Yakobus 2:22
Jangan terkecoh tentang ajaran iman yang kita terima, karena ada begitu banyak orang yang menjadi terfokus hanya kepada iman yang menguntungkan bagi dirinya saja. Misalnya ketika kekurangan, maka ia beriman Tuhan akan mencukupi, atau jika ia sakit maka ia beriman Tuhan akan menyembuhkan. Sebenarnya itu pun baik dan benar, namun ada tingkatan iman yang lebih tinggi yang bisa kita capai ketika kita belajar tentang hatiNya Tuhan. Dan ternyata iman tidak hanya menarik diri untuk kepentingan kita saja, melainkan bagaimana Tuhan disenangkan karena kita beriman kepadaNya dengan tidak ada keraguan sedikitpun.
Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak memiliki iman yang berdasarkan pada apa yang mereka kehendaki, mereka memiliki iman yang tanpa syarat, sebab seandainya saja mereka tidak menerima pertolongan dari Tuhan, mereka tetap menyembah Tuhan. Inilah arti yang sesungguhnya dari: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Iman bukan sekedar kita berdoa dan mengharapkan sesuatu terjadi, tetapi iman adalah sekalipun apa yang kita harapkan tidak terwujud, kita tetap percaya dan tetap memuji Tuhan.
Sesungguhnya bagi kita yang percaya ada suatu kekuatan adikodrati yang memimpin kita sampai kita melihat kemuliaan Allah nyata dengan caraNya dan bukan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Yang harus kita pahami adalah: "sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." (1 Yohanes 5:4). Ini berbicara tentang iman yang meskipun, walaupun, atau sekalipun, bukan iman yang menuntut jawaban.
Kedewasaan iman kita akan teruji ketika kita hanya memperkatakan apa yang kita percayai, sekalipun tidak ada dasar untuk berharap dan tidak ada jalan keluar yang bisa kita lihat, namun iman kita tetap tidak tergoyahkan. Dan untuk mencapai iman yang seperti itu "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan." (Ibrani 12:2a).
Sumber : Pdt Sylvia Supangkat, GPIA El Shaddai Bekasi