Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita berusaha untuk menghindarinya dengan memakai banyak perlindungan, tetapi rasa sakit sebenarnya perlu disambut pada tempatnya. Demikian komentar Jim Reeve, gembala yang menggembalakan 8.000 jemaatnya di Faith Community Church di West Covina, California.
"Tidak adanya rasa sakit sebenarnya adalah tanda kematian, bukan kehidupan", tegasnya melalui bukunya "Tuhan Tidak Pernah Menyia-nyiakan Rasa Sakit" (God Never Wastes a Hurt), terbitan Charisma House. "Rasa sakit dan kepedihan dapat menjadi materi utama membangun impian yang lebih baik, harapan yang lebih baik dan hidup yang lebih baik". Sebagai seorang penyiar TV dan Radio yang terkenal, Reeve memaparkan lima aspek positif dari rasa sakit. Dia menuliskan :
Rasa sakit menarik perhatian kita. "Secara umum, orang tidak berubah saat melihat terangnya api, tetapi saat merasakan panasnya" katanya, sambil mengingatkan kisah 'Anak Yang Hilang' sebagai sebuah contoh orang yang bertobat akibat dari rasa sakitnya.
Rasa sakit melatih kita. "Rasa sakit mengajarkan kita ke mana harus pergi dan ke mana tidak pergi", tulis Reeve, sambil menunjukkan bagaimana sebuah rasa sakit di ujung jari mengajari kita bahwa api itu panas dan mampu membakar. "Rasa Sakit adalah bagian dari kurikulum di dalam sekolah yang kita semua lalui, sekolah 'Hard Knocks' (belajar dari pengalaman buruk)".
Rasa sakit menguji karakter. Beberapa orang tidak tahu keadaan diri yang sesungguhnya sampai berada di dalam keadaan yang menyakitkan. "Saya mendengar pepatah bahwa manusia itu seperti pasta gigi; kita tidak tahu apa di dalam tube nya sampai tube itu ditekan.
Rasa sakit melindungi kita. Meresponi rasa sakit melindungi orang dari konsekuensi yang lebih buruk, sebagaimana "sebuah gejala adalah sebuah teriakan bahwa ada penyakit dalam tubuh kita. Semoga, dengan rasa sakit itu kita akan mencari solusi dan penyembuhan penyebab dari rasa sakit itu".
Rasa sakit mengakibatkan pertumbuhan. Para binaragawan memiliki moto "Tiada sakit, tiada hasil" (no pain no gain) memiliki kebenaran yang dapat diterapkan dalam hal rohani. Sebagaimana beberapa kali push-up menjadikan otot - otot bertumbuh baik, "rasa sakit pada akhirnya membawa kita ke kedewasaan. Sejujurnya, beberapa dari antara kita tidak bisa menyadari bahwa Tuhan adalah satu - satunya, sampai kita sampai di keadaan di mana Tuhan adalah satu - satunya yang kita miliki".
Mengambil contoh - contoh dari Alkitab dan kesaksian dari beberapa anggota gerejanya, Reeve menunjukkan bahwa Tuhan menggunakan keadaan sulit di kehidupan banyak orang untuk memberi pengaruh kepada orang lain, justru pada saat orang itu mencari solusi dari rasa sakitnya kepada Tuhan yang memberi kelegaan dan kekuatan.
"Tuhan tidak menyia-nyiakan rasa sakit", katanya, "Sementara rasa sakit itu berangsur - angsur sembuh, luka - luka itu menjadi seperti jendela dan kita melihat rencana Tuhan secara lebih kelas. Kita melihat rencanaNya dalam hidup kita, dan kerinduanNya untuk menolong yang lain melalui kita".
"Kita menemukan bahwa area - area dalam hidup kita yang paling berat mendapatkan tekanan telah menjadi kekuatan kita, bahkan mungkin aset terbaik kita. Kita juga menemukan bahwa kita bisa berbicara langsung kepada masalah orang lain, tahu persis apa yang mereka rasakan dan pikirkan, dan melihat jalan Tuhan yang dapat membawa mereka keluar dari masalah yang mereka hadapi".
Reeve membagikan bagaimana dia sendiri harus menerapkan ajaran ini kepada sakit hatinya sendiri, termasuk saat ayahnya pingsan dan meninggal dunia di dalam ibadah ulang tahun gerejanya yang ke 20.
"Mengajar mengenai bagaimana Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan rasa sakit jauh lebih mudah daripada mempraktekkannya," tulisnya. Tetapi "prinsip - prinsip yang telah saya ajarkan dengan setia kepada yang lain dan telah saya terapkan sendiri, bukan hanya ide yang baik. Pengajaran itu adalah kebenaran yang mengantar kita dari maut kepada hidup".