Monday, August 07, 2017

Adakah Yang Kekal

"Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan."
(Mazmur 102:28)

Baca: Mazmur 102:26-29

Seorang teman yang belum lama ini sempat melalui masa-masa yang sulit pernah menulis, “Ketika saya memikirkan tentang empat semester terakhir dari masa studi saya, begitu banyak hal yang telah berubah . . . Semua itu sangat menakutkan saya. Memang, tak ada yang bisa bertahan selamanya.”

Benar sekali, banyak hal yang dapat terjadi dalam jangka waktu dua tahun—perubahan karier, pertemanan baru, penyakit, kematian. Baik atau buruk, pengalaman yang dapat mengubah hidup kita mungkin sudah di depan mata dan muncul sekejap! Kita tidak tahu sama sekali. Namun, kita sangat dikuatkan ketika tahu bahwa Bapa Surgawi kita yang penuh kasih tidak pernah berubah.

Pemazmur berkata, “Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan” (Mzm. 102:28). Kebenaran itu berpengaruh besar, karena itu berarti Allah kita penuh kasih, adil, dan bijaksana selamanya. Arthur W. Pink, seorang pengajar Alkitab, menyatakan dengan sangat baik: “Apa pun sifat-sifat Allah sebelum alam semesta diciptakan-Nya, sifat-sifat itu tetap persis sama sekarang, dan akan tetap sama untuk selamanya.”

Di Perjanjian Baru, Yakobus menulis, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak. 1:17). Dalam keadaan kita yang selalu berubah, kita dapat meyakini bahwa Allah kita yang baik selalu konsisten dengan karakter dan sifat-Nya. Dialah sumber dari segala yang baik, dan segala yang diperbuat-Nya itu baik adanya.

Meski seakan-akan tak ada satu hal pun yang bisa bertahan selamanya, Allah kita akan senantiasa dan selamanya baik kepada orang-orang yang menjadi milik-Nya.

Tuhan, Engkaulah satu-satunya yang tak pernah berubah, dan Engkau sangat baik kepada kami. Tenangkanlah hati kami hari ini dengan kasih dan damai sejahtera yang berasal dari-Mu saja.

Pribadi yang menopang alam semesta takkan pernah melepaskan Anda.

Dari OUR DAILY BREAD
By Poh Fang Chia


Wawasan:
Banyak mazmur diawali dengan superskripsi, yaitu sebuah pernyataan yang mendahului lirik lagu, dan biasanya mencantumkan nama pengarang, cara menyanyikannya, dan/atau peristiwa-peristiwa yang mendorong pemazmur untuk menuliskannya. Superskripsi pada Mazmur 102 menyatakan, “Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN.” Nama penulis tidak tercantum, tetapi hanya disebut sebagai “seorang sengsara”. Masa penderitaan yang dialaminya begitu mencekam sehingga pemazmur berseru memohon pertolongan kepada Allah. Dengan demikian, Mazmur 102 adalah salah satu mazmur ratapan.

Dalam lagu ratapan, pemazmur mencurahkan rasa takut, rasa sakit, dan kebingungannya kepada Allah. Ia bertanya-tanya terus kapan Allah akan menemui mereka di tengah kesusahan yang mereka alami. Mazmur 102 menyatakannya di ayat 3, “Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku.” Jelas bahwa tekanan yang dialami pemazmur terasa semakin berat selagi ia menanti-nantikan pertolongan Tuhan. Namun demikian, pemazmur memiliki pengharapan yang teguh pada jawaban Allah di tengah penderitaannya (ay.18-22). —Bill Crowder

Popular Posts