Thursday, April 19, 2012

Cara Hidup

AGAR DOA TAK TERHALANG (1 Petrus 3:8-12)

Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

"Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapiwajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." (1 Petrus 3:12)

Pernahkah Anda merasa begitu sulit untuk berdoa? Saya pernah. Dan hari-hari itu mengerikan. Saya bisa kelihatan sedang berdoa, berusaha merangkai kalimat-kalimat doa, tetapi sebenarnya saya tidak sedang terhubung dengan Tuhan. Firman Tuhan sebenarnya sudah memperingatkan kita tentang hal ini.

Persis sebelum bagian yang kita baca, Petrus mengingatkan para suami  untuk mengasihi dan menghormati istrinya agar doanya tidak terhalang. Lalu, Petrus meneruskan nasihatnya kepada seluruh jemaat agar mereka hidup dalam kasih dan damai, menjauhi yang jahat, karena Tuhan tidak akan mendengarkan permohonan orang-orang jahat (ayat  12). Jika kita meneruskan hingga 1 Petrus 4:7, sekali lagi kita akan menemukan bahwa Petrus menasihati jemaat untuk menguasai diri dan menjadi tenang supaya dapat berdoa. Dapatkah Anda melihat kesamaannya? Ada cara hidup yang menghalangi doa, ada cara hidup yang menolong kita memiliki kehidupan doa yang baik. Pesan ini  diulang-ulang Petrus dalam suratnya.

Bayangkan Tuhan mendengar saya berdoa mohon damai sejahtera, tetapi  tiap hari mengisi pikiran dan hati saya dengan kekecewaan dan kepahitan. Saya mohon hubungan yang penuh kasih, sementara saya sendiri tidak mau mengasihi. Menggelikan bukan? Bagaimana saya bisa menuntut Tuhan mendengar doa saya, sementara hidup saya menunjukkan bahwa saya tidak serius dengan apa yang saya doakan? Tuhan memanggil  anak-anak-Nya untuk hidup dalam kebenaran. Adakah hal-hal yang harus Anda bereskan di tengah keluarga, rekan kerja, persekutuan orang percaya, supaya doa Anda tidak terhalang? --ELS

JIKA SERIUS DENGAN TUHAN, KITA AKAN SERIUS DALAM DOA; JIKA SERIUS DENGAN DOA, KITA AKAN SERIUS DALAM CARA KITA HIDUP.

Sumber : Renungan Harian

Tempat Mengerikan

NERAKA (2 Tesalonika 1:1-12)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya (2 Tesalonika 1:9)

Salah satu topik gurauan yang cukup sering dibuat oleh orang Kristiani adalah tentang neraka. Banyak cerita lucu atau tidak serius mengenainya sehingga bisa sampai kepada kesimpulan: "tidak ada yang perlu ditakuti dengan neraka." Ini ibarat seorang penjinak  bom yang sedang menjinakkan bom berbahaya sambil bergurau dengan temannya. Ia sedang menyepelekan sesuatu yang bisa merenggut nyawanya.

Sebagaimana surga, Alkitab juga menandaskan kepastian adanya neraka. Alkitab di beberapa tempat menggambarkan sekilas mengenai tempat ini dan mereka yang akan menghuninya. Neraka dalam banyak hal dikontraskan dengan surga. Ia adalah tempat di mana tidak akan pernah dirasakan kehadiran Allah. Mereka yang dihukum di sana akan  mengalami penderitaan fisik dan tentu juga batin. Dan, penghukuman tersebut akan tidak berkesudahan. Di tempat ini, pertobatan dan penyelesalan sudah tidak ada gunanya. Ini bukanlah bentuk kekejaman Allah, melainkan lebih merupakan konsekuensi bagi mereka yang menolak dan memberontak terhadap Dia. Neraka adalah tempat terjadinya keterpisahan dan keterasingan antara manusia dan Allah  selama-lamanya (ayat 9).

Neraka sungguh ada karena Allah mengatakannya. Tentu kita tidak akan pernah berharap untuk berada di sana. Namun, mungkin saja kita akan terkejut karena menjumpai sesuatu yang tidak pernah kita harapkan.  Kemudian kalau kita juga peduli supaya tidak banyak orang yang  menghuninya, jangan bergurau tentangnya. Ceritakan fakta sebenarnya tentang neraka agar semua orang mencari tahu jalan untuk  menghindarinya. Sudahkah Anda melakukannya? --PBS

NERAKA ADALAH TEMPAT MENGERIKAN YANG TIDAK PANTAS DIJADIKAN GURAUAN.

Sumber : Renungan Harian

Masa Lalu

Lakukan Lagi
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Mazmur 119:43-44 “Sebab aku berharap kepada hukum-hukum-MU. Aku hendak berpegang pada taurat-MU senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya.”

Saya pernah mendengar suatu cerita tentang sebuah gereja kecil yang mengadakan reuni. Seorang mantan jemaat yang menghadiri perayaan itu telah menjadi seorang jutawan. Ketika ia bersaksi bagaimana Allah memberkatinya selama bertahun-tahun, ia mengaitkan hal itu dengan suatu peristiwa dari masa kecilnya.

Ia mengatakan bahwa ketika masa kecil, saat ia mendapatkan penghasilan pertama, ia memutuskan untuk menyimpannya sampai akhir hidupnya. Namun kemudian seorang misionaris tambu berkhotbat tentang kebutuhan mendesak di ladang misi. Ia bergumul untuk memberikan uangnya itu. “Namun, Tuhan menang,” kata lelaki itu. Kemudian, dengan bangga ia menambahkan, “saya memasukkan uang yang menjadi harta saya itu ke dalam kantung persembahan. Dan saya yakin, alasan Allah sangat memberkati saya adalah karena ketika masih kecil, saya memberikan semua yang saya miliki kepada-Nya.”

Jemaat terharu mendengar itu. Namun, kemudian seorang wanita tua bertubuh kecil yang duduk di depan bersuara, “Saya tantang Anda untuk melakukannya lagi!”

Prestasi masa lalu bukanlah ukuran kedewasaan rohani saat ini. Mazmur 119:44 mengatakan, “Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa.” Pemazmur sadar ia perlu menjaga komitmennya selalu segar setiap hari.

Sebagai orang Kristen, kita tidak dapat mengandalkan kemenangan-kemanangan masa lalu. Saat ini kita harus memberikan kesetiaan kita seutuhnya kepada Tuhan. Maka tidak ada orang yang akan menantang kita, “Aku menantangmu untuk melakukannya lagi!”

Gunakanlah masa lalu sebagai “Papan Loncat” bukan sebagai “Sofa”

Sumber: Kingdom Magazine Februari 2010

Tuesday, April 17, 2012

Arti Iman

HIDUP BERIMAN (Ibrani 11:30-40)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan (Ibrani 11:36)

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata "beriman"? Bagi banyak orang, itu artinya memercayai Tuhan sanggup mengerjakan hal-hal yang luar biasa, seperti memberikan keturunan bagi Abraham yang sudah lanjut usia, membelah Laut Merah, atau meruntuhkan tembok Yerikho.

