Sunday, May 30, 2010

Ganjaran Allah

Ganjaran Allah (Ibrani 12:5-11)

Apa tanda orangtua mengasihi anaknya?  Selain memberikan kasih sayang dan hak-hak anak, orangtua itu akan memberikan ganjaran apabila si anak mulai menyimpang dari jalur yang ditetapkan orangtua.  Tetapi ganjaran dari orangtua terbatas waktunya karena hanya seumur orangtua tersebut.  Setelah itu si anak bebas merdeka, entah dia mau tetap sesuai dengan jalur orangtuanya atau menyimpang dari jalur orangtuanya.

Ganjaran dari orangtua bersifat subyektif artinya tergantung dari pemikiran orangtua tersebut,  Bisa jadi ganjaran tetap diterima si anak karena menurut orangtua itu apa yang dilakukan si anak tidak benar.  Jadi ganjaran yang dikerjakan orangtua ialah lebih cenderung demi menjaga agar posisi orangtua tetap terjaga disamping menjaga agar si anak tidak terlalu jauh dari ‘konsep benar’ dari orangtua itu.  Sehingga boleh dikatakan ganjaran dilakukan demi kepentingan orangtua.

Ganjaran dari Allah tidaklah demikian.  Allah memberikan ganjaran itu kepentingan kita.  Agar kita mendapatkan buah kebenaran dan kedamaian.  Karena ganjaran tersebut mendorong kita menjadi lebih kudus daripada sebelumnya.

Biasanya sebelum memberikan ganjaran, Allah akan memperingati kita.  Peringatan tersebut bisa berupa nasihat dari orangtua maupun teman-teman sekitar kita.  Bisa juga berupa firman yang dibaca atau didengar kita.  Peringatan juga bisa datang dari hati nurani.  Jangan berbuat ini atau jangan berbuat itu.  Tetapi, kekerasan hati kita menutup semua masukan tersebut sehingga mau tidak mau Allah memberikan ganjaran agar kita sadar pada penyimpangan kita.

Diakui Allah bahwa ganjaran-Nya sangatlah tidak menyenangkan dan bahkan mendukakan hati kita.  Tentunya semua itu agar kita ingat akan ganjaran tersebut sehingga jera untuk melakukannya lagi.

Adakah kita berada dalam ganjaran Allah saat ini?  Adakah kita telah menyimpang dari jalan-Nya.  Tidak semua penderitaan yang kita alami adalah ganjaran.  Sebab penderitaan bisa berarti ujian kenaikan tingkat dan bisa juga berarti cobaan dari setan agar kita semakin jauh dari Allah yang benar.

Sebab itu awasilah semua apa yang kita kerjakan sehingga kita mengetahui apakah itu ujian atau cobaan sehingga kita pun mengerti bagaimana menghadapinya.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Thursday, May 27, 2010

Dongeng

Dongeng (2 Timotius 4:3-4)

Pada saat kita masih kecil, kita sering membaca atau mendengar (sekarang mungkin menonton) dongeng klasik (dari daerah ataupun belahan dunia lainnya).  Dan kita pun masuk dalam khayalan kita akan dongeng itu.  Tetapi ternyata, hingga dewasa pun kita masih suka akan dongeng.  Percaya atau tidak, ada pendeta yang pernah bersaksi bahwa ada jemaat yang mengundangnya untuk menyampaikan firman Tuhan, tetapi dalam undangan tersebut sudah digariskan apa-apa saja yang tidak boleh disentuh.  Malah ada tambahan kalau bisa sampaikan yang ringan-ringan saja dan banyak humornya agar menghibur.  Tetapi itulah yang menjadi trend/kecenderungan sekarang ini.  Maka tidaklah heran jika kita lebih senang datang pada kebaktian yang firmannya dibawakan oleh pendeta/penginjil anu.  Soalnya dia firmannya ringan dan lucunya banyak.  Jadi ke gereja hanya untuk mendengarkan kelucuan saja.  Jadi, ya, kita juga tidak heran jika firmannya rontok dari hatinya.

Selain jemaat yang sensitif, ada juga memang pendeta/penginjil, yang entah sengaja atau lalai, malah menyebarkan ajaran-ajaran sesat tentang dunia lain.  Ke mana-mana selalu bercerita tentang hal-hal itu saja (ya, memang modalnya cuman segitu) dan celakanya setelah bercerita, dia tidak mengungkapkan bahwa ternyata dunia itu adalah dunia yang palsu yang dibentuk roh-roh jahat dalam pikiran dia saat itu.  Hal itulah yang mengakibatkan banyak jemaat yang belum mengenal betul dunia lain berpendapat bahwa apa yang dialami pendeta/penginjil tersebut benar adanya sehingga mereka tersesat dalam pemikiran yang salah.

