KASIH YANG TIDAK DAPAT DITAWAR-TAWAR
by Max Lucado
Dikirim oleh : Bengs
Waktu itu musim panas yang panjang. Saya berumur tiga belas tahun dan pemain sayap kiri di tim baseball anak-anak setempat. Saya yang paling banyak menyebabkan bola "out" ... sebagai pemukul bola, bukan sebagai pitcher,
pelempar bola. Saya ikut main dalam seluruh musim panas tetapi hanya dua kali berhasil memukul bola. Lebih dari enam puluh kali mendapat giliran memukul, tetapi hanya dua kali bolanya kena.
Dua kali kena! Bahkan untuk masa permainan yang kurang beruntung itu masih terlalu sedikit. Keadaannya menjadi sedemikian rupa sehingga kalau saya mendapat giliran memukul, teman-teman klub saya mengeluh, sedangkan klub
lawan bersorak-sorak. Sakit juga untuk harga diri anak umur tiga belas tahun yang bermimpi untuk bermain di klub besar Dodgers.
Satu-satunya segi yang baik dari musim panas itu adalah sikap orangtua saya terhadap "kemerosotan" saya. Mereka tidak pernah absen dari pertandingan. Tidak pernah biar sekali. Tidak pernah saya mengalami melihat ke tempat
duduk orangtua saya dan melihat bangkunya kosong. Saya masih tetap anak mereka, walaupun saya memimpin dalam jumlah strikeout. Komitmen mereka terhadap saya lebih dalam dan tidak dipengaruhi prestasi saya.
Perjanjian Lama memuat kisah indah tentang Naomi dan Rut, seorang ibu mertua dan menantunya yang dua-duanya kehilangan suami mereka. Naomi, seorang asing di negeri Rut, merindukan kembali ke negeri asalnya. Rut yang masih muda dan masih dapat menikah kembali, menunjukkan kesetiaannya kepada ibu mertuanya dengan menemaninya ke negerinya dan memelihara dia. Tekad Rut, serta
komitmennya tercermin dari kata-katanya: "Kemana ibu pergi, ke sana akupun pergi, dan dimana ibu tinggal, di situ akupun akan tinggal. Bangsa ibu menjadi bangsa saya dan Allah ibu menjadi Allah saya. Dimana ibu meninggal, di situ pun aku meninggal, dan di situ aku akan dikuburkan" (Rut 1 : 16-17).
Satu hubungan sehebat itu dapat mengangkat kita melalui badai sedahsyat apa pun. Kelompok penyanyi Beatles yang menyanyi, "Will you still need me, will you still feed me, when I'm sixty-four?" (Apakah kamu masih membutuhkan aku, masih menyuapi aku kalau aku sudah enam puluh empat tahun?) Aduh, sengsaranya kalau berumur enam puluh empat tahun (atau umur berapa saja) dan tidak ada orang yang peduli atau membutuhkan Anda. Berbahagialah mereka yang mempunyai teman, suatu hubungan yang tidak didasarkan pada kecantikan atau prestasi. Setiap orang sangat membutuhkan paling sedikit satu sahabat dekat
atau pendamping yang akan menatapi mata mereka sambil mengatakan, "Saya tidak pernah akan meninggalkan kamu. Kamu mungkin menjadi tua dan beruban, tetapi saya tidak akan meninggalkan kamu. Wajahmu akan berkerut dan tubuhmu menjadi berantakan, tetapi saya tidak akan meninggalkan kamu. Tahun-tahun mungkin meninggalkan bekasnya dengan kejam dan kamu akan mengalami masa-masa berat, tetapi saya akan ada di sana. Saya tidak akan meninggalkan kamu."
Coba renungkan sejeenak orang-orang di sekitarmu. Apa yang mereka pikirkan tentang komitmenmu kepada mereka? Bagaimana Anda menilai kesetiaanmu? Apakah loyalitasmu pernah tersendat-sendat? Apakah ada satu orang dalam hidupmu yang dengannya Anda mempunyai "kontrak" yang tidak dapat ditawar-tawar?
Pernah ada dua sahabat bertempur bersama dalam perang. Pertempuran itu berat sekali dan menelan banyak korban. Ketika salah satu dari kedua prajurit terluka dan tidak dapat kembali ke lubang perlindungan, prajurit yang lain keluar untuk mengambilnya dengan melawan perintah perwiranya. Ia kembali setelah terluka parah, dan temannya, yang dipikul diatas punggungnya, sudah mati.
Sang perwira memandang prajurit yang sudah sekarat itu, menggelengkan kepalanya, dan mengatakan, "Percuma pengorbanan itu."
Pemuda yang mendengar komentar perwiranya tersenyum dan mengatakan,"Tetapi itu tidak percuma, pak. Sebab, waktu saya sampai kepadanya, ia mengatakan, 'Jim, saya tahu kamu akan datang.'"
Hargailah sebaik-baiknya hubungan-hubunganmu. Ikuti nasehat Benyamin Franklin: "Jangan tergesa-gesa memilih teman dan lebih tidak tergesa-gesa meninggalkan mereka."