Wednesday, March 21, 2012

Anak-anak

Pemilik Kerajaan Sorga (Matius 18:1-14, 19:13-15)
Oleh : Deny S Pamudji

Orang yang terbesar di Kerajaan Allah adalah orang yang merendahkan dirinya seperti anak kecil ini. (Matius 18:4)

Hidup dalam lingkungan rohani tidaklah menjamin seseorang menjadi bebas dari mementingkan diri.  Hal yang sama terjadi pada murid Yesus.  Mereka berdebat tentang siapa yang terbesar dari mereka. (Markus 9:34)

Walau mereka tidak mengakui apa yang mereka debatkan, Yesus mengetahui isi hati mereka. Maka Yesus memegang tangan seorang anak dan menjadikan dia sebagai contoh.  Perbandingan yang tidak setara secara duniawi, bagaimana murid-murid diperbandingkan dengan seorang anak kecil.  Tetapi memang begitulah Tuhan melihat kita.  Tuhan menilai hati kita.

Mengapa anak-anak yang dijadikan contoh?  Karena ada beberapa sifat anak-anak yang tidak dimiliki oleh kita yang dewasa atau kita yang telah tercemar dalam polusi dosa, yakni :

1. Anak-anak tulus
Mereka mengatakan apa adanya.  Mereka melakukan sesuatu tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan sesuatu/pujian/hadiah.  Mereka tidak bertopeng.  Mereka tidak berbohong.  Mereka tidak berpura-pura.

2. Anak-anak percaya penuh
Mereka percaya penuh pada Yesus dan mukjizat-Nya.  Mereka berdoa dengan yakin.

3. Anak-anak tidak pendendam atau pemarah
Terkadang anak-anak berkelahi karena hal tertentu, tetapi tidak lama kemudian mereka bisa bersama lagi seolah tidak terjadi sesuatu.  Anak-anak mudah memaafkan.

4. Anak-anak selalu ceria.
Pada dasarnya anak-anak selalu gembira.  Mereka tidak pernah menggerutu.  Mereka menerima apa adanya.

Oleh sebab beberapa sifat tersebut, Yesus mengatakan agar kita bisa menjaga anak-anak dari pencemaran dosa. (Matius 18:6)  Pendidikan anak janganlah dianggap remeh, bahkan Bapa di sorga tidak ingin satu anak pun hilang. (Matius 18:11)

Ada 2 hal yang penting tentang anak yakni :
Pertama, anak jangan dianggap remeh.  Kita harus memperhatikan mereka dan jangan mendukakan hati mereka.  Kita harus memberi pendidikan yang benar agar mereka tidak sesat kelak.

Kedua, kita perlu belajar dari anak dalam hal kepolosan dan ketulusan dalam perbuatan, perkataan, hati, dan iman.

Tuhan memberkati selalu.

Popular Posts