Dongeng lainnya ialah tentang doa dan pengabulannya.  Dongengnya ialah apa pun yang kita doakan pasti dikabulkan Tuhan.  Klaim pada Tuhan karena semua telah diljanjikan.  Jadi ajarannya membuat jemaat untuk menjadi peminta2 preman yang meminta sambil memaksa.  Jika tidak diberikan, maka artinya Tuhan belum mendengar.  Minta terus sampai engkau dapatkan.  Yang menjadi pertanyaan ialah apakah betul firman Tuhan mengatakan yang demikian?  Apakah pendeta/penginjil tersebut tidak mengetahui bahwa Yesus pun dalam berdoa tidak pernah memaksa? (Matius 26:39)  Apakah pendeta/penginjil itu tidak mengetahui bahwa jawaban Tuhan atas permohonan kita bisa tunggu, ya, atau tidak?

Apa arti semua ini?  Artinya saatnya memang sudah semakin dekat.  Di mana akan tiba saatnya orang-orang tidak suka mendengar hal yang benar.  Semuanya mencari hal-hal yang enak di dengar.  Bahkan kalau bisa membenarkan apa yang mereka pikir benar.  Sehingga orang yang benar akan semakin tersisih dan bahkan dijauhkan dari komunitas.  Hal seperti ini bukan hanya akan terjadi di luar gereja, bahkan di dalam gereja pun akan semakin terlihat.  Maka tidaklah menjadi luar biasa jika ada yang mengatakan dalam komunitas orang-orang gila, maka orang yang warasnya, yang akan disebut 'orang gila'.

Semoga telinga kita dapat terbuka untuk menerima yang benar dan hati kita menjadi ladang yang subur sehingga benih firman yang benar tumbuh subur di sana dan menghimpit tumbuhan ilalang yang telah disebar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Sunday, May 23, 2010

Injil

Injil (2 Korintus 4:3-6)

Istilah (term) Injil ini telah menimbulkan polemik yang berkepanjangan.  Karena perkataan inilah seringkali Alkitab dinyatakan palsu atau telah diubah.  Sebab ada dikatakan Musa diberikan Torat (Taurat), Daud diberikan Zabur (Mazmur), Yesus diberikan Injil.  Sekarang di mana Injilnya?

Pada saat Yesus mengutus murid-murid-Nya, amanat-Nya pada murid-Nya ialah untuk memberitakan Injil (Markus 3:3).  Bahkan Yesus pun dikatakan memberitakan Injil (Matius 11:1).  Jadi apakah Injil itu?

Injil ialah perkataan Allah yang disampaikan melalui Yesus.  Perkataan Yesus bukanlah perkataan Yesus sendiri melainkan perkataan Bapa yang telah mengutus-Nya. (Yohanes 12:48-50, 14:10, 17:14)  Jadi memberitakan Injil artinya memberitakan perkataan/firman yang Yesus sampaikan.

Apa inti dari firman yang disampaikan Allah kepada Yesus?  Intinya ialah Kasih Allah dan dituangkan dalam Yohanes 3:16 yakni “Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya Yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya pada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”

Sudahkah kita memberitakan Injil?  Dan siapakah yang menutup seseorang dari cahaya Injil?  Ilah zaman ini.  Ilah bisa berarti sesembahan di luar Allah, keterikatan pada sesuatu, dan juga berarti kuasa kegelapan. Berdoa terus dan terus berdoa jika kita ingin menjangkau jiwa-jiwa dari api neraka.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Thursday, May 20, 2010

Under The Bed

God Lives Under The Bed!

Written by Kelly Adkins

I envy Kevin. My brother, Kevin, thinks God lives under his bed. At least that's what I heard him say one night.

He was praying out loud in his dark bedroom, and I stopped to listen, 'Are you there, God?' he said. 'Where are you? Oh, I see. Under the bed....'

I giggled softly and tiptoed off to my own room. Kevin's unique perspectives are often a source of amusement. But that night something else lingered long after the humor.  I realized for the first time the very different world Kevin lives in.

