ANONIM (Yesaya 43:1-7)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun
Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. (Yesaya 43:1b)
Di sebuah toko perhiasan, seorang pemuda membeli gelang untuk kekasihnya. "Kamu mau nama kekasihmu diukir di sini?" tanya si penjual. Setelah menimbang sejenak, pemuda itu menjawab, "O tidak, jangan namanya, tapi tulislah Untuk Satu-satunya Kekasihku Tercinta." "Wah, romantis sekali Anda!" sahut si penjual. Dengan wajah agak merah dan bibir tersenyum-senyum kecil, pemuda itu berkata, "Sebenarnya bukan romantis, tetapi praktis. Andai suatu saat kami putus, saya masih bisa memakainya lagi."
Pemberian nama. Pencantuman nama. Pemanggilan nama. Semua itu penting bagi manusia. Apa jadinya andaikan ketika lahir Anda tidak diberi nama? Bagaimana orang mengenal Anda jika Anda tak bernama? Perasaan apa yang timbul di hati Anda kala seseorang memanggil Anda dengan sapaan kasar "Hei!" saja? Pasti semua itu kondisi yang tak wajar. Tanpa nama, orang hanya akan diperalat. Diperlakukan jahat. Dianggap tak punya harkat. Yang pasti bukan seorang sahabat. Semua tawanan kamp konsentrasi di bawah komando Adolf Hitler tak bernama. Anonim. Hanya nomor. Dipanggil dengan nomor.
Nabi Yesaya berpesan kepada para tawanan Yehuda di pembuangan Babilonia: bahwa Allah memanggil mereka dengan nama mereka. Betapa mereka berharga di mata-Nya. Tuhan tidak pernah ragu untuk memanggil nama mereka, bahkan mengukirnya di telapak tangan-Nya (Yes. 49:16). Pesan serupa berlaku bagi Anda dan saya. Ingat, kita berharga di mata-Nya. Jangan sia-siakan hidup kita. Kita milik-Nya. Dia memanggil kita menurut nama kita. --PAD
JADIKAN HIDUP INI BERHARGA KARENA ANDA BERHARGA DI MATA-NYA.
Sumber : Renungan Harian