The Grace of Yielding
oleh Derek Prince
disarikan oleh Deny S Pamudji
Umat Kristen diharapkan tidak mengalah terhadap dua hal, yakni terhadap Iblis (Yak 4:7) dan terhadap bujukan dosa (Rm 6:12).
Berbeda dengan jalan pikiran kebanyakan orang yang bersemboyan, “Kejarlah keuntungan yang bisa kau dapatkan selama ada kesempatan”, umat Kristen justeru diharapkan untuk memperhatikan pihak yang lemah, merawat yang sakit, dan menolong orang yang tidak berdaya (Rm 14:1; Yak 5:14).
Kekuatan rohani kita ditunjukan dengan sanggup tidaknya kita menanggung kelemahan orang yang tidak kuat imannya dengan tanpa mencari kesenangan / kepentingan kita (Rm 15:1).
Tidak mencari kesenangan sendiri merupakan kewajiban bagi umat Kristen karena Kristus dalam Lukas 9:23 mengatakan setiap orang yang mau mengikuti-Nya diharuskan menyangkal diri, memikul salib setiap hari, dan mengikuti-Nya.
Salib kita bukanlah suami/isteri kita dan juga bukan penyakit kita. Salib kita ialah apabila kita berhenti untuk menyenangkan diri sendiri. Charles Simpson mengatakan salib (cross) adalah di mana kehendak kita dan kehendak Allah saling bersilangan atau bertentangan.
Memikul salib dan menyangkal diri berlawanan sekali dengan cara berpikir normal. Malah kelihatan bodoh dan lemah, tetapi Firman Allah mengatakan, “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia” (1 Kor 1:25)
Ciri-ciri yang menandakan bahwa kita ini benar-benar milik Allah bukanlah kepandaian berbahasa roh atau kemampuan melakukan perbuatan mujizat, melainkan apakah kita memiliki Roh Kristus (Rm 8:9) yakni suatu roh atau peringai yang ramah, lembut, dan rendah hati (Fil 2:6).
Rela untuk melepaskan sesuatu, memang terkadang terlihat kurang adil atau tidak masuk diakal. Tetapi itu tidak menjadi soal. Yang penting biarlah Allah sendiri yang mengaturnya sebab Dia-lah yang berdaulat. Itulah yang disebut percaya atau menaruh iman.
Pada saat Abraham diperintahkan Allah untuk meninggalkan Ur Kasdim (Kej 12:1), maka dengan tanpa banyak tanya, Abraham meninggalkan segalanya. Namun Abraham tidak memenuhi perintah Allah dengan sepenuhnya sebab dia membawa ayahnya dan keponakannya, Lot. Justeru dua orang inilah yang kemudian membuat perjalanan Abraham ke Kanaan menjadi terhambat (Kej 13; Kis 7:4).
Abraham juga pernah melakukan suatu kesalahan yang dampaknya masih kita rasakan saat ini yakni suatu perselisihan antara keturunan Ismail (anak Abraham dari Hagar, pembantunya) dan keturunan Ishak (anak Abraham dari Sara, isterinya).
Abraham yang dijanjikan suatu turunan yang besar (Kej 12:2;15:5) menanti hingga 10 tahun (Kej 16:3), tetapi tidak juga dia mendapat turunan sehingga Sara meminta Abraham untuk menghampiri Hagar dan lahirlah Ismail (Kej 16:2,15).
Dari pengalaman Abraham, kita mendapat pelajaran bahwa jangan sekali-kali mencoba merebut atau mengambil hak dan warisan yang diberikan oleh Allah dengan menempuh cara-cara kedagingan atau menuruti hawa nafsu (1 Ptr 1:16; 2 Ptr 1:4). Atau dengan perkataan lain, jangan mendahului Tuhan dalam bertindak.
Namun Abraham mencatat suatu tindakan iman yang luar biasa ketika dia dengan rela mau mengorbankan Ishak, anak sah satu-satunya. Di sini Abraham dengan yakinnya percaya bahwa Allah sanggup menghidupkan kembali anaknya sehingga dia bisa mengatakan kepada kedua bujangnya bahwa dia akan kembali bersama anaknya (perhatikan kata ‘kami’ dalam Kej 22:5).
Dan memang benar sikap rela memberi sesuatu yang berharga dari Abraham mendapat imbalan yang besar sebab ternyata Allah menyediakan korban bakaran (Kej 22:11-14) dan bahkan Allah bersumpah untuk memberkati Abraham dengan berlimpah-limpah dan membuat turunannya menjadi sangat banyak seperti bintang dilangit (Kej 22:15-17).
Sebagai penutup, kita akan mempelajari perkataan Yesus dalam Yoh 12:24 yakni “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Derek Prince dalam kesaksiannya mengenai firman di atas mengatakan bahwa dia dulu hanya melakukan pelayanan kelepasan. Pelayanan itu membuat dirinya menjadi terkenal sehingga dia memegang erat-erat keahliannya. Tetapi kemudian ada dua orang hamba Tuhan datang menyadarkannya (disamping firman itu sendiri) sehingga dia mulai bersedia memberikan tugas pelayanan kelepasan tersebut pada hamba Tuhan lain. Hasilnya Derek menjadi mempunyai banyak waktu untuk tugas di luar dan jemaatnya pun tidak terlantar karena ada hamba Tuhan lainnya yang membantu. Dan jadilah biji yang jatuh itu mati dan berbuah banyak. (Bandingkan dengan Mat 25:14-30)