He was born 30 years ago, mentally disabled as a result of difficulties during labor. Apart from his size (he's 6-foot-2); there are few ways in which he is an adult.

He reasons and communicates with the capabilities of a 7-year-old, and he always will. He will probably always believe that God lives under his bed, that Santa Clause is the one who fills the space under our tree every Christmas and that airplanes stay up in the sky because angels carry them.

I remember wondering if Kevin realizes he is different. Is he ever dissatisfied with his monotonous life?

Up before dawn each day, off to work at a workshop for the disabled, home to walk our cocker spaniel, return to eat his favorite macaroni-and-cheese for dinner, and later to bed.

The only variation in the entire scheme is laundry, when he hovers excitedly over the washing machine like a mother with her newborn child.

He does not seem dissatisfied.

He lopes out to the bus every morning at 7:05, eager for a day of simple work.

He wrings his hands excitedly while the water boils on the stove before dinner, and he stays up late twice a week to gather our dirty laundry for his next day's laundry chores.

And Saturdays - oh, the bliss of Saturdays! That's the day my Dad takes Kevin to the airport to have a soft drink, watch the planes land, and speculate loudly on the destination of each passenger inside. 'That one's goin' to Chi-car-go!' Kevin shouts as he claps his hands.

His anticipation is so great he can hardly sleep on Friday nights.

And so goes his world of daily rituals and weekend field trips.

He doesn't know what it means to be discontent.

His life is simple.

He will never know the entanglements of wealth of power, and he does not care what brand of clothing he wears or what kind of food he eats. His needs have always been met, and he never worries that one day they may not be.

His hands are diligent. Kevin is never so happy as when he is working. When he unloads the dishwasher or vacuums the carpet, his heart is completely in it.

He does not shrink from a job when it is begun, and he does not leave a job until it is finished. But when his tasks are done, Kevin knows how to relax.

He is not obsessed with his work or the work of others. His heart is pure.

He still believes everyone tells the truth, promises must be kept, and when you are wrong, you apologize instead of argue.

Free from pride and unconcerned with appearances, Kevin is not afraid to cry when he is hurt, angry or sorry. He is always transparent, always sincere. And he trusts God.

Not confined by intellectual reasoning, when he comes to Christ, he comes as a child. Kevin seems to know God - to really be friends with Him in a way that is difficult for an 'educated' person to grasp. God seems like his closest companion.

In my moments of doubt and frustrations with my Christianity, I envy the security Kevin has in his simple faith.

It is then that I am most willing to admit that he has some divine knowledge that rises above my mortal questions.

It is then I realize that perhaps he is not the one with the handicap. I am. My obligations, my fear, my pride, my circumstances - they all become disabilities when I do not trust them to God's care.

Who knows if Kevin comprehends things I can never learn? After all, he has spent his whole life in that kind of innocence, praying after dark and soaking up the goodness and love of God.

And one day, when the mysteries of heaven are opened, and we are all amazed at how close God really is to our hearts, I'll realize that God heard the simple prayers of a boy who believed that God lived under his bed.

Kevin won't be surprised at all!

"Verily I say unto you, Whosoever shall not receive the kingdom of God as a little child shall in no wise enter therein." -Luke 18:17  

In His Service, <>< Sherry and Jim Heard

Forgiveness

Forgiveness

Author: Unknown

A letter written to a man on death row by the Father of the man whom the man on death row had killed:

You are probably surprised that I, of all people, am writing a letter to you, but I ask you to read it in its entirety and consider its request seriously. As the Father of the man whom you took part in murdering, I have something very important to say to you.

I forgive you. With all my heart, I forgive you. I realize it may be hard for you to believe, but I really do. At your trial, when you confessed to your part in the events that cost my Son his life and asked for my forgiveness, I immediately granted you that forgiving love from my heart. I can only hope you believe me and will accept my forgiveness.

But this is not all I have to say to you. I want to make you an offer -- I want you to become my adopted child. You see, my Son who died was my only child, and I now want to share my life with you and leave my riches to you. This may not make sense to you or anyone else, but I believe you are worth the offer. I have arranged matters so that if you will receive my offer of forgiveness, not only will you be pardoned for your crime, but you also will be set free from your imprisonment, and your sentence of death will be dismissed. At that point, you will become my adopted child and heir to all my riches.

I realize this is a risky offer for me to make to you -- you might be tempted to reject my offer completely -- but I make it to you without reservation.