Namun, kitab Ibrani juga mencatat bahwa "beriman" termasuk  memercayai Tuhan ketika Dia bekerja "di balik layar". Misalnya dalam kasus Rahab yang tidak binasa karena sudah menolong para mata-mata, atau Daud yang mengalahkan kerajaan lain dengan tentaranya (ayat 31-34). Dari sisi manusia tak ada mukjizat yang mencolok, tetapi  jelas ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Yang mengejutkan, ternyata "beriman" juga termasuk memercayai Tuhan ketika Dia mengizinkan penderitaan. Ada orang-orang yang disebut beriman ketika mereka dipenjara, dibunuh, hidup dalam kekurangan, dan sebagainya  (ayat 36-37).

Hidup beriman tidak menjanjikan kita untuk selalu mengalami mukjizat dan keberhasilan. John Piper menyimpulkan, "Tuhan memiliki tujuan-tujuan-Nya sendiri yang tidak kita ketahui. Dan, iman berarti kita percaya bahwa tujuan-tujuan Tuhan itu baik .... Iman berarti mengasihi Tuhan lebih dari hidup, dari keluarga, dari pekerjaan, dari rencana pensiun, ... dari impian membangun rumah, atau mengumpulkan uang. Iman berkata, 'Baik Tuhan memelihara hidupku atau mengizinkan aku menderita, aku tetap mengasihi-Nya.'" Tuhanlah upah kita (ayat 6), yang menyediakan tempat tinggal kekal kita (ayat 10),  harta yang kekal dan lebih berharga daripada segalanya (ayat 26). Apakah ini menggambarkan iman Anda? --ELS

MAKIN SULIT KEADAAN, MAKIN BESAR IMAN YANG DINYATAKAN, BAHWA TUHAN ADALAH YANG PALING BERHARGA DAN MULIA DALAM KEHIDUPAN.

Sumber : Renungan Harian

Guna Alkitab

Why Bible?

Alkitab merupakan sebuah buku sejarah. Alkitab adalah bukti sejarah. Ini tidak membuat Alkitab membosankan tetapi malah merupakan suatu keindahan tersendiri bagi Alkitab. Sejarah ada bukan untuk dihafal melainkan untuk diperingati. Kita belajar dari sejarah bahwa kita tidak pernah belajar dari sejarah. Kita selalu saja mengulang kesalahan yang sama. Tetapi Alkitab ada, Alkitab merupakan bukti sejarah, supaya kita bisa belajar dari sejarah, dari kesalahan2 tokoh2 Alkitab & belajar untuk tidak mengulanginya lagi.

Yudas 1 : 7 berbicara mengenai Sodom & Gomora. Bayangkan, kejadian Sodom & Gomora telah terjadi lama sekali, di kitab Kejadian, tetapi Yudas masih refer ke kejadian tragis ini. Kita perlu belajar dari sejarah.

Alkitab terdiri dari 2 gaya penulisan : normatif & deskriptif. Isi normatif Alkitab berlaku sepanjang zaman sementara isi deskriptif Alkitab merupakan suatu gambaran, supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan nenek moyang kita di Alkitab. Kita membaca Alkitab untuk mencari kebenaran & bukan untuk mencari pembenaran diri. Jangan sampai kita membaca Alkitab dengan suatu tujuan untuk mencari ayat-ayat yang mendukung perbuatan & kehidupan kita. Kalau ini merupakan motivasi kita dalam membaca Alkitab, apabila ada sesuatu di dalam Alkitab yang bertentangan dengan kita, kita akan segera menolak & bahkan membuang Alkitab.

Alkitab itu Firman Tuhan. Alkitab bukan berisi Firman Tuhan tetapi Alkitab merupakan Firman Tuhan, Firman yang dinafaskan Tuhan untuk menuntun hidup kita. Alkitab dapat membentuk karakter kita & kita harus tunduk kepada Firman Tuhan ini. Apabila kita salah, Alkitab akan meralat kita, kita harus mau diralat, kita harus memperbaiki diri & memegang prinsip-prinsip Alkitab. Kita harus memperingati kebenaran sejarah yang tertulis di dalam Alkitab & belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Kawan remaja, belajarlah untuk mencintai sejarah.

Alkitab merupakan perjanjian Allah dengan umatNya. Alkitab merupakan tanda perjanjian Allah dengan kita. Kita harus mengingat perjanjian yang mengikat kita ini. Tanda perjanjian Allah dengan Abraham merupakan sunat, & tanda perjanjian Allah dengan kita sekarang juga merupakan sunat–sunat secara rohani, sunat hati di dalam Tuhan. Kita harus percaya kepada Tuhan, tunduk & taat kepada perjanjianNya dengan kita. Saat Teduh merupakan waktu di mana kita bisa mengingat perjanjian kita dengan Tuhan. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar. Sifat paling dasar manusia adalah pelupa. Karena itu, kita perlu membaca Alkitab setiap hari, kalau perlu menghafal Alkitab, supaya kita tidak melupakan perjanjian kita dengan Tuhan!

Why Bible? Karena Alkitab membentuk gaya & pola hidup kita yang baru sebagai umat pilihan Tuhan! Segala tulisan diilhamkan Allah – 2 Tim 3 : 16. Alkitab akan mengajar kita di dalam kebenaran. Alkitab ditulis menurut kehendak Tuhan walaupun dengan gaya bahasa penulis yang berbeda-beda.

Apabila kita melihat cermin, yang kita lihat bukan kacanya, tetapi kita melihat apa yang ada di dalam kaca tersebut. Kita melihat diri kita, apakah ada yang kotor di muka kita. Begitu juga seharusnya apabila kita membaca Alkitab, Alkitab bagaikan sebuah cermin, apabila kita membaca Alkitab, kita harus bercerrmin untuk melihat apakah ada yang kotor di hidup kita & kita harus memperbaikinya! Jangan sampai kita gagal mempengaruhi orang lain untuk percaya Tuhan & kemudian malah kita yang terpengaruh oleh dunia! Ini namanya bukannya menggarami malah kita yang digarami!

Zaman ini penuh dengan tipu muslihat iblis. Zaman ini dibelenggu kuasa kegelapan. Di Matius 4 : 1 – 11, Yesus dicobai iblis. Tawaran iblis memang menggiurkan – materialism & sexualism. Iblis berjanji untuk memberikan semua yang kita mau asal kita menyembah dia. Kawan remaja, hati-hati! Kita akan menuai apa yang kita tabur! Jaga masa muda kita! Mazmur 119 : 9 berkata, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan Firman-Mu.” Kawan remaja, kenikmatan sesaat dapat menghancurkan seluruh masa depan kita. Karena itu, jaga masa muda kita! Takutlah akan Tuhan!

