MENCARI
Ev. Mary Hartanti
Barangsiapa mencari Tuhan mereka akan hidup. Ini adalah janji Tuhan. Ada orang yang hidup tetapi mati. Mengapa? Mereka hidup secara jasmani, tetapi rohani mati. Ada pula yang hidup, tetapi mati imannya, mati pengharapannya, mati cinta kasihnya, mati cita-citanya. Hanya Allah yang dapat menghidupkan roh dan jiwa dan tubuh kita dengan segala yang baik di dalamnya.
Kita harus hati-hati jangan sampai Dia datang seperti api yang menghanguskan yang membuat kehidupan hangus dan kering kerontang, mati segala masa depannya.
Manusia di dunia ini hidup di dalam pencarian. Apa saja yang dicari oleh manusia yang hidup di dunia ini? Bermacam-macam hal dapat dicari oleh manusia, ada kecenderungan mencari yang negatif, dan ada pula kecenderungan mencari yang positif. Ada kecenderungan untuk mencari yang tidak berfaedah, yang sementara dan sia-sia, tetapi ada pula kecenderungan untuk mencari yang baka, yang berfaedah, yang langgeng.
Ada yang mempunyai kecenderungan mencari yang sekunder, tetapi ada yang mempunyai kecenderungan mencari yang primer, yang utama. Namun bisa juga terjadi bahwa seseorang hidup tanpa kesadaran akan arah dan tujuan hidupnya. Bahkan siapa dia, dari mana dan mau ke mana dia tidak disadarinya.
Mencari Perkara Dunia
Kita hidup di dunia. Kita hidup dari apa yang dikeluarkan bumi dan isinya, berupa makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Itulah yang menjadi kesadaran utama manusia. Yang paling dia sadari adalah keadaan jasmaninya yang bisa merasakan haus, lapar, panas, dingin, susah, senang, tawa, tangis, dan segala keperluan untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain mempunyai tubuh jasmani, manusia mempunyai nyawa atau jiwa yang sangat jarang disadari kecuali pada saat kritis menghadapi maut. Apalagi keberadaan roh di dalam kehidupannya sama sekali tidak disadarinya. Itulah sebabnya kesadarannya hanyalah mencari yang jasmani atau duniawi saja.
Apa yang dicari manusia pada umumnya? Tidak ada pengecualian manusia di seluruh dunia pasti mencari makan, minum, pakaian, tempat tinggal. Bahkan masalah tempat tinggal ini jarang pula yang memikirkan, seolah hidup asal hidup saja. Mencari makan, minum, pakaian, tempat tinggal, itu manusiawi, itu wajar, itu tidak dilarang dalam batas-batas tidak melanggar norma kehidupan.
Yesus mengajar tentang kebutuhan hidup seperti yang tercatat dalam Mat 6:25-32 – “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.”
Kita perlu membaca perlahan-lahan sambil kita simak isi dan maknanya, supaya jiwa kita memperoleh didikan dari ucapan atau pengajaran Yesus ini. Bacalah dengan sikap hati ingin mengerti, ingin memahami, ingin mendapat pengertian, dan solusi untuk persoalan kehidupan yang sering menerpa. Pada waktu pelayananNya di muka bumi, umat di mana Dia dihadirkan berada di dalam penjajahan pemerintahan asing, sehingga masyarakat pada waktu itu hidup dalam kemiskinan, kekurangan, bahkan kemelaratan, berpenyakit, tak kurang yang hidup dalam kekuatiran, kecemasan, ketakutan bahkan sampai kepada tingkat gila, hilang ingatan atau kerasukan setan.
Tetapi mari kita melihat terapi yang diberikan oleh Yesus kepada mereka. Terapinya adalah nasihat Firman, atau pengajaran Firman. Terapinya untuk mereka mampu menghadapi dan mengatasi atau menyelesaikan masalah kehidupannya bukan dengan membagi sembako, menyediakan lapangan kerja, tetapi nasihat Firman. Yang disentuh atau diobati yang utama adalah roh dan jiwanya.
Nasihat dan pengajaran Firman yang menghibur.
Nasihat dan pengajaran Firman yang membuka wawasan.
Nasihat dan pengajaran Firman yang menyadarkan.
Nasihat dan pengajaran Firman yang memulihkan pengharapan menghapus keputusasaan.
Nasihat dan pengajaran Firman yang menyadarkan akan adanya Allah yang penuh kasih, Allah yang peduli, Allah yang tidak tinggal diam, Allah yang memperhatikan dan yang berbuat, Allah penyedia yang mengadakan apa yang kita butuhkan. Yang disentuh oleh nasihat pengajaran Firman adalah batinnya dulu. Bila batin tersentuh dengan penghiburan yang membangkitkan pengharapan dan menunjuk kepada sumber pertolongan akan melahirkan solusi bagi segala permasalahan dengan kembali kepada sumber pertolongan yang sejati.
Persoalan terbesar hari-hari inipun adalah kekuatiran hidup. Kadang hati manusia ini sarat dengan kekuatiran. Penyakit kuatir inilah yang pertama kali Yesus mau tanggulangi. Dengar nasihat pengajaranNya: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” Mat 6:25.
Dengan suara bernada peduli Dia berkata:
“Janganlah kuatir akan hidupmu.”
Apa yang sering kita kuatirkan secara umum menyentuh kebutuhan pokok:
Jangan kuatir akan apa yang kamu makan, atau minum. Apa alasannya? Sebab hidup itu lebih penting daripada makanan. Apa maksudnya? Makanan dan minuman adalah untuk tubuh. Tetapi hidup yang sesungguhnya ada di dalam roh, dan roh ini perlu makanan apabila butuh hidup yang sehat.makanan dan minuman adalah untuk tubuh jasmani. Tetapi Firman adalah makanan untuk roh kita supaya hidup dan sehat. Perhatikan yang rohani lebih dulu, baru yang jasmani, sebab hidup (yang sejati adalah hidup di dalam roh) lebih penting daripada makanan dan minuman.