Also, I realize it may seem foolish to make such an offer to one who cost my Son his life, but I now have a great love and an unchangeable forgiveness in my heart for you.

Finally, you may be concerned that once you accept my offer you may do something to cause you to be denied your rights as an heir to my wealth. Nothing could be further from the truth. If I can forgive you for your part in my Son's death, I can forgive you for anything. I know you never will be perfect, but you do not have to be perfect to receive my offer. Besides, I believe that once you have accepted my offer and begin to experience the riches that will come to you from me, that your primary (though not always) response will be gratitude and loyalty.

Some would call me foolish for my offer to you, but I wish for you to call me your Father.

Sincerely,
The Father of Jesus

“Be ye therefore perfect, even as your Father which is in heaven is perfect.” - Matthew 5:48 

To subscribe please send an email to: Sherrys_Inspirational-subscribe@googlegroups.com

Wednesday, May 19, 2010

Raja Penyelamat

Raja Penyelamat (Yohanes 7:25-31)

Pengikut ajaran Yahudi masih saja menantikan Raja Penyelamat.  Mereka belum / tidak mengakui Yesus sebagai Raja Penyelamat.  Itulah sebabnya mereka masih menantikan Raja Penyelamat itu hingga sekarang.  Malah mereka telah menyiapkan pembangunan Bait Allah yang ketiga dan perangkat penyembahannya (termasuk tabut Allah & domba betina merah).  Menurut sumber yang bisa dipercaya pembangunan Bait Allah yang ketiga itu akan berada di tempat mesjid Al Asqa yang ada sekarang.  Sebab menurut data arkeologis, memang disitulah Bait Allah yang kedua (yang hancur akibat serangan Romawi) terletak.

Sebenarnya Yesus telah menjawab siapakah Raja Penyelamat yang orang-orang Yahudi nantikan.  Cuman kebebalan bangsa ini membuat mereka jatuh dalam kutuk penderitaan apalagi ditambah dengan perbuatan mereka menyalibkan Yesus.  Bangsa Yahudi kemudian menyebar ke seluruh dunia (diaspora) setelah Bait Allah kedua dibakar.  Penderitaan puncak mereka terjadi pada masa Perang Dunia kedua, hingga akhirnya mereka kembali ke tanah mereka dan mendirikan negara Israel.

Seandainya kita hidup pada saat Yesus mengajar, apakah kita bisa mempercayai-Nya?  Sekarang kita bisa percaya pada-Nya karena kita mengetahui hubungan antara nubuatan dan peristiwa yang terjadi.  Kita membaca bagaimana Allah menjadikan Yesus dari Roh Kudus yang juga merupakan bagian dari diri-Nya.

Sebenarnya bukan orang Yahudi saja yang tidak percaya pada Yesus, bahkan Yohanes pembaptis yang telah membaptis Yesus dan mendengar suara Allah pun masih meragukan dan menyuruh muridnya untuk bertanya pada-Nya.

Jawab Yesus pada mereka “Pergilah beritahukan kepada Yohanes apa yang kalian lihat dan dengar : orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dihidupkan kembali, dan Kabar Baik diberitakan” (Lukas 7:22)  Tanda lain ialah tentang kematian dan kebangkitan-Nya.

Namun, apakah mudah memberitakan tentang Yesus?  Tidak, karena ada kuasa lain yang menghalangi akses orang kepada Yesus.  Untuk itulah kita perlu berdoa dan terus berdoa dengan kesungguhan hati agar banyak jiwa diselamatkan dari api neraka yang abadi.

Berdoalah untuk pelayanan penginjilan di seluruh dunia.  Waktunya semakin dekat dan peperangan rohani antara kuasa terang dengan kuasa gelap semakin nyata.  Berdoa dan berjaga-jagalah senantiasa.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Tuesday, May 18, 2010

Nafsu

Nafsu (Iberani 21:16-17)

Berdasarkan kelahiran, Esau berhak mendapat hak sulung artinya berhak mendapat warisan dan berkat.  Tetapi dikarenakan Esau menuruti nafsu, maka akhirnya Yakub yang mendapatkan hak sulung itu.

Nafsu Esau tercatat ada 2 yakni nafsu birahi dan nafsu akan makanan tertentu.  Nafsu birahinya ialah menikahi gadis-gadis Kanaan.  Padahal Ishak tidak suka mereka mendekati gadis-gadis Kanaan.  Esau bukan hanya menikahi satu gadis Kanaan, tetapi dua gadis Kanaan.

