Wednesday, July 28, 2010

Tidak Tahu Kapan

MANUSIA TIDAK TAHU WAKTUNYA
Oleh : Jerry Falwell

Saat Dale Earnhardt memasang sabuk pengaman di mobilnya sesaat sebelum Daytona 500 hari Minggu itu dimulai, saya yakin beliau tidak tahu bahwa beliau tidak akan masuk lagi ke garis finish. Tentu saja, seperti juga para pembalap NASCAR lainnya, mungkin saat itu beliau tahu bahkan mungkin membayangkan harga mahal yang harus dipertaruhkannya hari itu. Tetapi, sama seperti kita, saya yakin Earnhardt percaya ia akan hidup dan melihat hari
esok.

Hidup ini tidak pernah menjanjikan bahwa kita akan melihat hari esok.

Saat putaran atau lap terakhir balap Daytona itu, Chevrolet hitam bernomor 3 milik Earnhardt menabrak pagar beton setelah menyenggol pemimpin dari lima buah mobil lainnya, yang sedang melihat keadaan untuk merebut posisi. Dan,
saat itu juga selesailah hidupnya.

Saya senang sekali mendengar bahwa Earnhardt, di hari itu juga, masih melakukan sebuah tradisi yang dilakukannya sejak 13 tahun yang lalu, yaitu berdoa bersama Pendeta. Max Helton, sebelum balap hari itu dimulai. Pendeta
Helton berkata, di trek balap itu ia mengumpulkan istri Earnhardt, Teresa, dan Richard Childress, pemilik mobil balap, dan berdoa sambil memegang tangan Earnhardt melalui jendela mobil.

Segera setelah kecelakaan itu, Pendeta Helton, pendiri dari "Motor Racing Outreach" memimpin doa bersama Teresa Earnhardt, Dale Junior dan Childress disamping meja dimana mereka menyaksikan siaran jalannya balap itu.

"Kami berdoa agar Tuhan menguatkan melalui kasih karunianya, dan meminta Tuhan memberikan kekuatan dan hikmatNya," demikian dituliskan Associated Press.

Dale Earnhardt, mencapai garis pertemuannya dengan kematian. Dan itulah satu - satunya takdir yang berlaku bagi semua orang. Meskipun saya yakin bahwa keluarga beliau berpikir bahwa hidup Dale di dunia sangat amat
singkat.

Alkitab di dalam kitab Surat Yakobus pasal 4 ayatnya yang ke 14 berkata, "sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.".

Hidup Dale Earnhardt lenyap setelah 49 tahun ada di dunia. Tentu, dia berencana untuk balapan lagi, dia berencana untuk pensiun dengan nyaman dengan keluarganya. Tetapi bukan itu yang harus terjadi.

Sebagai seorang pria berusia 67 tahun, saya dapat mengatakan kepada anda, bahwa hidup ini begitu cepat. Tidak peduli berapa lama anda dapat hidup di dunia ini, hidup itu tidak akan pernah cukup lama untuk membawa kita ke semua impian dan harapan kita. Saya sulit membayangkan bahwa Metusalah, manusia tertua dalam sejarah yang hidupnya mencapai 969 tahun, tidak lagi
memiliki rencana yang belum terselesaikan.

Waktu tidak pernah cukup.

Seringkali, membutuhkan kematian seorang yang terkenal untuk menyadarkan kita ke realita bahwa suatu hari nanti, kita harus mati. Dari James Dean ke Putri Diana ke Abraham Lincorn ke Dale Earnhardt, kita belajar betapa rapuhnya batasan antara hidup dan mati.

"Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi", demikian tertulis di Alkitab, di kitab Surat Paulus Kepada Jemaat Ibrani pasal 9 ayat ke 27.

Ayat diatas mengingatkan kita bahwa kita harus siap untuk bertemu dengan Tuhan. Sebab, sama seperti Dale Earnhardt, kematian dapat datang tiba-tiba. Kematian dapat datang hari ini.

Raja Salomo pernah menuliskan sebuah puisi, "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." sebagaimana tertulis di kitab Pengkotbah pasal 9 ayat 12.

"Ingatlah betapa singkat umur hidup itu" tulis pemazmur di kitab Mazmur pasal 89 ayat 47.

Kematian adalah misteri teragung dari kehidupan karena, seperti Salomo menuliskan, kita tidak tahu kapan waktu bagi kita akan berakhir.

Seorang staff saya menyaksikan sebuah acara tengah malam, yaitu David Letterman Show. Ketika beliau mewawancarai seorang pemirsa studio yang ternyata adalah seorang pendeta, mendadak Letterman bertanya apakah dia
yakin akan masuk ke surga. Pendeta itu tersenyum dengan yakin dan menjawab bahwa dia tahu pasti dia akan masuk ke surga. Dan saat itu, Letterman mengaku bahwa kadang kala, mungkin di tengah malam, dia terbangun dari
tidurnya dan berpikir, seperti apakah dibalik kehidupan ini.

Sahabatku, seseorang bernama Paulus, tokoh sejarah yang hidup 2000 tahun yang lalu mampu menjawab kematian tanpa takut, tanpa khawatir dan tanpa ragu-ragu. "Bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan".
Demikian tulisnya di suratnya kepada Jemaat di Filipi pasal 1 ayat 21.

Dan keyakinan Paulus ini didasari oleh Yesus Kristus sendiri, anak Allah yang sudah menyediakan jalan kepada Allah di surga. "Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kecuali melalui Aku", demikian ucapan Yesus yang dicatat oleh Yohanes di Injil
Yohanes pasal 14 ayat 6.

Saya mengingatkan kembali bagi semua orang yang membaca kolom ini, untuk memeriksa hati dan memastikan kita siap untuk bertemu dengan Dia yang memberikan hidup, bahkan hidup yang kekal bersama dengan Dia di surga, Yesus Kristus Tuhan.

Source : Milis Maleakhi #80

Popular Posts