Segala sesuatu dimulai dari pikiran. Perkataan dan perbuatan kita bisa terarah jika kita mempunyai pikiran yang benar. Jika pikiran kita tidak benar, maka perkataan dan perbuatan kita pun menjadi tidak benar. Demikianlah ajaran guru besar saya dulu.
Maka hari demi hari, saya melatih pikiran saya. Jika ada pikiran negatif, saya isi dengan pikiran positif. Jika ada pikiran membenci, saya isi dengan pikiran kasih sayang.
Cuman, ... tidak selalu saya berhasil melakukannya. Tidak mudah melepaskan pikiran dendam saya. Tidak mudah melepaskan pikiran benci saya. Sakit hati saya, siapakah yang bisa menghilangkannya.
Saya bergelut terus hingga akhirnya saya menemukan jawaban untuk meredam semua pikiran-pikiran negatif. Ternyata yang utama itu adalah hati. Jika hatimu bersih, maka pikiranmu bersih, dan perkataan maupun perbuatan pun akan menjadi bersih.
Bagaimana membuat hati ini menjadi bersih? Mudah, karena semua dimulai dengan kasih. Tidak mudah, jika kita tidak memandang pengorbanan Yesus sebagai sesuatu yang luar biasa.
Pengorbanan Yesus di kayu salib merupakan korban yang benar-benar memerdekakan kita dari kuasa kegelapan dan dosa-dosa kita. Itu adalah awal hidup kita yang baru.
Jika kita sudah ditebus semuanya, maka mengapakah kita harus menyimpan dendam, kebencian, amarah? Tidak tahukah kita bahwa jika kita berbuat demikian, maka Tuhan pun tidak akan memaafkan kita.
Sebab itu apabila kita berdoa dan mengatakan 'maafkanlah kami sebagaimana kami memaafkan orang lain yang bersalah kepada kami", maka hendaklah kita memahami bahwa maaf itu terjadi jika kita memaafkan orang lain. Jika tidak, maka tiada maaf bagi kita.
Jagalah hati kita agar kita tidak menyimpan kenegatifan dalam hati kita. Tuhan Yesus memberkati.