Dilema Pilatus (Markus 15:1-15)
Oleh : Deny S Pamudji
Lalu Pilatus berkata kepada mereka,”Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak, “Salibkanlah Dia!” (Markus 15:14)
Sebagai pejabat daerah jajahan, Pilatus sudah mendengar tentang Yesus dari para bawahannya, tetapi berita yang diterima Pilatus tentunya tidak sama dengan apa yang sosok Yesus sesungguhnya. Jadi tidak heran jika ada pertanyaan Pilatus pada Yesus apakah Dia raja orang Yahudi.
Dalam pengadilan itu (atau tepatnya pertemuan dengan Yesus bagi Pilatus) Pilatus mendapat jawaban dari Yesus yang membuat Pilatus ragu untuk menghukum Yesus. Pilatus tidak dapat menemukan satu kesalahan pun yang dituduhkan kaum agamawan (ahli Taurat dan Farisi) pada Yesus terbukti.
Yesus bukanlah raja orang Yahudi, walaupun secara garis keturunan Yesus berdarah orang Yahudi. Tetapi kedatangan Yesus ke dunia bukanlah untuk mendirikan kerajaan Yahudi atau kerajaan dunia, melainkan kerajaan Allah. Kerajaan yang penduduknya terdiri berbagai macam ras di dunia karena kerajaan ini tidaklah membatasi penduduknya. Siapa saja dapat masuk dalam kerajaan ini jika mau menerima Yesus dalam hatinya.
Pertanyaan lain yang ditanyakan Pilatus kepada Yesus dan yang menjadikan satu alasan mengapa timbul dilema (pertentangan) dalam diri Pilatus ialah soal kebenaran (the truth). Karena Yesus berkata “Aku datang ke dalam dunia ini supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
Saat Yesus berkata tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia, saat itu hatinya juga tergerak. Belum lagi Pilatus menerima utusan khusus dari isterinya, Claudia, yang menulis surat pada Pilatus agar tidak mencampuri urusan tentang Yesus.
Surat yang menghebohkan datang pada Pilatus dari isterinya. Rupa-rupanya Claudia telah bermimpi tentang penyaliban Yesus. Claudia diberi penglihatan bagaimana dahsyatnya penderitaan yang akan Yesus alami pada kayu salib. (Menurut catatan kuno, Claudia kemudian bertobat dan menjadi pengikut Yesus)
Pilatus berusaha mencari jalan agar Yesus dapat dibebaskan dari hukuman dan setelah berpikir-pikir, Pilatus mendapat solusi di mana pada hari itu, hari Paskah (hari yang dirayakan orang Yahudi karena Tuhan telah membebaskan mereka dari orang Mesir) di mana Pilatus akan membebaskan seorang pesakitan (narapidana). Maka dipanggillah seseorang yang bernama Yesus Barabas. Seseorang yang dikenal sebagai pembunuh.
Maka Pilatus membawa Yesus dan Barabas kehadapan mereka (orang-orang Yahudi) dan minta mereka memilih satu dari Yesus atau Barabas untuk dibebaskan. Namun massa di depan gedung pengadilan sudah termakan oleh kaum agamawan dan memilih Barabas untuk dibebaskan dan Yesus untuk disalibkan.
Demi menjaga posisi Pilatus dan menghindari kekacauan, akhirnya Pilatus dengan berat hati mengizinkan Yesus untuk disalibkan. Tetapi, karena Pilatus tahu bahwa penyaliban Yesus bakal berdampak negatif, maka Pilatus mengambil air dan membasuh tangannya dihadapan massa dan berkata ,”Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini. Itu urusan kamu sendiri.” Dengan kata lain Pilatus menyatakan bahwa bukan dirinya yang mengambil keputusan untuk menyalibkan Yesus.
Dilema Pilatus mungkin juga merupakan dilema kita. Di mana kita mengetahui kebenaran, tetapi ragu untuk memilih kebenaran. Kita takut pada orang-orang sekitar kita. Kita kuatir untuk menunjukkan iman kita. Kita takut dibilang sok suci. Kita takut bersaksi tentang Yesus. Kita banyak takutnya sehingga orang tidak mengenal kebenaran dari kita.
Pilihan ada di tangan kita. Jika hatimu berkata benar Yesus adalah manusia yang berbeda dengan manusia lain. Yesus benar utusan Allah yang berkuasa penuh atas bumi dan sorga. Bahkan Yesus yang mempunyai kuasa untuk menghakimi engkau dan saya. Maka mengapa engkau menunda-nunda menerima Yesus dalam hatimu?! Tuhan Yesus memberkatimu.