Nafsu berikutnya ialah nafsu akan makanan tertentu.  Esau suka sekali makan kacang merah yang diolah.  Dan Yakub bisa memasak masakan tersebut enak sekali berkat didikan Ribka.  Sedemikian enaknya masakan kacang merah Yakub sehingga Esau rela bersumpah memberikan hak sulungnya pada Yakub.

Nafsu memang menumpulkan kemampuan bernalar dan juga nurani.  Selain dua nafsu tadi, masih ada nafsu lainnya yang tidak kalah hebatnya yakni nafsu akan harta.  Firman Tuhan mengingatkan bahwa cinta pada uang merupakan akar segala kejahatan (1 Timotius 6:10).  Karena dari keinginan untuk menimbun harta, seseorang dapat melakukan pencurian, perampokan, penipuan, korupsi, dan bahkan menyingkirkan seseorang entah dengan tipu daya ataupun cara kekerasan (membunuh).

Semoga kita dijauhkan dari nafsu-nafsu yang tidak benar dan tidak pada tempatnya.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Saturday, May 15, 2010

Ibadah Palsu

Ibadah Palsu (2 Timotius 3:5)

Terkadang kita sering dikecewakan oleh orang-orang yang tampaknya rohani, tetapi ternyata melakukan hal yang tidak rohani.  Sudah bukan berita lagi jika ada orang yang bercerita bahwa dirinya tertipu dan penipunya adalah teman gerejanya sendiri.  Bahkan yang lebih sadis ialah temannya bukan jemaat biasa, tetapi memiliki posisi tertentu di gereja dan terkenal aktif dalam pelayanan tertentu pula.  Benar-benar memalukan!

Maka dalam memilih partner bisnis, kita harus berhati-hati.  Jangan lekas percaya pada seseorang dan jangan juga terlalu percaya karena dia sudah lama menjadi temanmu atau karena dia seorang kristen yang taat.

Godaan harta dan wanita bisa membuat seseorang berubah total.  Seseorang yang jujur bisa menjadi curang.  Seseorang yang setia bisa melakukan perselingkuhan.  Tolak ukur dia seseorang yang aktif dalam pelayanan bukanlah tolak ukur yang baik.  Karena banyak orang melayani karena maksud-maksud tertentu, misalnya mendapat bisnis sampingan, ingin menjadi terkenal, ingin memiliki banyak teman bisnis, dlsb.  Jadi hatinya tidak murni melakukan pelayanan.

Sebab itu jauhkanlah diri kita dari melakukan ibadah palsu.  Tuhan pasti tidak berkenan dan tidak akan menilai ibadah itu.  Alangkah sia-sianya jika kita masih melakukan ibadah palsu.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Friday, May 14, 2010

Kepentingan Bersama

Kepentingan Bersama (Filipi 2:3-4)

Kemacetan lalu lintas di Jakarta lebih banyak disebabkan oleh ketidakpedulian kepentingan bersama para pengguna jalan raya.  Yang berdagang hanya mementingkan dagangannya saja sehingga tidak peduli bahwa dagangannya telah mengganggu pejalan kaki sehingga pejalan kaki terpaksa harus berjalan di bahu jalan yang pada akhirnya membuat pemakai jalan lainnya terhambat jalannya karena harus berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya.  Pengendara motor seenaknya keluar masuk jalur bis transjakarta agar cepat mencapai tujuan tanpa memikirkan bahwa tindakannya menghambat laju kendaraan lain.  Pengemudi angkot seenaknya memarkir kendaraannya menunggu penumpang tanpa pernah memikirkan bagaimana kendaraan dibelakangnya menjadi terhambat jalannya.  Pengojek seenaknya mencegat calon penumpang yang baru turun dari angkot sehingga membahayakan baik dirinya maupun calon penumpangnya dan juga menghambat laju kendaraan lain.  Andai semua pemakai jalan raya memperhatikan kepentingan bersama, tentu Jakarta tidak akan macet.

Ada pengalaman menarik di Uganda.  Negara ini hanya memiliki sedikit traffic light, tetapi jalan lancar walau padat.  Mengapa?  Karena mereka tidak mementingkan diri sendiri.  Apabila ada dua kendaraan yang berlawanan arah dalam satu jalan yang sempit, mereka bukan saling mendahului malah memberikan kesempatan kendaraan yang lain untuk melintas terlebih dulu, bahkan ada kendaraan yang mau mundur hanya untuk mempersilakan kendaraan lain lewat.  Dan itu berlaku hampir di semua sudut jalan Uganda.  Luar biasa, kan?!