Zaman sekarang ini, iblis menggunakan jalur agama untuk menyesatkan orang. Iblis juga tahu isi Alkitab. Pada waktu iblis mencobai Tuhan Yesus, iblis berkata, “Ada tertulis…” Ini membuktikan bahwa iblis pun tahu isi Alkitab & dapat menggunakannya against kita! Karena itu, kawan remaja, kita perlu kecermatan & kita perlu Alkitab.

Alkitab dapat membentuk hidup kita. Kita perlu menjaga kesucian & kemurnian kita supaya kita diberkati Tuhan & mempunyai masa depan yang baik. Kita harus mempunyai identitas anak Tuhan yang setia, yang semakin bertumbuh di dalam iman & talenta kita di hadapan Tuhan. Alkitab ditulis berdasarkan kebenaran & fakta kebenaran. Alkitab akan membawa kita kepada kehidupan yang benar pula, Alkitab akan membentuk hidup kita sehingga kita tidak lagi diombang-ambingkan iman percaya kita.

So, kawan remaja, saat teduh tiap hari, belajar dari Alkitab, ingat sejarah, jangan ulangi kesalahan yang sama, jaga perjanjian kita dengan Tuhan, pegang perjanjian itu, akui kebenaran Firman Tuhan & cari kebenaran itu! Terakhir, gunakan! Praktekkan semua itu!

Komisi Remaja Gereja Presbyterian Orchard mengucapkan selamat membaca Alkitab dengan semangat yang diperbaharui.  Tuhan memberkati

Sumber : Ringkasan khotbah Pak Joseph Teo, Minggu, 27 Januari 2002, Komisi Remaja Gereja Presbyterian Orchard, Tema : Why Bible?, (1 Kor 10 : 11, Yer 30 : 2, Kel 24 : 4 & 7, 2 Tim 3 : 16, Yoh 21 : 24 & 25)

Friday, April 13, 2012

Sikap Puasa

BERPUASA YANG KUKEHENDAKI (Yesaya 58:1-12)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk ... (Yesaya 58:6)

Apa yang Anda pikirkan saat mendengar kata "puasa"? Saya langsung  membayangkan tidak makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, disertai doa-doa yang kata orang lebih "ampuh" daripada biasanya. Bagaimana seharusnya kita berpuasa?

Alkitab mencatat apa yang Tuhan kehendaki ketika umat-Nya berpuasa.  Menegakkan kebenaran, berbelas kasih kepada sesama (ayat 6-7). Tidak melakukan yang memberatkan sesama, apalagi mencelakakan (ayat 9). Menahan diri tidak menikmati apa yang diinginkan diri sendiri, tetapi memberikannya untuk memenuhi kebutuhan orang yang tak berdaya  (ayat 10). Betapa Tuhan berang ketika umat-Nya menjalankan puasa  hanya sebagai ritual belaka, dan menuntut Tuhan menjawab doa karena mereka merasa sudah melakukan kewajiban yang diminta (ayat 1-3). Kelihatannya saja mereka mencari dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, tetapi sehari-harinya, mereka tidak takut melakukan apa yang jahat, seolah-olah Tuhan tidak ada (ayat 4-5).

Tuhan berjanji menyertai, bahkan memuaskan kebutuhan kita, ketika  dalam puasa kita merelakan bagian kita untuk memenuhi kebutuhan orang lain (ayat 11). Sikap itu dikatakan akan "membangun reruntuhan" yang sudah lama tak bisa dihuni (ayat 12). Belas kasihan dapat menembus hati yang keras hingga mereka juga dapat mengenal  hidup yang berkenan kepada Tuhan. Betapa baiknya jika kita mengambil waktu untuk berdoa puasa dan menjalankannya seperti yang Tuhan kehendaki. Kita ditolong makin bertumbuh mengasihi dan makin mengandalkan-Nya; sesama pun dibawa makin mengenal-Nya melalui kasih kita kepada mereka. --AMS

PUASA, PERTAMA-TAMA MENGUBAH MANUSIA, BUKAN MENGUBAH ALLAH.

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, April 11, 2012

Bersyukur

TERSUNGKUR UNTUK BERSYUKUR (Lukas 17:11-19)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Salah seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu sujud di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu orang Samaria. (Lukas 17:15-16)

Pengemis buta duduk di emper toko. Di sebelahnya ada papan bertuliskan, "Saya buta, kasihanilah saya". Pria tua menghampirinya dan mengganti tulisan di papan, "Hari ini indah, sayangnya saya tak bisa melihatnya". Tulisan di papan itu mengungkapkan hal yang sama, tetapi dengan cara berbeda. Yang pertama mengatakan bahwa pengemis  itu buta; yang kedua mengatakan bahwa orang yang lalu-lalang sangat beruntung bisa melihat. Akhirnya, banyak orang memberi koin kepada pengemis itu setelah tulisannya diganti. Orang-orang itu bersyukur.

Bersyukur dan memuliakan Allah, itulah yang sedang diajarkan Yesus.  Sepuluh orang sakit kusta memohon kesembuhan (ayat 13). Namun, Tuhan Yesus malah meminta mereka pergi memperlihatkan diri kepada imam (ayat 14). Dan, semua sembuh di tengah perjalanan. Adakah yang kembali kepada Dia? Ada! Namun, cuma satu-orang Samaria-yang kembali sambil memuliakan Allah dengan nyaring (ayat 15). Ia sujud; mengucap  syukur di kaki Yesus, sebab ia bisa kembali menjalani kehidupan normal. Bagaimana dengan kesembilan orang lainnya? Datang kepada imam dan menunjukkan diri bahwa mereka tahir lebih penting daripada kembali dan bersyukur kepada Yesus.

Anugerah Allah yang "menyembuhkan" kita dari "penyakit" dosa dan maut semestinya mewujud dalam ucapan syukur. Mari melihat kembali isi doa kita. Dari sekian banyak doa permohonan, adakah ucapan syukur mengalir? Allah layak menerima syukur kita. Dia layak  dimuliakan karena Pribadi-Nya dan karena apa yang telah Dia perbuat bagi kita. Selamat bersyukur! --ENO

SYUKUR MERUPAKAN PENGAKUAN BAHWA SEGALA YANG ADA DAN TERJADI PADA KITA ADALAH BERKAT TUHAN.

