Wednesday, March 27, 2013

Melayani

BANTUAN SANG PANGLIMA (Yohanes 13:1-15)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu. (Yohanes 13:14)

Suatu ketika beberapa tentara Amerika bersusah payah memindahkan  sebatang pohon besar yang mengalangi jalan. Di dekat mereka, sang  kopral hanya berdiri sambil mengomel. Seorang penunggang kuda yang  lewat melihatnya. Ia bertanya, mengapa kopral itu tak membantu anak  buahnya. Kopral itu menjawab, "Aku ini kopral, yang berhak memberi  perintah." Tanpa berkomentar, si penunggang kuda turun dan membantu  para tentara tadi sampai berhasil. Lalu, sambil naik kuda lagi, ia berkata, "Kalau anak buahmu butuh bantuan lagi, panggil saja panglima perangmu. Ia akan datang." Seketika si kopral sadar bahwa  penunggang kuda tadi tidak lain George Washington, panglima perang Amerika saat itu (dan nantinya menjadi presiden negara tersebut).

Menjelang penangkapan-Nya, Yesus menyampaikan pesan yang mengusik.  Dia melepaskan jubah, mengambil kain lenan, dan mengikatkannya di pinggang. Lalu, Dia berlutut dan mencuci kaki para murid. Para murid  bahkan belum pernah melakukan hal itu di antara mereka sendiri. Namun, Guru, Tuhan, dan Raja mereka tidak segan-segan untuk  melayani. Pesan-Nya jelas: Dia menginginkan para pengikut-Nya saling melayani.

Betapa baiknya bila kita tak membiarkan diri merasa "lebih hebat" dari orang lain. Juga lebih sedikit berharap untuk dilayani. Lalu,  mulai lebih banyak berpikir bagaimana dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk melayani sesama. Siapa pun itu. Bahkan orang-orang  yang kita anggap tidak patut dilayani. Mari kita menularkan semangat untuk saling melayani ini. --AW

KETIKA YESUS MERAJA DI HATI, PASTI MELUAP HASRAT UNTUK MELAYANI

Sumber : Renungan Harian

Sunday, March 24, 2013

Korban Hati

BINTANG DUNIA (Matius 2:1-12)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Ketika melihat bintang itu, mereka sangat bersukacita. (Matius 2:10)

Josh McDowell, dalam buku Evidence That Demands a Verdict, bercerita tentang Pdt. Joon Gon Kim, direktur Campus Crusade for  Christ Korea, yang harus menyaksikan pembantaian atas keluarganya. Istri dan ayahnya dibunuh di hadapannya oleh tentara komunis, yang  semuanya adalah orang sekampung yang ia kenal. Kim sendiri dipukuli dan ditinggalkan dalam keadaan setengah mati. Tetapi, Kim memohon agar Allah memberinya kasih bagi jiwa-jiwa musuhnya. Kim membawa 30 orang komunis kepada Kristus, termasuk pemimpin pasukan yang    bertanggung jawab atas kematian orang-orang yang dikasihinya.

Seperti bintang timur yang menuntun orang Majus untuk menemui sang Raja, membawa persembahan, dan sujud menyembah kepada-Nya, kita adalah bintang dunia pada masa kini. Kita mendapatkan tugas istimewa  untuk menuntun orang kepada sang Raja dan mempersembahkan diri mereka sendiri sebagai persembahan yang hidup bagi-Nya.

Apabila kita mengerti nilai jiwa-jiwa di hadapan Kristus, seperti  Pdt. Joon Gon Kim, kita akan mengedepankan pemberitaan kabar baik  lebih dari berkubang dalam rasa sakit hati dan berbagai persoalan pribadi. Kita adalah sinar terang yang Tuhan gunakan untuk  mewartakan sukacita bagi dunia ini.