Paulus mengatakan sebagai pengikut Yesus, kita pun hendaknya tidak mementingkan diri sendiri dan juga tidak mencari kebanggaan / kehormatan diri diatas kepentingan bersama.  Kebersamaan itulah yang harus diperhatikan dan diutamakan.  Dalam pribahasa orang Jawa, mangan ora mangan, ngumpul.  Sungguh mempunyai arti yang dalam walau terkadang kita menertawakan sikap itu.  Tetapi, percayalah tidak mudah melakukan kebersamaan seperti itu.

Hanya dengan menyangkal diri dan kepedulian akan yang lain, kita bisa mendahulukan kepentingan bersama.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Melupakan

Melupakan (Filipi 3:13-14)

Seorang siswa akan kena hukuman jika melupakan kewajibannya.  Tetapi Paulus mengajarkan kita untuk melupakan apa yang telah lalu dan memusatkan pada tujuan yang ada di depan.  Melupakan apa?  Khong Hu Cu berkata “Siapa yang melupakan sejarah, akan mengulang kesalahan yang sama.”  Jadi apa yang harus dilupakan?

Beberapa hal yang harus dilupakan antara lain :

Perasaan sakit hati, dendam, atau amarah. 

Sudah tidak pada tempatnya seorang pengikut Yesus masih menyimpan sakit hati, dendam, atau amarah.  Yesus telah memaafkan kita seutuhnya, maka tidaklah benar jika kita tidak bisa memaafkan orang lain.

Perbuatan dosa

Lupakan perbuatan dosa.  Maksudnya bukan berbuat dosa kemudian melupakan.  Tetapi tidak lagi melakukan perbuatan dosa itu.  Misalnya dulu sering berjudi, maka sekarang sudah harus melupakan judi.

Perasaan menyesal

Perasaan menyesal yang berlarut-larut akan menghancurkan semangat.  Menyesal tidak melakukan sesuatu atau menyesal telah melakukan sesuatu. Keduanya sama buruknya.

Perasaan takut gagal

Thomas Alva Edison tidak akan berhasil menemukan bohlam tahan lama, dan penemuan lainnya, jika dia berhenti pada kegagalannya.  Ketika Thomas disebut jenius, dia hanya mengatakan 'Jenius ialah 1% inspirasi dan 99% keringat."

Kesombongan

Kesombongan hanya akan menjatuhkan kita dalam kegagalan total.  Dan konon orang menjadi sombong karena ketidaktahuannya dan pengertiannya yang dangkal.  Sehingga hanya menganggap dirinya yang lebih daripada yang lain.  Tidak mengetahui diantara gunung-gunung tinggi ada lagi gunung yang lebih tinggi.

Rendah diri

Sikap tidak percaya kemampuan sendiri.  Mungkin terbiasa hidup dalam bayangan orang lain, sering mendapat tekanan, atau dimanjakan secara berlebihan sehingga semua kegiatannya terlindungi (over protection oleh orangtuanya atau lingkungannya).

Jadi yang harus dilupakan ialah sikap dan perasaan negatif.  Dengan melupakan semua itu, maka kita dapat melangkah lebih maju dalam kehidupan rohani kita.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Sunday, May 09, 2010

Harta

Harta (Lukas 12:13-21)

Dalam sebagian besar firman-Nya, Yesus selalu mengingatkan bahwa jangan terlalu serakah dalam hal harta dan jangan terikat pada harta yang ada.

Ada dongeng yang menceritakan seorang tukang kayu yang hidupnya selalu ceria dan berdendang setiap hari.  Ada seorang bangsawan yang iri akan keceriaan tukang kayu itu.  Maka diberikannya tukang kayu itu hartanya yang banyak. Maka sekarang di tukang kayu itu penuh harta.  Tetapi, ada perubahan yang terjadi pada tukang kayu itu.  Dia tidak lagi ceria.  Dia tidak lagi bisa ke mana-mana karena takut hartanya dicuri.  Dia tidak bisa lagi bernyanyi karena takut mengundang perhatian pencuri.  Dia hidup dalam depresi karena hartanya.  Diakhir dongeng tukang kayu itu mengembalikan harta sang bangsawan dan dia kembali ceria dengan harta yang dia miliki.  Ternyata harta bisa juga menghilangkan damai sejahtera!