Tubuh lebih penting daripada pakaian. Kesehatan tubuh, kesucian tubuh, lebih penting daripada pakaian jasmani dan bendawi.
Tentu kita butuh makanan dan minuman, serta pakaian. Tetapi jangan hal tersebut membuatmu kuatir, kuatir kita tidak sehat untuk hidup kita, untuk roh dan jiwa kita. Jangan kuatir, kata Tuhan Yesus. Lalau kalau kuatir hadir dengan tidak diundang, apa yang harus kita lakukan?
Katakan kepada dirimu sendiri:
1. Janganlah kuatir akan apapun juga.
Flp 4:6 – “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
2. Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan.
Mzm 55:23 – “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”
1 Ptr 5:7 – “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
3. Dengan kuatir kita, kita tidak dapat menambah umur kita.
Mat 6:27 – “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”
Andaikata kita kuatir juga, bahkan selalu kuatir, apa yang bisa terjadi? Kuatir menyebabkan kecemasan, ketakutan, hidup dipenuhi bayang-bayang negatif yang tidak nyata. Khayalan dan impian penuh bayang-bayang buruk, dan akibatnya tidak baik untuk jiwa kita maupun tubuh kita. Manusia batiniah kita dan manusia lahiriah kita terkena dampaknya semua.
1. Oleh karena kuatir seseorang menyusahkan diri dengan banyak hal.
Luk 10:41 – “Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara”
Orang yang kuatir mengeluhkan banyak hal. Mereka seolah tinggal dalam ruang gelap tertutup tak ada jalan keluarnya. Kehendak Tuhan adalah agar kita beroleh damai sejahtera dan kelegaan walau hidup kita sederhana sekalipun.
2. Kekuatiran dalam hati membungkukkan tulang.
Ams 12:25 – “Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.”
Rupanya kekuatiran berdampak kepada kesehatan batin dan tubuh serta tulang-tulang kita.
3. Kekuatiran dunia ini menghimpit.
Mat 13:22 – “Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”
Pengaruh kepada tubuh sudah jelas tadi dari ayat di atas. Sekarang kekuatiran dunia punya pengaruh terhadap benih Firman, sehingga benih Firman tidak bisa bertumbuh, dengan demikian iman menjadi kerdil, bahkan terbunuh juga.
Itulah sebabnya Tuhan ingin supaya kita tidak kuatir.
Apakah jaminan Tuhan supaya kita tidak hidup di dalam kekuatiran? Tuhan Yesus memberi gambaran yang sederhana.
Mat 6:26 – “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
1. Selama burung-burung itu aktif dan tidak diam-diam bertengger pada dahan pohon dan hanya bersiul-siul, tak mungkin dia jatuh mati karena kelaparan. Ini adalah pengajaran agar kita rajin seperti burung-burung itu, terbang sambil mencari nafkahnya. Kita perlu belajar percaya, selama kita berusaha Tuhan tidak akan membiarkan kita sampai tidak punya makanan atau pakaian.
2. Sebab Bapa di sorga tidak membiarkan.
Bapa di sorga peduli dan memperhatikan, dan Dia aktif, Dia tidak tertidur, Dia tidak tinggal diam. Dia memberi rejeki kita setiap hari yang kita butuhkan. Kalau kita melihat di sekitar kita sehari-hari, kita bisa kagum melihat bagaimana Tuhan memberi rejeki kepada umat ciptaanNya.
3. Dalam hidup ini jangan lepas dari iman percaya, bahwa kita lebih berharga dari burung-burung di udara.
Sama seperti burung-burung itu terbang mencari apa yang harus dimakan, demikian pula hendaknya kita bekerja dan berusaha untuk mendapat rejeki kita.
Sama seperti burung-burung itu berkicau, demikian pula hendaknya kita memuji-muji Dia Allah Sang Pencipta dan Pemelihara.
Sama seperti burung-burung itu tidak jatuh mati kelaparan, demikian pula kita tidak akan dibiarkan oleh Tuhan mati karena tidak mendapat rejeki. Kita perlu melakukan perpaduan dalam hidup kita: Iman, doa, usaha, dan mengucap syukur, belajar bersukacita senantiasa. Tuhan memberkati kita semua.
Iman kita kepada Tuhan, kepada kasihNya, kemampuanNya, kepedulianNya, dan kepada FirmanNya akan membangkitkan ketenangan, pengharapan, bahkan bisa melahirkan tawa sukacita.
Kalau kekuatiran menghimpit, membungkukkan tulang, menyusahkan atau meresahkan, maka sukacita memerdekakan, sukacita menyegarkan dan menyehatkan.
Kesukaan yang bagaimana yang perlu kita miliki?
1. Kesukaan karena Tuhan.
Neh 8:11 – “Lalu berkatalah ia kepada mereka: "Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!"”
2. Kesukaan dalam beribadah.
Mzm 100:2 – “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!”
3. Kesukaan akan Firman Tuhan.
Mzm 1:2 – “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”
4. Kesukaan untuk menyebut Nama Tuhan.
Yes 26:8 – “Ya TUHAN, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau.”
Kita perlu bersukacita karena Tuhan sebab jalan-jalanNya indah. Kita bisa melewati lembah air mata, padang gurun tandusnya cinta, gunung terjal pergumulan yang harus kita daki dan taklukkan, tetapi sukacita dari Tuhan itulah kekuatan kita. Tuhan Yesus memberkati.