Friday, September 15, 2017

Benih Yang Ditaburkan

"Benih yang ditaburkan di tanah yang baik . . . berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat".
(Matius 13:23)

Baca: Matius 13:1-9

Saya menerima sebuah e-mail istimewa dari seorang wanita yang menulis, “Ibu Anda pernah menjadi guru kelas 1 saya di Putnam City pada tahun 1958. Beliau adalah guru yang hebat dan baik hati, tetapi juga sangat tegas! Beliau mengharuskan murid-muridnya menghafal Mazmur 23 dan mengucapkannya di depan kelas, dan saya sangat ketakutan. Itulah sekali-sekalinya saya membaca Alkitab, sampai kemudian saya menjadi Kristen pada tahun 1997. Saya pun teringat pada ibu Anda saat saya membaca kembali Mazmur 23.”

Kepada orang banyak yang mendengarkan-Nya, Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang petani yang menaburkan benih yang jatuh di atas beragam jenis tanah—di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di tengah semak duri, dan di tanah yang baik (Mat. 13:1-9). Meskipun sebagian benih itu tidak dapat tumbuh, “benih yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat” (ay.23).

Selama dua puluh tahun, ibu saya mengajar murid-murid kelas 1 di sejumlah sekolah negeri. Sambil mengajar anak-anak membaca, menulis, dan berhitung, beliau menaburkan benih-benih kebaikan dan kabar tentang kasih Allah.

E-mail dari mantan muridnya itu diakhiri dengan kalimat, “Tentu saja ada banyak orang yang telah mempengaruhi perjalanan iman saya setelah saya percaya kepada Tuhan. Meski demikian, saya selalu mengenang Mazmur 23 dan kelembutan ibu Anda dalam hati saya.”

Benih kasih Allah yang ditaburkan hari ini mungkin akan menghasilkan tuaian yang luar biasa kelak.

Tuhan, aku ingin hidupku menaburkan benih yang baik bagi orang di sekitarku. Tolonglah aku meneruskan apa yang telah Engkau percayakan kepadaku.

Kita yang menabur benih, Allah yang menghasilkan tuaian.

Sumber : OUR DAILY BREAD by David McCasland.

Wawasan:
Kita kembali melihat metafora “menabur benih” dalam kitab 1 Korintus. Rasul Paulus mengajar orang percaya di Korintus selama 18 bulan (lihat Kisah Para Rasul 18:1-11) lalu Apolos menyirami benih rohani yang telah ditaburkan Paulus (Kisah Para Rasul 18:27; 1 Korintus 3:4-9). Paulus menjelaskan bahwa orang-orang yang menyebarluaskan Injil hanyalah hamba-hamba Allah yang mengerjakan tugas yang telah diberikan Tuhan kepada mereka (1 Korintus 3:5). Sementara Paulus menaburkan benih ke dalam hati jemaat di Korintus dan Apolos menyiraminya, Allah sendirilah yang menjadikannya bertumbuh. Di waktu-waktu tertentu, mungkin kitalah yang menaburkan pesan tentang kebenaran dan kasih Allah, dan di waktu-waktu lainnya kita menjadi orang yang menyiram. Namun, yang terpenting adalah Allah yang membuat benih itu bertumbuh.

Sebagai orang yang bekerja bagi Allah, benih apa yang bisa kita taburkan dalam hidup sesama kita?

Popular Posts