Sumber : Renungan Harian

Monday, April 09, 2012

Death

Long-Awaited Reunion (1 Thessalonians 4:13-18)

We who are alive and remain shall be caught up together with them in the clouds to meet the Lord in the air. —1 Thessalonians 4:17

As a boy, I had a collie named Prince Boy, a great dog that I really loved. One day, he disappeared. I didn’t know if he had been stolen or if he had simply run away—but I was devastated. I searched everywhere. In fact, one of my earliest childhood memories is of climbing a tall tree from which I could scan our neighborhood in hopes of spotting him. I desperately wanted my beloved dog back. For weeks, I was always watching and hoping to see Prince Boy again. But we were never reunited.

There’s a much greater sense of loss when we think we’ll never again see a loved one who dies. But for those who know and love the Lord, death’s parting is only temporary. One day we will be reunited forever!

Paul assured the Thessalonians, “The dead in Christ will rise first. Then we who are alive and remain shall be caught up together with them in the clouds to meet the Lord in the air. And thus we shall always be with the Lord” (1 Thess. 4:16-17). The words that provide comfort to the grieving heart are together and we. These words of reunion indicate that followers of Christ don’t ever have to experience permanent separation. For us, death is not a goodbye; it’s a “see you later.” —Bill Crowder

We’ll be reunited one day
With our loved ones who have died
If they know the Lord as Savior—
Then with Him we will abide. —Sper

God’s people never say goodbye for the last time.

Source : Our Daily Bread

Saturday, April 07, 2012

Paskah

Maria Magdalena (Yohanes 20:1-18)
Oleh : Deny S Pamudji

Diperjanjian baru ada 4 Maria, antara lain Maria ibu Yesus, Maria perempuan yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi, Maria yang disembuhkan oleh Yesus dari tujuh roh jahat dan Maria saudara Martha dan Lazarus, seorang yang dibangkitkan dari kematian.

Jadi ketika menyebut Maria Magdalena, ada yang mengasosiasikan dengan Maria perempuan berdosa yang meminyaki kaki Yesus dan ada juga yang mengasosiasikan dengan Maria yang disembuhkan Yesus.  Tetapi ada kemungkinan besar Maria Magdalena yang melihat Yesus di salib dan yang pertama kali mengetahui kebangkitan Yesus adalah Maria Magdalena yang disembuhkan dari tujuh roh jahat (Lukas 8:2).

Maria Magdalena boleh disebut murid Yesus yang tidak dicatat dalam jajaran murid Yesus.  Hal ini dapat dimengerti karena adat orang Yahudi yang hanya mencatat laki-laki dibanding wanita.  Lihat saja bagaimana Alkitab hanya menulis Yesus memberi makan lima ribu orang laki-laki, tetapi tidak pernah merinci berapa jumlah wanita dan anak-anaknya saat itu.

Hanya dalam kitab Yohanes kita mengetahui bahwa Maria Magdalena datang 2 kali ke kubur Yesus.  Saat pertama datang, Maria melihat tutup kubur sudah terguling dan bergegas melaporkan pada Petrus dan murid-murid yang lain.  Kemudian bersama Petrus dan Yohanes, mereka ke kubur Yesus.  Yohanes berlari agar dapat mencapai kubur Yesus lebih dulu.  Setelah itu disusul Petrus dan Maria.  Setelah Petrus dan Yohanes memeriksa kubur dan tidak mendapatkan Yesus, mereka kembali ke rumah.  Tetapi Maria tidak meninggalkan kubur.

Maria berdiri dekat kubur dan menangis hingga mendapat sapaan dari malaikat dan kemudian melihat sendiri guru kesayangannya Yesus yang telah bangkit.

Ada 2 sikap tentang kebangkitan atau yang kini kita rayakan sebagai Paskah. 

Pertama sikap Petrus dan Yohanes, yang melihat kubur dan setelah itu pulang.  Tidak ada membawa perubahan apa pun walau mengetahui ada sesuatu yang besar terjadi.  Petrus dan Yohanes hanya menduga Yesus dicuri dan setelah itu selesai.  Mereka hidup dalam sikap apatis. 

Kedua sikap Maria Magdalena, yang melihat kubur, tetapi tidak langsung meninggalkan kubur.  Maria berdiri di sana dan menangis.  Maria mempunyai keingintahuan yang mendasar.  Siapa yang mencuri Yesus?  Artinya Maria mempunyai sikap ilmuwan.  Sikap yang mempertanyakan sesuatu yang terjadi.  Dan karena itu pulalah Maria mendapatkan yang dicarinya, Yesus.

Jangan biarkan Paskah berlalu begitu saja.  Paskah ada kemenangan besar dari Yesus Kristus terhadap maut dan dengan Paskah terbukti bahwa perkataan Yesus adalah fakta dan bukan mimpi.  Yesus bangkit.  Bukan bangkit sembarang bangkit, tetapi bangkit yang sudah dinubuatkan jauh sebelum itu terjadi.

Jika sesuatu terjadi dalam diri kita, janganlah menganggap itu sebagai hal yang lumrah dan kemudian menyerah dalam keadaan.  Sesuatu terjadi karena ada maksud Tuhan dalam hidup kita.  Tuhan ingin kita mendapatkan sesuatu dari itu dan bahkan sukacita yang besar.

Jadilah seperti Maria Magdalena yang tetap bertahan dan mempertanyakan apa yang ada dalam hatinya.  Yesus mau kita jujur pada diri kita dan berani bertanya pada-Nya apa saja yang mengganjal di dalam hati kita.  Tuhan pasti memberi jawab.  Selamat Paskah 2012 dan Tuhan Yesus memberkati.

Friday, April 06, 2012

Salibkanlah Dia!

Dilema Pilatus (Markus 15:1-15)
Oleh : Deny S Pamudji

Lalu Pilatus berkata kepada mereka,”Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak, “Salibkanlah Dia!” (Markus 15:14)

Sebagai pejabat daerah jajahan, Pilatus sudah mendengar tentang Yesus dari para bawahannya, tetapi berita yang diterima Pilatus tentunya tidak sama dengan apa yang sosok Yesus sesungguhnya.  Jadi tidak heran jika ada pertanyaan Pilatus pada Yesus apakah Dia raja orang Yahudi.

Dalam pengadilan itu (atau tepatnya pertemuan dengan Yesus bagi Pilatus) Pilatus mendapat jawaban dari Yesus yang membuat Pilatus ragu untuk menghukum Yesus.  Pilatus tidak dapat menemukan satu kesalahan pun yang dituduhkan kaum agamawan (ahli Taurat dan Farisi) pada Yesus terbukti.

Yesus bukanlah raja orang Yahudi, walaupun secara garis keturunan Yesus berdarah orang Yahudi.  Tetapi kedatangan Yesus ke dunia bukanlah untuk mendirikan kerajaan Yahudi atau kerajaan dunia, melainkan kerajaan Allah.  Kerajaan yang penduduknya terdiri berbagai macam ras di dunia karena kerajaan ini tidaklah membatasi penduduknya.  Siapa saja dapat masuk dalam kerajaan ini jika mau menerima Yesus dalam hatinya.