Adakah harta yang kita miliki sekarang membawa damai sejahtera untuk kita ataukah membawa berbagai macam masalah seperti permusuhan dengan saudara-saudara kita, berbagai penyakit dalam keluarga, dlsb.? 

Salam kasih, Deny S Pamudji

Rambut

Rambut (Lukas 12:6-7)

Konon ada kepercayaan (tahyul) jika seseorang menabrak mati seekor kucing, maka pada saat orang itu mati dan hidup di akhirat, orang tersebut akan disuruh menghitung bulu kucing yang mati ditabraknya.  Salah menghitung satu helai bulu akan mendapat siksaan.  Maka tidak heran banyak pengemudi (yang percaya pada tahyul ini) lebih memilih menabrak mati orang dibanding menabrak mati kucing.

Berapa helaikah jumlah rambut kita?  Dan berapa helaikah rambut yang rontok atau lepas setiap harinya?  Mungkin dengan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang, kita sudah dapat memperkirakan itu semua.  Tetapi, jauh sebelum itu, Tuhan telah mengetahui semua.  Jika kita diperboleh mengintip pusat data (data base) Tuhan, di sana telah tercantum secara rinci, data2 sbb. nama, jumlah rambut sekarang, jumlah rambut yang akan tumbuh, jumlah rambut yang akan rontok, jumlah rambut yang telah rontok, dst.  Semua ada dengan jelas!

Apa arti semua itu?  Jika untuk rambut saja Tuhan peduli, maka sesungguhnya Dia juga peduli akan seluruh hidup kita.  Cuman mengapa tampaknya Dia tidak peduli?  Pertanyaan ini dapat dijawab dengan seberapa jauhkah kita mempercayakan hidup kita pada-Nya?  Seberapa jauhkah kita melibatkan Tuhan dalam segala tindak laku / rencana kita?

Salam kasih, Deny S Pamudji

Friday, May 07, 2010

Tubuh

Tubuh (1 Korintus 6:12-20)

Hampir pasti di mana pun kita berada selalu mudah mendapatkan penikmat makan.  Orang-orang ini tahu pasti di mana penjual makanan yang enak dan jenis makanan yang enak.  Bahkan bukan hanya di daerah/tempat dia tinggal, tetapi juga mengetahui yang ada di luar pulau, bahkan di luar negeri sekali pun.  Benar-benar luar biasa!!

Nikmatnya makan membuat sebagian orang mengatakan jika mau menikmati hidup, ya, harus menikmati makan.  Maka perutnya dijejali berbagai makanan dan mereka baru berhenti atau terpaksa berhenti jika sudah ada gejala penyakit atau terkena penyakit tertentu.  Padahal kenikmatan makan itu hanya sebatas lidah dan pangkal tenggorokan atau tidak lebih dari rongga mulut.

Umat Israel yang dibawa Musa keluar dari Mesir termasuk umat yang beruntung karena mereka pernah merasakan manna yang sering disebut roti sorga.  Manna ini sangat khas karena tidak bisa disimpan untuk ‘ngemil’.  Mau ambil seberapa banyak pun boleh, tetapi jika disimpan, akan rusak dengan sendirinya.  Sebenarnya itu merupakan pembelajaran dari Allah agar kita bisa mengatur takaran makan yang benar dan tidak terlalu berlebihan.

Selain menjaga makanan, tubuh kita juga harus dijaga dari kecabulan.  Dijauhkan dari menikmati seks diluar pasangan yang sah.  Perbuatan dosa yang lain terjadi di luar tubuh kita, tetapi percabulan menodai tubuh kita.

Allah telah menebus kita dan hidup kita bukanlah milik kita lagi.  Muliakanlah Allah dengan tubuh duniawi kita yang tidak sempurna ini.  Kewajiban kitalah agar menjaga tubuh ini tetap layak untuk dipakai oleh-Nya.  Tubuh kita adalah bait Allah dan tempat Roh Allah bersanding.  Jika tubuh ini ternoda, maka Roh Allah tidak akan menempatinya dan tubuh itu akan menjadi tempat roh-roh kenajisan sehingga berkat Allah sulit turun pada.

