NATS: Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna (1Yohanes 1:4)
Ingatkah Anda pada stiker kuning bundar bergambar wajah dengan senyum bahagianya yang kerap menghias berbagai alat tulis dan kartu pos? Gambar itu sering disertai pesan satu kata: "Tersenyumlah." Secara tidak langsung gambar itu menyatakan bahwa Anda dapat memasang senyum di wajah semudah mengenakan topi di kepala. Namun hal ini tidak sepenuhnya benar. Hanya seorang aktor hebat yang dapat menampakkan raut wajah bahagia ketika hatinya hancur.
Kondisi yang menyenangkan juga dapat membuat kita tersenyum. Orang yang sehat, berpenghasilan cukup, dan memiliki rumah bagus cenderung lebih mudah tersenyum. Namun, secara alami senyuman yang termanis berasal dari dalam batin. Senyuman itu mencerminkan sukacita dalam hati seseorang meski hidupnya tidak berkelimpahan secara materi. Senyuman sejati datang setelah orang mengenal Allah, mempercayai dan menaati firman-Nya, yakin akan pengampunan dosa, memiliki hidup kekal, dan menantikan kemuliaan di surga. Orang percaya yang bergantung kepada Allah untuk mendapatkan berkat-berkat ini akan mampu tersenyum walau dalam kesengsaraan.
Dalam bacaan Kitab Suci hari ini, Nabi Habakuk dengan penuh kemenangan menyatakan, "Aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku" (Habakuk 3:18). Kendati segalanya diambil dari padanya, Tuhan tetap menjadi kekuatannya. Ia tidak perlu "memasang" senyuman, karena sukacita di hatinya dengan sendirinya memunculkan senyuman itu untuknya --RWD
KEBAHAGIAAN TERGANTUNG PADA PERISTIWA TERTENTU
SEDANGKAN SUKACITA TERGANTUNG PADA YESUS
Sumber : Pdt Bambang Soebowo, GBI Eben Haezer - Jl. K.H.Wahid Hasyim no.67 - Jakarta Pusat