Pertanyaan lain yang ditanyakan Pilatus kepada Yesus dan yang menjadikan satu alasan mengapa timbul dilema (pertentangan) dalam diri Pilatus ialah soal kebenaran (the truth).  Karena Yesus berkata “Aku datang ke dalam dunia ini supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran.  Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”

Saat Yesus berkata tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia, saat itu hatinya juga tergerak.  Belum lagi Pilatus menerima utusan khusus dari isterinya, Claudia, yang menulis surat pada Pilatus agar tidak mencampuri urusan tentang Yesus.

Surat yang menghebohkan datang pada Pilatus dari isterinya.  Rupa-rupanya Claudia telah bermimpi tentang penyaliban Yesus.  Claudia diberi penglihatan bagaimana dahsyatnya penderitaan yang akan Yesus alami pada kayu salib.  (Menurut catatan kuno, Claudia kemudian bertobat dan menjadi pengikut Yesus)

Pilatus berusaha mencari jalan agar Yesus dapat dibebaskan dari hukuman dan setelah berpikir-pikir, Pilatus mendapat solusi di mana pada hari itu, hari Paskah (hari yang dirayakan orang Yahudi karena Tuhan telah membebaskan mereka dari orang Mesir) di mana Pilatus akan membebaskan seorang pesakitan (narapidana).  Maka dipanggillah seseorang yang bernama Yesus Barabas.  Seseorang yang dikenal sebagai pembunuh.

Maka Pilatus membawa Yesus dan Barabas kehadapan mereka (orang-orang Yahudi) dan minta mereka memilih satu dari Yesus atau Barabas untuk dibebaskan.  Namun massa di depan gedung pengadilan sudah termakan oleh kaum agamawan dan memilih Barabas untuk dibebaskan dan Yesus untuk disalibkan.

Demi menjaga posisi Pilatus dan menghindari kekacauan, akhirnya Pilatus dengan berat hati mengizinkan Yesus untuk disalibkan.  Tetapi, karena Pilatus tahu bahwa penyaliban Yesus bakal berdampak negatif, maka Pilatus mengambil air dan membasuh tangannya dihadapan massa dan berkata ,”Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini.  Itu urusan kamu sendiri.”  Dengan kata lain Pilatus menyatakan bahwa bukan dirinya yang mengambil keputusan untuk menyalibkan Yesus.

Dilema Pilatus mungkin juga merupakan dilema kita.  Di mana kita mengetahui kebenaran, tetapi ragu untuk memilih kebenaran.  Kita takut pada orang-orang sekitar kita.  Kita kuatir untuk menunjukkan iman kita.  Kita takut dibilang sok suci.  Kita takut bersaksi tentang Yesus.  Kita banyak takutnya sehingga orang tidak mengenal kebenaran dari kita.

Pilihan ada di tangan kita.  Jika hatimu berkata benar Yesus adalah manusia yang berbeda dengan manusia lain.  Yesus benar utusan Allah yang berkuasa penuh atas bumi dan sorga.  Bahkan Yesus yang mempunyai kuasa untuk menghakimi engkau dan saya.  Maka mengapa engkau menunda-nunda menerima Yesus dalam hatimu?!  Tuhan Yesus memberkatimu.

Thursday, April 05, 2012

Makna Roti & Cawan

BERITAKAN KEMATIAN-NYA (1 Korintus 11:17-34)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (1 Korintus 11:26)

Coba perhatikan sikap jemaat, termasuk diri kita sendiri, saat mengikuti Perjamuan Kudus. Beberapa orang melakukannya dalam rutinitas dan tanpa rasa. Bahkan, beberapa orang lebih suka membahas rasa anggur dan jenis roti yang dipakai, yang mungkin tak sesuai dengan seleranya. Tak pelak lagi, di banyak gereja, Perjamuan Kudus  nyaris kehilangan maknanya.

Jemaat di Korintus juga sempat mengalami hal yang sama. Mereka melakukan rutinitas Perjamuan Kudus tanpa menghayati maknanya (ayat 20). Paulus mengingatkan, Perjamuan Kudus diperintahkan oleh Kristus sendiri, dan setiap kali kita makan roti dan minum anggur, kita sebenarnya sedang memberitakan kematian Tuhan (ayat 23-26).  Kematian ini tidak akan pernah sama dengan kematian siapa pun. Bukan kematian akibat tidak mampu melawan maut yang menjemput, melainkan kematian yang direncanakan dan digenapi sebagai wujud kasih yang besar. Tubuh yang tercabik dan darah yang tercurah bercerita tentang luputnya manusia yang berdosa dari murka Allah oleh pengorbanan  Kristus. Melalui Perjamuan Kudus, jemaat Tuhan memberitakan kematian-Nya sampai Dia datang kembali (ayat 26).

Sebab itu, tak boleh kita mengangkat roti dan cawan dengan sikap  remeh, apalagi angkuh. Kita adalah sesama pendosa yang menerima anugerah pengampunan melalui kematian Yesus. Tiap kali menghadap meja perjamuan, izinkan berita ini memenuhi sanubari kita dengan rasa takjub sekaligus hormat kepada Tuhan. Banyak orang yang belum memahami dan mengalami karya-Nya. Kitalah yang seharusnya  memperkenalkan makna roti dan cawan kepada mereka. --PBS

YESUS SUDAH MATI BAGI KITA SUPAYA KITA HIDUP BAGI DIA.  MARI MENJADI PEWARTA KEMATIAN-NYA HINGGA DIA DATANG.

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, April 04, 2012

Sombong

Terpanggil Untuk Merendahkan Hati
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah," (Amsal 6:16-17)

Egoisme adalah "isme yang tidak kalah buruknya dengan komunisme, liberalisme, rasialisme, atau materialisme.

Kesombongan merupakan salah satu dosa yang paling besar dan paling lazim. Inilah dosa yang mendorong setan berbuat jahat. Iblis diusir dari surga bukan karena ia mabuk-mabukan atau berbuat sesuatu yang melainkan karena dia ingin menyamai dirinya dengan Allah (Yesaya 14:13-14). Karena Iblis ingin menaikkan dirinya lebih tinggi daripada Allah, maka ia diusir. Kesombongan adalah penyebab kejatuhannya dan kesombongan dapat juga menjadi penyebab kejatuhan kita.

Blaise Pascal berkata, " ada dua macam manusia: orang benar yang merasa dirinya berdosa; dan sisanya orang berdosa yang merasa dirinya benar." Itulah sebabnya Alkibat sering berbicara mengenai dosa kesombongan. Salomo membuat daftar tujuh dosa yang mematikan. Yang pertama dari ketujuh dosa itu adalah kesombongan (Amsal 6;16-19).

Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" (Matius 5:3). Rasul Paulus menulis, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9).