Sebab itu perhatikanlah apa yang kita makan dan jagalah diri dari percabulan.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Tuesday, May 04, 2010

Roh Dunia

Roh Dunia (Galatia 4:8-11)

Kehidupan selalu ada naik dan turun, senang dan sedih, berhasil dan gagal, tetapi ada orang yang tidak bisa menerima hal yang tidak baik.  Sehingga pada saat itu, orang tersebut panik dan mudah mempercayai tahyul ataupun ajaran roh-roh dunia.  Ada yang menggali kubur akibat petunjuk fung shui yang mengatakan kesialan dia disebabkan karena kubur orangtuanya menghadap arah yang salah.  Ada juga yang datang ke dukun untuk mendapatkan jimat-jimat.  Ada yang ke tempat orang sakti untuk diisi.  Ada yang datang ke tempat keramat untuk diberi pelindungan.  Intinya bukan datang pada sumber yang benar, tetapi pada roh-roh dunia.

Apa yang dikuatirkan Paulus pada jemaat Galatia ternyata masih terjadi hingga sekarang. Masih banyak pengikut Yesus yang membaca ramalan horoskop, shio, dan primbon.  Masih banyak pengikut Yesus yang menganggap dirinya setara dengan binatang sehingga dengan bangga mengatakan aku shio ini atau itu.  Atau juga menganggap dirinya dalam pengaruh dewa-dewi sehingga percaya bahwa dirinya dalam pengaruh rasi bintang ini atau itu.

Mengapa masih ada yang percaya pada ajaran roh-roh dunia?  Tidak lain dan tidak bukan karena orang-orang tersebut belum mengenal kasih dan kuasa Tuhan dengan benar.  Jika mereka mengetahui kuasa Tuhan lebih dahsyat dibanding kuasa roh-roh dunia, mereka pasti akan bersandar pada Tuhan.  Jika mereka mengenal kasih Tuhan, tentunya mereka tidak akan mengkhianati kasih itu dengan berpaling pada roh-roh dunia.

Sudahkah kita meninggalkan ajaran roh-roh dunia?  Sudahkan kita melakukan pemutusan hubungan itu?  Jika belum, lakukanlah sekarang juga atau engkau tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Saturday, May 01, 2010

Sekitar Anak

Sekitar Anak

Anak merupakan titipan Tuhan bagi kita.  Maka sebagai titipan, anak bukanlah milik kita dan tidak boleh kita menganggapnya sebagai milik kita sehingga kita menolak jika Tuhan ingin memakainya ataupun memanggilnya.

Dalam titipan yang Tuhan berikan, Tuhan juga memberikan talenta (kemampuan tertentu yang ada dari lahir) dan rezeki pada masing-masing anak.  Karena itu bagaimana pun susahnya sekarang ini, kita harus tetap menjaga titipan itu dengan baik.

Tuhan juga ingin kita tidak mempermalukan anak dan anak juga diharapkan tidak mempermalukan orangtuanya.  Dikatakan harta terbesar orangtua ialah anak cucu yang baik.

Tuhan juga ingin kita tidak mendukakan anak.  Artnya janganlah kita sampai tidak mempedulikan anak-anak kita.  Kita perlu memperhatikan apa yang dibutuhkan selain kebutuhan pokok yang utama seperti mendapat kebutuhan jasmani yang cukup, mendapat pendidikan, mendapat kasih sayang.

Dari seorang anak, kita pun dapat belajar bagaimana kasih Bapa terhadap Anak, Yesus, sobat kita.  Dan sifat tulus anak (kecil) dijadikan contoh sebagai calon-calon penghuni sorga.

Kewajiban kita sebagai orangtua ialah menjadikan anak-anak kita bisa hidup mandiri di saat kita sudah tiada.  Karena itu janganlah kita bersedih pada saat anak-anak kita meninggalkan kita untuk hidup mandiri.  Justeru kita perlu berbangga dan bersuka cita pada Tuhan karena kita sanggup menjaga titipannya dan menjadikannya suatu individu yang baru.

Siapa yang lalai memperhatikan anak-anaknya, maka berarti dia tidak menghargai titipan yang Tuhan berikan dan janganlah heran jika berkat Tuhan tidak dapat turun kepadanya.

Yang terakhir dan tidak kalah pentingnya ialah kita diharapkan memperhatikan titipan Tuhan ini yang telah ditinggal orangtuanya (anak2 yatim piatu).  Kewajiban kita bersama untuk memperhatikan mereka juga.

Salam kasih, Deny S Pamudji

Popular Posts