Dari seluruh martir Cina, tak seorang pun meninggal dengan keberanian yang lebih daripada si Buta Chang, penginjil yang paling terkenal di Manchuria, tanah air pemerintahan Manchu di Cina.
Chang Shen bertobat setelah dipukul sampai buta saat berusia pertengahan. Sebelum bertobat, ia dikenal dengan sebutan "wu so pu wei te", yang berarti seorang penjudi, hidung belang, dan pencuri. Ia mengusir istri dan anak perempuannya dari rumah. Ia pernah dipukuli sampai buta, tetangga-tetangganya mengatakan bahwa itu hukuman dari dewa karena perbuatan jahatnya.
Suatu saat, Chang mendengar ada sebuah rumah sakit misionaris di mana orang-orang dapat melihat kembali. Pada tahun 1886, ia pergi ratusan kilometer jauhnya untuk mendatangi rumah sakit tersebut. Namun saat mencapai tempat tersebut, ia diberitahu bahwa semua tempat tidur sudah penuh. Tapi seorang penginjil rumah sakit merasa kasihan melihatnya dan memberikan tempat tidurnya untuk Chang. Penglihatan Chang sebagian mulai pulih, dan ia mendengar tentang Kristus untuk pertama kali. "Kami tidak pernah memiliki pasien yang menerima Injil dengan penuh sukacita seperti Chang," lapor seorang dokter.
Saat Chang minta dibaptis, misionaris James Webster menjawab, "Pulanglah ke rumah dan katakan kepada tetangga-tetanggamu bahwa kamu telah berubah. Saya akan mengunjungi kamu kemudian dan jika kamu masih mengikuti Yesus, maka saya akan membaptis kamu."
Setelah 5 bulan berlalu, Webster tiba di daerah tempat tinggal Chang, ratusan orang datang menjumpai dan menanyainya. Kemudian ia membaptis penginjil baru tersebut dengan sukacita besar.
Suatu saat, seorang dokter, penduduk asli di sana, melakukan kecerobohan dan merusakkan mata Chang yang telah dipulihkan oleh para misionaris. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah. Chang melanjutkan perjalanannya dari desa ke desa, memenangkan ratusan lebih jiwa, dan memuji Tuhan saat dikutuki dan dicaci maki. Ia belajar secara praktis mengutip seluruh bab dari Perjanjian Lama Para misionaris mengikutinya, membaptis para petobat, dan mendirikan gereja-gereja.
Saat pemberontakan Boxer meledak, Chang sedang berkhotbah di Tsengkouw, Manchuria. Orang-orang Kristen merasa yakin bahwa ia akan menjadi salah satu sasaran dan melindunginya di sebuah gua di pegunungan.
Saat kelompok Boxter mencapai daerah dekat kota Chiaoyangshan, mereka mengumpulkan sekitar lima puluh orang Kristen untuk dieksekusi. Namun seorang penduduk berkata kepada kelompok tersebut, "Kalian bodoh membunuh semua orang karena dari setiap orang yang kamu bunuh akan tumbuh sepuluh orang lagi jika Chang Shen masih hidup. Bunuhlah dia dan kalian akan dapat menghancurkan agama asing itu." Kelompok Boxter berjanji akan mengasihani mereka jika ada yang mau membawa mereka kepada Chang. Namun tak seorang pun bersedia. Saat kelompok tersebut mau membunuh orang Kristen, seorang menyelinap pergi menemui Chang untuk mengatakan apa yang sedang terjadi. "Saya akan dengan senang hati mati untuk mereka," Chang menawarkan. "Bawa saya ke sana."
Saat Chang tiba, para pemimpin Boxter sedang berada di kota lain. Namun ia tetap diikat oleh seorang pejabat berwenang setempat, dibawa ke sebuah kuil, dan diperintahkan untuk menyembah.
Ia menyatakan, "Saya hanya dapat menyembah Tuhan yang benar dan hidup."
"Bertobatlah," mereka berteriak.
"Saya sudah bertobat bertahun-tahun yang lalu," kata Chang.
"Kamu setidaknya harus membungkuk kepada dewa," teriak mereka lagi.
"Tidak. Hadapkan wajah saya pada matahari." Chang tahu bahwa saat itu matahari menyinari kuil itu dan punggungnya membelakangi berhala-berhala tersebut. Saat mereka membalikkannya, dia berlutut dan menyembah Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.
Tiga hari kemudian, para pemimpin Boxer tiba. Penginjil buta ini diletakkan pada sebuah gerobak terbuka dan dibawa ke pekuburan di luar tembok kota. Saat melewati kerumunan orang banyak, ia menyanyikan sebuah lagu yang dipelajarinya di rumah sakit.
"Yesus mengasihi saya, Dia akan berada dekat dengan saya sepanjang jalan. Jika saya mengasihi-Nya, saat saya meninggal, Dia akan membawa saya pulang ke rumah di tempat yang tinggi."
Saat mereka tiba di pekuburan tersebut, ia didorong untuk berlutut. Ia berteriak tiga kali, "Bapa di Surga, terimalah rohku." Kemudian sebuah pedang diayunkan ke lehernya, dan kepalanya menggelinding ke tanah.
Karena takut adanya berita bahwa si Buta Chang akan bangkit dari kematian, kelompok Boxter memaksa para orang percaya untuk membeli minyak dan membakar tubuhnya. Sekalipun demikian, kelompok Boxter itu ketakutan dan melarikan diri karena mereka percaya bahwa roh Chang akan melampiaskan pembalasan. Dengan demikian, orang-orang Kristen sempat terhindar dari penganiayaan.
Batu-Batu Tersembunyi, Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya, 2000, hal 86-89
Sumber : e-JEMMi 13/2009