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah menyelamatkan manusia semata-mata karena kasih karunia? Ia berbuat demikian supaya kita tidak menyombongkan diri atas keselamatan itu. Allah bisa saja mengizinkan kita bekerja guna memperoleh keselamatan. Allah bisa saja mengizinkan kita mencari jalan sendiri menuju surga. Tetapi, Andaikan Ia berbuat demikian, kita akan segera menyombongkan diri. Dengan demikian Kkita pada akhirnya akan menjadi lebih buruk daripada sebelumnya. Jadi, Allah memberikan keselamatan atas dasar kasih karunia semata-mata supaya "jangan ada orang yang memegahkan diri".

Panggilan Yesus untuk menyerahkan diri merupakan panggilan untuk menjadi rendah hati. Kerendahan hati yang mendorong kita untuk mengakui dan menyesali dosa-dosa kita. Panggilan itu menuntut supaya kita mengesampingkan usaha kita sendiri serta pembenaran diri sendiri, lalu dengan sepenuhnya mempercayakan diri kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan.

Yesus mengatakan tiga hal tentang kesombongan yang perlu kita ingat:

1. Kesombongan adalah kejahatan yang terburuk. Dalam doanya, orang Farisi beryukur kepada Allah bahwa ia tidak seperti orang-orang lain. Kemudian ia mengemukakan tiga kejahatan yang tidak diperbuat dalam hidupnya: perampokan, kelaliman, dan perzinahan. Tetapi, dia tidak sadar bahwa celah hidup orang tersebut adalah pada kesombongan. Kesombongan melebihi semua dosa lain. Kesombongan membuat kita membandingkan diri dengan orang lain dan membuat kita merasa unggul. Kesombongan mencegah kita menyesali dosa-dosa lain.

2. Semua Kebaikan Menjadi Terhapus. Kesombongan menghapuskan semua kebaikan dalam hidup seseorang. Orang farisi itu bukan saja tidak melakukan hal-hal yang jahat, tetapi ia juga melakukan banyak hal yang baik dan positif dalam hidupnya. Namun, mereka salah karena melakukan semuanya itu untuk kepentingan diri sendiri, yakni kesombongan diri. Apapun yang ada hidup kita, kita harus menambahkan kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, rohani kita lebih buruk daripada perbuatan-perbuatan orang lain.

3. Kemenangan Menjadi Akhir. Ada perbedaan tindakan yang dilakukan antara pemungut cukai dan orang Farisi dalam memandang hidupnya di dalam Tuhan (Lukas 18:14). Kesombonganlah yang menghalangi orang Farisi untuk pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan. Ia pulang dengan bangga, tetapi tidak dibenarkan. Pembenaran merupakan ajaran yang paling besar dan paling penting dalam hidup Alkitab. Pembenaran artinya dibenarkan di hadapan hukum. Pembenaran berarti dibebaskan, terbukti tidak bersalah. Dalam arti kekristenan, itu berarti bahwa melalui pekerjaan Yesus Kristus, saya sebagai orang percaya menjadi "seolah-olah' tidak pernah berbuat dosa. Ini berarti bahwa saya diampuni, dibersihkan dan dapat diterima dalam pandangan Allah.

Ketika kita memandang salib, tidak ada tempat untuk kesombongan; yang ada hanya kerendahan hati pemungut cukai yang berkata, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini". dengan kerendahan hati seperti itulah kita datang kepada Kristus. Dalam jiwa seperti itulah kita terus hidup dengan DIA dari hari ke hari. Panggilan-Nya untuk penyerahan diri adalah panggilan untuk merendahkan hati dan menyesali dosa-dosa kita.

Sumber: Buku "Murid Sejati" Karangan Paul W.Powell.

Munafik

Ahli Taurat & Orang Farisi (Matius 23:1-36)
Oleh : Deny S Pamudji

“Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya, tetapi tidak melakukannya.” (Matius 23:3)

Seringkali dalam kehidupan, kita dikecewakan oleh orang-orang yang pandai berkata-kata atau berkata manis, tetapi perbuatannya serong alias curang.  Kita juga mengenal orang-orang yang omdo alias omong doang.  Semuanya enak didengar, tetapi ternyata hanya menebar impian saja.  Ada juga orang yang dijuluki serigala berparas domba.

Ada 2 kelompok masyarakat yang kurang disukai Yesus karena perbuatannya, mereka adalah para ahli Taurat dan orang-orang/kaum Farisi.  Yesus menyebut mereka munafik, pemandu buta, dan ular berbisa/beludak.

Apa alasan Yesus menyebut mereka demikian?  Ini alasannya :
1. Mereka tidak berbuat seperti yang mereka katakan/ajarkan
2. Mereka membuat peraturan dan memaksa pengikutnya untuk mengerjakannya, tetapi mereka sendiri mengabaikannya
3. Mereka sering melebih-lebihkan/memperlihatkan perbuatan baiknya hanya agar dilihat orang atau dalam bahasa gaul sekarang disebut lebay
4. Mereka selalu ingin mendapat tempat tersendiri atau ingin dihormati di mana saja.
5. Mereka merampas hak-hak para janda
6. Mereka mempengaruhi orang untuk berbuat jahat dengan dalil ajaran agama
7. Mereka bersumpah atas hal yang salah
8. Mereka patuh menjalankan perpuluhan, tetapi gagal dalam mempraktekan kasih terhadap sesama
9. Mereka senang pada pencitraan (digambarkan Yesus sebagai mendandani kubur dengan indah)
10. Mereka membunuh nabi-nabi

Mungkin kita belum seburuk dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi.  Tetapi jika ada satu dari sepuluh sifat para ahli Taurat dan kaum Farisi di atas pada diri kita, maka sebaiknya kita segera bertobat atau kita akan kehilangan kesempatan untuk menikmati kehidupan kekal bersama Yesus.  Tuhan memberkati.

Trust

The Catcher (John 14:1-6)

If I go and prepare a place for you, I will come again and receive you to Myself; that where I am, there you may be also. —John 14:3

Life is a risky enterprise. Sometimes we fly high, enjoying great success. But then suddenly we fall into deep disappointments and the haunting reality of failure, leaving our hearts wondering if there is anything worth looking forward to.

At a funeral recently, the pastor told the story about a trapeze artist. The performer admitted that although he is seen as the star of the show, the real star is the catcher—the teammate who hangs from another trapeze bar to grab him and guarantee a safe landing. The key, he explained, is trust. With outstretched arms, the flyer must trust that the catcher is ready and able to grab him. Dying is like trusting in God as the catcher. After we have flown through life, we can look forward to God reaching out to catch His followers and to pull us safely to Himself forever. I like that thought.

This reminds me of Jesus’ comforting words to His disciples: “Let not your heart be troubled . . . . I go to prepare a place for you. And . . . I will come again and receive you to Myself; that where I am, there you may be also” (John 14:1-3).

