Saat Kelabu (Matius 26:17-27:44)
Yesus dan murid-murid-Nya mengalami saat-saat kelabu dimulai sejak perjamuan terakhir. Pada saat itu Yesus menyatakan akan ada seseorang dari mereka yang akan mengkhianati-Nya dan akan ada juga seseorang yang akan menyangkal diri-Nya.
Setelah perjamuan itu, Yesus mengajak tiga murid-Nya ke Getsemani. Di tempat ini Yesus berkeluh kesah pada Bapa-Nya. Yesus merasakan bagaimana besarnya kuasa kegelapan yang ingin membelokan Dia dari misi yang diemban-Nya. Setelah Yesus mendapat penguatan, Yesus bisa menerima kenyataan yang harus dialami-Nya dan Yesus dapat berdoa untuk pengikut-pengikut-Nya.
Di tempat inilah Yesus ditangkap sekelompok orang suruhan dari imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi. Ada seorang murid Yesus yang mencoba melawan dan bahkan menebas telinga seorang dari kelompok itu hingga putus. Tetapi Yesus mencegah tindakan perlawanan itu dan memasang kembali telinga yang putus itu. Yesus tidak suka cara kekerasan dan lebih memasrahkan diri-Nya pada kuasa Tuhan.
Malam itu juga Yesus dihadapkan Mahkamah Agama dan mengalami pemeriksaan marathon dengan dihadapkan saksi-saksi palsu. Pada saat Yesus diperiksa itulah, Petrus menunggu di luar dan ketika ditanya seorang pelayan wanita apakah dia mengenal Yesus, di situlah Petrus menyangkal Yesus. Bukan hanya sekali, tetapi tiga kali pertanyaan yang diajukan, selalu dijawab tidak mengenal-Nya. Kemudian terdengarlah bunyi berkokok, dan Petrus menangis karena Yesus sudah mengatakan bahwa seorang murid-Nya akan menyangkal diri-Nya tiga kali sebelum ayam berkokok.
Keesokan paginya Yesus dihadapkan kepada Pilatus, tetapi dia tidak menemukan bukti dari apa yang dituduhkan kepada-Nya. Maka Pilatus memindahkan perkara Yesus pada Herodes karena Galilea merupakan daerah kekuasaan Herodes. Tindakan Pilatus ini menyenangkan hati Herodes sehingga permusuhan yang ada pada mereka menjadi luluh. Pilatus dan Herodes kembali bersahabat.
Ternyata Herodes pun tidak menemukan sesuatu yang salah pada diri Yesus sehingga Herodes mengirim Yesus kembali pada Pilatus. Pilatus yang menerima kembali perkara Yesus ini sudah tidak bisa berbuat banyak, dan Pilatus berusaha menyenangkan kelompok anti Yesus ini dengan menghukum cambuk Yesus dengan maksud agar kelompok ini tidak lagi menuntut hukuman mati pada Yesus.
Namun sayang usaha Pilatus tidak mendapat tanggapan positif. Pilatus masih mempunyai satu jalan lagi yakni pembebasan satu tawanan. Kebiasaan orang Yahudi saat itu ialah pada saat menjelang perayaan Paskah akan ada pembebasan tawanan dan itu dipilih langsung oleh rakyat yang hadir di tempat.
Maka dalam upaya membebaskan Yesus, Pilatus mengeluarkan seorang penjahat kakap yang bernama Barabas untuk disandingkan bersama Yesus dan membiarkan rakyat memilih mana yang harus dibebaskan. Dan karena orang-orang yang hadir di sana sudah dihasut dan diintimidasi kelompok anti Yesus, maka mereka pun berteriak untuk membebaskan Barabas dan menghukum mati Yesus.
Keputusan rakyat pun dijalankan dan Yesus mengalami penghinaan yang amat sangat di mana Dia diperlakukan sebagai penjahat. Bahkan di kayu salib pun, Yesus masih diejek seorang penjahat yang juga dihukum mati bersama dengan-Nya.
Murid-murid-Nya tidak bisa berbuat banyak dan bahkan rakyat yang mengelu-elukan selama ini pun tidak bisa berbuat apa-apa. Kuasa kegelapan begitu tampak berkuasa saat itu. Saat kelabu di mana tidak ada harapan. Keputus-asaan, kekecewaan, kesedihan merasuk mereka semua.
Dalam kehidupan kita, tidak selalu kita mendapatkan suasana penuh riang, gembira, dan sukses. Ada saatnya kita juga mengalami saat-saat kelabu. Saat-saat di mana kita merasa sendiri dan terasing. Saat di mana kita merasa kuasa kegelapan lebih besar daripada kuasa Allah. Saat di mana keputus-asaan menghimpit hidup kita. Pada saat itu, ingatlah bahwa Yesus dan murid-murid-Nya sudah juga mengalami apa yang kita alami. Ingatlah bahwa ada harapan dan sesuatu yang luar biasa sesudah saat-saat kelabu. Dan dalam setiap pencobaan yang ada, Tuhan selalu memberi jalan dan kelepasan apabila kita mau berserah pada-Nya. Haleluya.
Salam kasih, Deny S Pamudji