Kita masing-masing pasti memiliki kesaksian tentang Kristus yang  dapat dibagikan. Kita dapat berdoa agar Tuhan hari ini membukakan  jalan untuk membagikannya kepada orang yang kita temui. Kita dapat menjadi bintang yang bersinar di dunia dan menuntun banyak jiwa kepada-Nya. --TS

TUHAN MENETAPKAN KITA SEBAGAI TERANG DUNIA. BERCAHAYALAH SEHINGGA DUNIA MELIHAT KEMULIAAN ALLAH

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, March 20, 2013

Seperti Melahirkan

SUKA DI BALIK DUKA (Yohanes 16:16-24)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. (Yohanes 16:20)

Sewaktu istri saya melahirkan anak sulung kami, ia menanggung kesakitan yang luar biasa, hampir tak tertahankan. "Mau mati  rasanya, " katanya. Anehnya, begitu ia mendengar suara tangis perdana bayinya, rasa sakit bersalin itu seakan-akan lenyap tertelan  oleh sukacita yang tak terkatakan. Ia merasa menjadi seorang  perempuan yang sempurna karena telah melahirkan seorang bayi.

Ketika mempersiapkan para murid menjelang penyaliban-Nya, Tuhan  Yesus mengingatkan bahwa mereka juga akan mengalami pengalaman  dramatis. Mirip dengan pengalaman seorang ibu yang melahirkan: kesakitan disusul dengan sukacita. Murid-murid juga akan menanggung dukacita yang mendalam karena kematian Guru mereka. Namun, dukacita mereka tidak akan berlangsung selamanya. Tuhan mereka tidak akan seterusnya berada di dalam kubur, tetapi akan bangkit dari antara  orang mati. Dukacita mereka digantikan oleh sukacita yang  mengubahkan hidup secara radikal: dari murid-murid yang ketakutan menjadi pemberita kabar baik yang tak takut pada ancaman hukuman    mati. Kematian bukan lagi ancaman bagi mereka karena Tuhan mereka telah mengalahkan dosa dan maut.

Sebagai orang Kristen, kita bukan bersukacita karena segala keinginan kita terpenuhi. Kita bersukacita karena kita telah  diselamatkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Itulah sukacita yang kekal, sukacita yang tidak dapat dirampas oleh  penderitaan atau penganiayaan, dan tidak binasa oleh sengat maut sekalipun. Bersukacitalah! --ENO

DUKACITA YANG MENDALAM TIDAK JARANG MERUPAKAN PINTU MENUJU SUKACITA TAK TERKIRA.

Sumber : Renungan Harian

Tuesday, March 19, 2013

By Grace

A Good Man (Romans 3:10-18)

By grace you have been saved through faith, and that not of yourselves; it is the gift of God. —Ephesians 2:8

“Jerry was a good man,” the pastor said at Jerald Stevens’ memorial service. “He loved his family. He was faithful to his wife. He served his country in the armed services. He was an excellent dad and grandfather. He was a great friend.”

But then the pastor went on to tell the friends and family gathered that Jerry’s good life and good deeds were not enough to assure him a place in heaven. And that Jerry himself would have been the first to tell them that!

Jerry believed these words from the Bible: “All have sinned and fall short of the glory of God” (Rom. 3:23) and “the wages of sin is death” (6:23). Jerry’s final and eternal destination in life’s journey was not determined by whether he lived a really good life but entirely by Jesus dying in his place to pay sin’s penalty. He believed that each of us must personally accept the free gift of God, which is “eternal life in Christ Jesus our Lord” (6:23).

Jerry was a good man, but he could never be “good enough.” And neither can we. It is only by grace that we can be saved through faith. And that has absolutely nothing to do with our human efforts. “It is the gift of God” (Eph. 2:8).

“Thanks be to God for His indescribable gift!” (2 Cor. 9:15). —Cindy Hess Kasper

Christ’s work for my salvation is complete!
No work of mine can add to what He’s done;
I bow to worship at the Master’s feet,
And honor God the Father’s only Son. —Hess

We are not saved by good works, but by God’s work.

Source : Our Daily Bread

Bergaya

DUNIA GEMERLAP (Matius 23:25-28)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

... cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (Matius 23:25)

Setelah setahunan bekerja di majalah gaya hidup, beberapa kali saya ditugaskan meliput acara sosial yang dihadiri kaum jetset  Jakarta. Tamu acara ini biasanya tampil dengan baju dan aksesoris rancangan desainer ternama, menenteng tas merek terkenal, dan  mengenakan sepatu berharga jutaan rupiah. Belakangan saya mendapatkan info, sebagian dari tamu tersebut bukanlah kaum  sosialita betulan, dan mereka hanya meminjam perlengkapan mewah itu dari tempat persewaan. Obsesinya? Agar dianggap keren, dapat masuk  ke lingkaran pergaulan jetset, difoto dan ditampilkan dalam majalah gaya hidup.

Obsesi manusia akan penampilan yang gemerlapan bukanlah barang baru. Kaum Farisi ribuan tahun lalu sudah dikenal sangat memperhatikan  pernik-pernik penampilan ini. Saat berpuasa, mereka memastikan diri tampil dengan gaya yang menunjukkan kekhusyukan ibadah mereka. Dalam ritual pentahiran yang kerap mereka lakukan, berbagai cawan dan  pinggan dibersihkan hingga berkilau.

Perikop ini menegaskan kecaman Kristus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi. Cawan yang hanya dibersihkan bagian luarnya dan  kuburan yang dilabur putih (pada zaman itu kuburan ditandai dengan warna putih agar tidak disentuh orang) adalah metafora untuk orang  yang hanya memperhatikan perkara lahiriah, tetapi lupa bahwa Tuhan melihat hati. Penampilan luar tentu perlu dijaga, namun jangan untuk  pamer atau menutupi kedangkalan rohani. Marilah kita mengutamakan perkara yang bermakna dan berharga di mata Allah. --OLV

MANUSIA KERAP MELIHAT KEMOLEKAN KULIT, TETAPI TUHAN MENILAI KEELOKAN HATI

Sumber : Renungan Harian

Tingkah Si Jahat

PENGENDALI MASA DEPAN (Daniel 8:1-27)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

... Tetapi tanpa perbuatan tangan manusia, ia akan dihancurkan. (Daniel 8:25)

Kadang hati kita galau kala menatap masa depan. Memang manusiawi, karena kita sama sekali tidak tahu apa yang bakal terjadi pada masa  depan kita, baik bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan bergereja dan bernegara. Ketidaktahuan itu bisa jadi memunculkan rasa gelisah, takut, dan khawatir.

Demikian pula dengan Daniel. Penglihatan dalam pasal 8 ini membuat Daniel gelisah, lelah, dan akhirnya jatuh sakit. Mungkin penglihatan  itu begitu membebani hatinya. Meskipun telah mendapatkan penjelasan dari malaikat Gabriel, ia tidak dapat memahami penglihatan itu    sepenuhnya. Lalu, mengapa Tuhan menyatakan penglihatan itu kepadanya? Nubuat ini mengingatkan kita orang beriman tentang sepak    terjang si jahat, yang terus berupaya menghancurkan hidup kita. Namun, masa depan kita tetap berada di dalam kendali Allah. Kemenangan seolah berpihak pada si jahat, tetapi pada akhirnya Tuhan akan menghancurkan musuh-Nya (ay. 25).

Kisah orang beriman yang mengalami penindasan bukanlah cerita baru  lagi buat kita. Mungkin saat ini pun banyak di antara kita yang  tengah mengalami penderitaan karena iman: dikucilkan, karier dihambat, dilarang beribadah, bahkan disingkirkan. Namun, kita   memperoleh penghiburan ketika menyadari bahwa semua itu terjadi atas sepengetahuan Tuhan. Bila kita mengalami penindasan atau penderitaan karena iman, Allah tetap memegang kendali. Peristiwa yang semula tampak buruk itu pada akhirnya akan mendatangkan kemuliaan bagi-Nya dan kebaikan bagi umat-Nya. --ENO

SIAPAKAH YANG DAPAT MENGHENTIKAN ORANG BENAR? SEMAKIN MEREKA DIHAMBAT, SEMAKIN MEREKA MERAMBAT

Sumber : Renungan Harian

Keinginan

MALAS MENCOBA (Amsal 13:1-6)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan. (Amsal 13:4)

Ketika berlibur ke Singapura, saya berencana melakukan beberapa hal yang belum saya selesaikan, antara lain menulis renungan harian.  Ternyata, begitu sampai di Singapura, berbagai aktivitas lain segera menyita waktu saya, mulai dari bermain dengan cucu, membersihkan  rumah, memasak, sampai berbelanja. Rencana menulis renungan tinggal rencana—dan dengan alasan klise: tidak punya waktu. Akhirnya saya  tertegur ketika membaca nas hari ini.

Salomo mencela si pemalas. Pemalas adalah orang yang menginginkan sesuatu, namun tidak mau berlelah-lelah untuk memperolehnya. Ia  memiliki impian yang indah-indah, namun enggan berjerih payah mewujudkannya. Tak heran, ia mesti gigit jari: tidak memetik hasil  apa-apa. Sebaliknya, Tuhan menjanjikan kelimpahan bagi orang yang mau berusaha dengan rajin. Untuk mewujudkan suatu impian, kita  bertanggung jawab untuk bekerja dengan rajin dan percaya bahwa Tuhan akan memberkati upaya kita dengan kelimpahan.

Saya tersadar. Saya ingin mengembangkan kecakapan menulis, namun saya tidak juga meluangkan waktu untuk mencoba dan berlatih.  Bagaimana saya akan memetik hasilnya? Namun, ketika saya belajar menaati firman itu dengan mulai mencoba menulis, Tuhan memampukan  saya. Ternyata saya berhasil menyelesaikan dua renungan, termasuk  tulisan ini.

Anda mungkin juga sudah berencana mencoba suatu kecakapan yang baru, namun terus menundanya. Cobalah luangkan waktu untuk berlatih  mengerjakan. Kiranya Anda bersukacita melihat hasil karya Anda! --SJ

KEMALASAN MENDATANGKAN KESIASIAAN, KERAJINAN MENDATANGKAN KELIMPAHAN

Sumber : Renungan Harian

Allah Memelihara

KHAWATIR KETINGGALAN KAPAL (Lukas 12:22-34)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Janganlah khawatir tentang hidupmu... (Lukas 12:22)

Paijo selalu khawatir ketinggalan kapal yang akan mengantarnya ke tempat kerja. Setiap pagi saat ke penyeberangan, sekalipun ia sudah datang lebih awal, ia tetap khawatir. Suatu hari ia melihat kapal langganannya sudah berjarak satu meter dari dermaga. Ia pun berlari  sekencang mungkin, lalu nekat melompat ke atasnya. Meskipun jasnya robek karena tersangkut paku, ia merasa lega. Namun, ternyata kapal    itu bukannya hendak berangkat, melainkanbaru akan merapat! Konyol, bukan?

Nyatanya, banyak orang, termasuk orang Kristen, yang hidupnya dikuasai kekhawatiran. Memang tidak dapat disangkal, keadaan dunia  ini semakin lama bukannya semakin baik, melainkan justru semakin rusak. Tetapi, haruskah hal itu menjadi alasan bagi kita untuk hidup  dalam kecemasan dan kegelisahan? Jika demikian, apakah bedanya kehidupan kita dengan kehidupan orang yang tidak mengenal Allah?  Bagi orang percaya, ada satu alasan kuat untuk tidak perlu khawatir dalam hidup ini. Alasan itu tidak lain: Bapa kita di surga berjanji  akan memelihara kita.

Adakah seorang bapak yang membiarkan anaknya mati kelaparan? Bapak yang baik tidak akan tega melakukannya. Terlebih lagi Bapa kita di  surga! Jika saat ini kita sedang diperhadapkan pada kebutuhan yang harus segera dipenuhi, akankah Bapa diam saja? Allah sangat tahu apa    yang menjadi kebutuhan kita dan Dia tahu bagaimana memberikan yang terbaik kepada anak-Nya. Untuk apa lagi kita mengkhawatirkan    kehidupan kita? Hidup kita ada di dalam pemeliharaan-Nya! --PET

JIKA BURUNG DI UDARA SAJA DIBERI MAKAN OLEH BAPA DI SURGA, MASIHKAH KITA MERAGUKAN PEMELIHARAANNYA?

Sumber : Renungan Harian

Wednesday, March 06, 2013

Pelayanan Yesus

Pemberi Bukti (Proof Producers)
Oleh : Dr Morris Cerullo
Disarikan oleh : Deny S Pamudji

2013-03-06 06.34.02

Mengadakan mukjizat adalah bagian dari pelayanan Yesus. (Lukas 4:18)  Adapun tujuan dari mukjizat ialah untuk membuktikan kuasa Yesus atas iblis.  (1 Yohanes 3:8) Kita harus tetap dapat melakukan pelayanan ini karena untuk itulah kita diutus. (Markus 16:15-18)

Ada kisah menarik dalam buku kecil ini yaitu tentang seorang pendeta yang sedang membuat naskah kotbahnya merasa terganggu oleh banyaknya pertanyaan yang diajukan anaknya yang berada di dekatnya.  Pendeta tersebut kemudian mengambil sebuah majalah di mana ada gambar dunia sebesar halaman majalah tersebut.  Lalu ambilnya gambar tersebut dan dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan dia menyuruh anaknya untuk menyusun kembali gambar itu dengan maksud agar dia tidak mengganggunya untuk beberapa lama.  Tetapi, apa yang terjadi?  Ternyata anak itu dengan cepat menyelesaikan susunan gambar dunia itu.  Pendeta ini pun terkejut dan bertanya pada anaknya bagaimana dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang rumit itu dalam waktu yang singkat.  Anak itu membuka rahasia bahwa di belakang gambar dunia ada gambar manusia yang lengkap dengan kepala, tangan, tubuh, dan kaki.  Jadi sang anak mengerjakan manusianya dan kemudian terbentuklah dunia yang utuh.  Sang pendeta kemudian mendapatkan ide untuk kotbahnya yakni jika kita dapat membetulkan manusia, maka dunia pun akan menjadi betul.

Kita tidak bisa berkilah dan mengatakan bahwa kita ini tidak sempurna sehingga tidak bisa melakukan pelayanan yang diharapkan Yesus.  Ternyata banyak tokoh-tokoh besar di Alkitab juga tidak sempurna.  Seperti Musa yang masih ragu-ragu ketika diutus Allah, padahal Allah sudah berbicara padanya.  Abraham yang tidak berani mengakui isterinya sebagai isteri, padahal Abraham tahu dia diminta Allah ke Mesir sehingga tentunya Allah tahu apa yang bakal terjadi di sana, Daud yang ‘membunuh’ karena ingin mendapat Betsyeba.  Namun dalam kekurangan mereka, Allah tetap menggunakan mereka.

Kebutuhan rohani manusia sama dan Allah pun tidak pernah berubah kuasa dan kasih-Nya (Ibrani 13:8)

Bagaimana menerima kesembuhan?  Kesembuhan dapat kita terima jika ada iman (Markus 5:34; 10:52, Matius 15:28) dan kesembuhan terjadi karena adanya pengucapan.  Pengucapan atas otoritas dari Allah. (Kisah Para Rasul 3:1-10)

Agar kita dapat hidup dalam aliran kuasa Allah maka kita harus :
1. Kita tidak boleh takut akan suara Roh Kudus.
Roh kudus bukanlah roh perhambaan (Roma 8:15), melainkan roh yang berkuasa (2 Timotius 1:6,7).  Karenanya jangan bimbang (Markus 11:22,23)

2. Kita harus taat akan tuntunan Allah (2 Raja 5:10)

3. Iman yang bergantung pada Roh Kudus.  Kita harus keluar dari diri kita (Yohanes 12:24)

Sumber : Pemberi Bukti, Penerbit YPI Immanuel, cetakan kedua 1979.

Popular Posts