Life is indeed a risky business, but be encouraged! If you have put your faith in Jesus Christ, the Catcher is waiting at the end to take you safely home. —Joe Stowell

Home from the earthly journey,
Safe for eternity;
All that the Savior promised—
That is what heaven will be. —Anon.

Our heavenly Father’s arms will one day catch His children.

Source : Our Daily Bread

Love Others

The Greatest (Matthew 22:34-40)

“You shall love the Lord your God with all your heart, with all your soul, and with all your mind.” This is the first and great commandment. —Matthew 22:37-38

What is the greatest thing in sports? Is it championships? Records? Honors? In the Palestra, the University of Pennsylvania basketball arena, a plaque offers a different perspective on the greatest thing in sports. It reads: “To win the game is great. To play the game is greater. But to love the game is the greatest of all.” This is a refreshing reminder that sports are, after all, just the games we played with joy as kids.

A religious leader once asked Jesus about greatness: “Which is the great commandment?” (Matt. 22:36). Jesus responded by challenging that leader to love—love God and love others. Jesus said, “‘You shall love the Lord your God with all your heart, with all your soul, and with all your mind.’ This is the first and great commandment. And the second is like it: ‘You shall love your neighbor as yourself’” (Matt. 22:37-39).

Whatever else our faith in Christ compels us to do, there is nothing greater we can do than to show our love—for love reveals the heart of our holy heavenly Father. After all, “God is love” (1 John 4:8). It’s easy to be sidetracked by lesser things, but our focus must remain on the greatest thing—loving our God. That in turn enables us to love one another. There’s nothing greater. —Bill Crowder

When amazed by His love for me,
To love Him back became my prayer.
I sought an answer sincerely—
It was: Love the neighbor who’s there. —Verway

The proof of our love for God is our obedience to the commands of God.

Source : Our Daily Bread

Tuesday, April 03, 2012

Putus Harap

Buat Jantung Iman Anda Berdetak Kembali
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

clip_image001

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Reader’s Digest melaporkan bahwa orang-orang yang mengalami depresi serius mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk meninggal dunia karena penyakit jantung. Bahkan mereka yang mengalami depresi ringan mempunyai tingkat kefatalan 50% lebih tinggi dibandingkan mereka yang normal.

Dalam Amsal 12:12 dituliskan, “Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.” Ayat diatas berbicara tentang “hati” yang berkaitan dengan penyakit rohani maupun  penyakit fisik. Harapan yang tertunda dapat menyebabkan penyakit jantung, baik jasmani maupun rohani.

Harapan yang tertunda adalah saat impian mati, atau saat impian itu dihantui oleh ketakutan. Jika semangat telah menyurut dan kemasabodohan mengganggu, harapan yang tertunda mungkin sedang bekerja. Jika Anda menyadari diri Anda sedang mengikuti gerakan agamawi, melakukan dan mengatakan hal-hal dengan benar sementara merasakan kekosongan dan kematian dalam diri Anda, Anda mungkin korban dari harapan yang tertunda.

Jika kekecewaan tampaknya lebih kuat dibanding sukacita dalam kehidupan Anda; jika air mata muncul saat Anda berpikir tentang orang tertentu; Jika Anda tidak dapat mengembara ke beberapa tempat dalam pikiran dan hati Anda tanpa merasakan ketidaknyamanan atau emosi negatif; jika janji itu sekarang memancarkan kekecewaan atau sinisme bukannya iman; jika pernyataan “Allah akan menolong Anda” disambut dengan kebimbangan atau pertanyaan; Anda mungkin berada pada tahap tertentu penyakit jantung rohani karena dirongrong oleh penyakit yang bernama harapan yang tertunda.

Berita baiknya, sekalipun harapan yang tertunda dapat menyebabkan pernyakit yang fatal. Ada sebuah obat mujarab bagi Anda. Yesus, Sang Tabib Agung itu datang “untuk merawat orang-orang yang remuk hati” (Lukas 4:18-19, Yesaya 61:1).

Abraham dan Sara adalah sebuah contoh nyata mereka yang berhasil melalui serangan penyakit yang bernama harapan yang tertunda itu. Kasus mereka adalah kasus ekstrim yang bisa menyebabkan penyakit jantung secara rohani maupun jasmani. Anda dapat membaca bagaimana Abraham dan Sara tertawa sinis karena menunggu janji Tuhan selama 24 tahun, dan di kali terakhir Tuhan datang kepada Abraham, Dia menjanjikan seorang anak kepada mereka kembali.

Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" (Kejadian 17:17)

Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?" Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? (Kejadian 18: 12-13).

Abraham dan Sara mengalami masalah serius karena harapan yang tertunda, mereka jadi bersikap sinis terhadap janji Tuhan. Ini adalah sebuah proses yang kemungkinan besar terjadi pada mereka yang harapannya tertunda seperti Abraham dan Sara:

1. Patahnya semangat, tahap awal penyakit ini.
2. Kebingungan, saat kita mulai mempertanyakan diri kita sendiri, impian-impian kita dan janji-janji Allah.
3. Ketidakpercayaan, saat harapan hilang dan penantian lenyap.
4. Kekecewaan, tahap pertama kepahitan, yang biasanya melibatkan ketidakpercayaan terhadap karakter Tuhan.
5. Kepahitan, dimana perasaan-perasaan kebencian mendalam kita mempersalahkan Tuhan, orang lain, dan bahkan diri kita sendiri.
6. Sinisme, lenyapnya iman dan harapan sepenuhnya – sebuah hati yang mati.

Abraham dan Sara mengalami itu semua. Iman mereka untuk mendapatkan anak sudah mati; mereka bersikap sinis. Tetapi jangan berhenti disitu. Dengarlah juga kesaksian akhir bagaimana Tuhan berkarya dalam hidup Abaraham dan Sara hingga hidup dan iman mereka dipulihkan, mereka mencapai penggenapan janji Tuhan itu.

Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." ~ Roma 4:18

Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. ~ Ibrani 11:11

Jika Abraham dan Sara dapat berpindah dari tahap harapan yang tertunda yang begitu ekstrim kepada iman yang bersemangat dan kuat, demikian juga Anda. Teruslah “berharap sekalipun tidak ada lagi harapan.” Mari kita teladani hidup Abraham yang hidup karena percaya kepada Tuhan, bahkan saat ia sudah tidak ada lagi dasar untuk percaya, ia terus berharap.

Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. ~ Galatia 3:6-7

Sumber : Adaptasi dari: Perintahkan Jantung Anda Berdetak Lagi; Duch Sheets;Immanuel

Memakai Karunia

BERBAGI KARUNIA ROHANI (Roma 1:8-15)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Sebab aku ingin sekali melihat kamu untuk berbagi karunia rohani supaya kamu dikuatkan (Roma 1:11)

Apakah karunia rohani Anda? Cukup banyak metode yang tersedia bagi  kita untuk mengenali karunia-karunia rohani. Namun, hati-hati jangan sampai terlalu sibuk "mencari tahu" apa karunia yang dimiliki dan tidak sibuk "mencari kesempatan" menggunakan karunia itu sebagaimana mestinya.

Meski dalam suratnya Paulus mendaftarkan beberapa contoh karunia  rohani, ia selalu mengingatkan bahwa karunia-karunia itu diberikan agar jemaat Tuhan dapat saling melayani (lihat 1 Korintus 12, 14). Dalam bacaan hari ini kita melihat kerinduannya untuk menguatkan iman jemaat di Roma dengan karunia rohaninya (ayat 11). Alkitab  Terjemahan Baru Edisi 2 menerjemahkan bagian ini: "untuk berbagi karunia rohani", bukan "untuk memberikan karunia rohani". Paulus tidak bermaksud datang untuk memberikan karunia-karunia rohani, melainkan untuk menggunakan karunia rohaninya bagi pertumbuhan iman orang-orang percaya di Roma.

Dalam salah satu khotbah, John Piper mengingatkan jemaat­nya: "Apa pun kemampuan yang dimiliki, jika dalam menggunakannya kita tidak bergantung pada Tuhan dan tidak bertujuan untuk menolong orang lain bergantung pada Tuhan, maka kemampuan itu bukanlah 'karunia rohani'. Tidak 'rohani' karena tidak ada pekerjaan Roh Kudus yang mengalir dari iman kita kepada iman orang lain." Mari tidak berfokus untuk  sekadar "menemukan" karunia rohani. Lihatlah ke sekitar Anda. Adakah orang yang butuh dikuatkan imannya? Bawalah orang itu dalam doa dan mohon Roh Kudus memampukan Anda menolong orang itu. Anda akan menemukan bahwa Tuhan sungguh memberikan karunia-karunia rohani yang diperlukan anak-anak-Nya untuk melayani Dia! --ELS

KARUNIA ROHANI BUKAN KEMAMPUAN YANG DIKENALI UNTUK DISIMPAN, NAMUN UNTUK DIGUNAKAN BAGI KEPENTINGAN PEMBERINYA.

Sumber : Renungan Harian

Ketaatan

"BAPA, MULIAKANLAH NAMA-MU!" (Yohanes 12:20-36)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

"Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!" (Yohanes 12:27-28a)

Pernahkah Anda dicekam ketakutan yang sangat, hati gundah-gelisah, rasanya sangat ingin berteriak? Kurang lebih seperti itulah pergolakan emosi Tuhan Yesus menjelang hari ia disalib, yang diterjemahkan: "hati-Ku cemas" (BIS), "I am storm-tossed [badai menerjangku]" (The Message), "My soul is deeply troubled [jiwaku sangatlah gelisah]" (NLT).

Yesus tahu "telah tiba saatnya" Bapa akan menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 23), dengan mengalahkan penguasa dunia, yaitu setan (ayat 31), dan membawa semua orang datang kepada-Nya (ayat 32). Namun, itu artinya Dia harus menderita dan mati disalib (ayat 33). Apa yang akan Anda doakan jika berada dalam posisi Yesus? Minta kekuatan ekstra? Mukjizat dari surga? Yesus tahu persis untuk apa Dia diutus ke dunia, mempermuliakan Bapa dengan jalan menyerahkan nyawa-Nya. Dan, Dia taat sampai mati. Doa-Nya, bukan minta dibebaskan dari situasi sulit, bahkan bukan kekuatan ekstra untuk bertahan, melainkan supaya Bapa mempermuliakan diri-Nya sendiri melalui ketaatan-Nya , itulah yang berkenan kepada Bapa (ayat 27-28).

Seperti Bapa telah mengutus-Nya, demikian pula Yesus telah mengutus kita yang telah diselamatkan-Nya ke dalam dunia ini (lihat Yohanes 17:18-20). Setan tak berdaya dan dunia tak dapat berdalih ketika keberadaan anak-anak Tuhan membuat-Nya makin dikenal dan dipuji. Bagaimana orang dapat melihat kemuliaan Tuhan melalui: konflik dalam rumah tangga, pekerjaan yang berat, tabungan yang menipis, dan berbagai situasi sulit yang Dia izinkan terjadi dalam kehidupan kita saat ini? --ELS

TUHAN DIMULIAKAN MELALUI KETAATAN DALAM HARI TERKELAM

Sumber : Renungan Harian

Pengikut Yesus

TAK INGIN DIKENALI (Yohanes 18:12-27)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

"Mengapa engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan." (Yohanes 18:21)

Apakah Anda murid Yesus? Sebenarnya, apa sih yang diajarkan Yesus? Jika Anda ditanyai seperti itu, akankah Anda menjawab dengan gembira, ataukah uhm ... Anda mendadak gagap, bingung harus menjawab apa agar orang tak menilai Anda terlalu ekstrem dan mungkin memusuhi Anda?

Petrus juga pernah ditanyai tentang statusnya sebagai murid Yesus di  halaman istana Imam Besar (ayat 17). Sementara itu, di dalam istana, Yesus sedang menyatakan bahwa diri-Nya tak bersalah; tidak ada yang memalukan atau menyesatkan dari ajaran-Nya sehingga tidak ada yang perlu ditutupi, murid-murid-Nya adalah saksi (ayat 19-21).  Tanggapan Petrus? Ia tidak ingin dikenali sebagai murid Yesus, apalagi tahu-menahu tentang ajaran-Nya (ayat 17, 25-26). Menarik memperhatikan bagaimana Yohanes merangkai kedua peristiwa ini. Penyangkalan Petrus di halaman istana dibandingkan dengan pernyataan Yesus di dalam istana. Harapan Yesus agar murid-murid-Nya bersaksi  tentang Dia sungguh kontras dengan reaksi yang diberikan Petrus.

Sebagian orang pada masa kini juga tak ingin dikenal sebagai murid  Kristus. Alasannya, nanti dianggap tidak toleran. Padahal, toleransi sejati adalah menerima dan menghargai perbedaan, bukan menghindari atau mengaburkan perbedaan. Mungkin alasan sebenarnya, kita tidak terlalu jelas tentang siapa Yesus. Kita perlu sungguh-sungguh  mencari tahu kebenaran, bukan hanya menerima begitu saja dari orang lain. Kenali Yesus dan ajaran-Nya dengan bertekun membaca Alkitab. Ketika kita yakin betul siapa Yesus dan apa ajaran-Nya, kita takkan berusaha mengaburkan status kita sebagai murid-Nya. --ELS

JIKA SAYA BENAR ADALAH MURID YESUS, PERKATAAN DAN TINDAKAN SAYA AKAN MENCERMINKAN HAL ITU.

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts