seperti kata Petrus pada Yesus, “Tuhan, tolonglah aku!” (ayat 30) dan jika kita mau ditolong Yesus, maka yang perlu kita lakukan ialah menaruh iman kita pada-Nya, artinya kita mempercayai sepenuh-penuhnya pada-Nya.

Pada saat kita mulai beriman pada-Nya, maka pada saat itulah tangan-Nya yang penuh kuasa akan mengangkat kita dari ketenggelaman kita dan penyebab permasalahan kita (angin ribut) akan berhenti dengan sendirinya sehingga ombak pun tidak terjadi.

Jadi apa rahasia untuk kita bisa tetap berjalan di atas air mengatasi angin ribut dan ombak? Hanya beriman sepenuhnya pada Dia yang mempunyai kuasa atas segala kekuatan yang berada di bumi maupun di sorga, yakni Yesus.  Pertanyaannya sekarang ialah sudahkah engkau menerima Dia dalam hidupmu.  Tuhan memberkati selalu.

Thursday, March 01, 2012

Rindu

WAJAH TUHAN (Mazmur 27)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan (Mazmur 27:8)

Setelah beberapa jam melintasi kepadatan lalu lintas Jakarta, akhirnya sampai jugalah saya di bandara. Sambil bergegas check in, terbayang wajah kecewa Sam, anak saya yang berumur tiga setengah tahun, yang beberapa hari ini saya tinggalkan di rumah. Saya batal membelikannya oleh-oleh dari outlet yang ada di bandara, karena nyaris ketinggalan pesawat. Penjelasan apa yang harus saya katakan? Namun, kekhawatiran saya rupanya tidak menjadi kenyataan. Begitu Sam melihat saya dari pintu kedatangan, ia langsung menghambur lari melewati petugas, dan melompat ke dalam pelukan saya. "Sam kangen papah, " katanya. Betapa senangnya mengetahui bahwa kehadiran saya menjadi hadiah yang lebih berharga daripada semua oleh-oleh yang bisa saya bawa.

Kehadiran Tuhan. Wajah Tuhan. Itulah yang menjadi kerinduan dan pencarian Daud. Jika boleh meminta satu hal saja, Daud tahu hal teramat berharga yang paling diinginkannya: kehadiran Tuhan dalam hidupnya (ayat 4). Di dalam hadirat Tuhan, ada penyertaan, perlindungan, pembelaan, kesukaan, kebaikan, kekuatan (ayat 1-6, 13-14). Hal mengerikan yang paling ditakutkan Daud: Tuhan menyembunyikan kehadiran-Nya (ayat 9).

Berapa banyak Anda menghargai dan menginginkan Tuhan dalam hidup Anda? Adakah hal-hal lain yang sedang Anda cari lebih dari keintiman dalam hadirat-Nya? Ataukah berkat-berkat Tuhan, yang Anda nanti-nantikan namun tidak kunjung tiba, menjadi­kan Anda kecewa dan meninggalkan-Nya? Carilah (kembali) wajah-Nya, dan melompatlah ke dalam pelukan-Nya, di mana kerinduan Anda dan kerinduan Tuhan berjumpa. --JOO

APAKAH KITA MENCARI TANGAN ALLAH, UNTUK MELIHAT APA YANG DIA BERIKAN KEPADA KITA? ATAU KITA MENCARI WAJAH ALLAH, UNTUK BERSUKACITA DALAM KEHADIRAN-NYA? -TOMMY TENNEY

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts