Thursday, January 30, 2014

Jujur

HIDUP YANG BERBEDA (Lukas 3:1-22)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Prajurit-prajurit juga bertanya kepadanya, "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka, "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." (Lukas 3:14)

Di tengah citra buruk seputar korupsi, kolusi, dan nepotisme di kalangan para penegak hukum, nyatanya ada sosok polisi yang tetap  bersikap sebagai pengayom masyarakat. Salah satunya adalah anggota Satlantas Polres Gresik, Aiptu Jailani. Ia dijatah uang saku sebesar  dua ratus ribu rupiah per bulan oleh sang istri. Jumlah yang  terbatas. Toh bintara muda ini tidak tergoda menambah uang sakunya  dari penyalahgunaan tugas. Predikat polisi lalu lintas yang akrab dengan "uang damai" tidak berlaku untuknya. Baginya, siapa pun yang  melanggar aturan lalu lintas harus ditindak dan mendapatkan surat  tilang. Termasuk istrinya sendiri! Ketegasan dan kejujuran Aiptu Jailani patut diacungi jempol.

Selain pemungut cukai, profesi prajurit pada zaman Yesus mendapat  cap negatif dari masyarakat karena tindak pemerasan dan perampasan  yang kerap mereka lakukan. Salah satu alasannya bisa jadi gaji yang  kecil. Namun, di tengah penilaian negatif itu, beberapa prajurit  mengakui kesalahannya dan ingin berubah. Apakah yang sepatutnya  mereka lakukan untuk memperbaiki diri di tengah masyarakat? Yohanes  Pembaptis menasihati mereka, "Jangan merampas dan jangan memeras dan  cukupkanlah dirimu dengan gajimu" (ay. 14).

Orang percaya dipanggil untuk menjadi sosok yang berbeda di tengah  lingkungannya. Berbeda karena memiliki prinsip yang kuat untuk  berlaku jujur dan berpegang teguh pada kebenaran firman Tuhan di  tengah maraknya budaya korupsi. Berbeda karena menolak berkompromi  dengan dosa. --SYS

MEMEGANG TEGUH KEJUJURAN DI TENGAH LINGKUNGAN YANG TIDAK JUJUR, PRINSIP INILAH YANG MENJADIKAN ORANG KRISTIANI ITU BERBEDA!

Sumber : Renungan Harian

Dewasa

MENGENAL SANG TUAN (1 Samuel 3:1-10)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (1 Samuel 3:7)

Orang yang terlibat dalam pelayanan seharusnya mengenal Allah dengan baik. Kenyataannya tidak selalu begitu. Ada orang yang pandai bernyanyi, lantas diberi kesempatan untuk memimpin pujian. Ada orang yang mahir bermain musik, lalu dipercaya mengiringi pujian dalam kebaktian. Hanya karena telah terlibat dalam pelayanan, bukan berarti mereka telah dewasa rohani.

Samuel kecil melayani di rumah Tuhan di bawah pengawasan imam Eli sejak ia disapih ibunya (ay. 1). Samuel sendiri merupakan anak yang di nazarkan Hana untuk melayani Tuhan sejak ia dikandung. Ironisnya, ia belum mengenal Tuhan secara pribadi (ay. 7). Ketika Tuhan berbicara kepadanya, ia tidak mengenal-Nya. Hal itu terjadi sampai tiga kali. Setelah itu, barulah imam Eli mengajarinya apa yang seharusnya dilakukan ketika Tuhan bersabda. Sejak itu, Samuel memiliki hubungan yang sangat intim dengan Tuhan. Ia makin besar dalam penyertaan Tuhan (ay. 19) hingga akhirnya menjadi hakim terkemuka di Israel.

Tanpa pengenalan yang benar dengan Tuhan, mustahil untuk menyenangkan hati-Nya. Karena itu, kita harus berusaha semakin mengenal Allah, agar dapat melayani-Nya dengan lebih baik. Anda juga dapat berperan seperti imam Eli, memperkenalkan Tuhan pada seseorang, termasuk mereka yang telah melayani-Nya, namun belum sungguh-sungguh mengenal-Nya. Barangkali, tuntunan Anda yang sederhana itu dapat membawa mereka menuju kedewasaan rohani sehingga mereka menjadi orang yang berdampak besar bagi kemuliaan Tuhan. --HT

SEMAKIN KITA MENGENAL TUHAN, SEMAKIN KITA DAPAT MELAYANI-NYA DENGAN LEBIH BAIK.

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts