MENJADIKAN TUHAN YANG TERUTAMA “SEBAGAI TANDA KASIH KITA”
Hukum pertama dan yang terutama di dalam kehidupan orang percaya adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.
Orang yang mengasihi pasti ingin memberi yang terbaik kepada yang dikasihinya, bukan hanya mengharapkan sesuatu dari yang dikasihi. Demikian pula dalam hubungan kita dengan Tuhan. Bahwa Tuhan mengasihi kita seharusnya tidak kita ragukan lagi. Tetapi apakah kita mengasihi Dia? Mungkin perlu dipertanyakan ujud kasih yang kita berikan kepadaNya.
Kita belajar dari Daud yang sudah mengalami kasih Tuhan yang besar sebab Tuhan sudah meluputkan dia dari cengkeraman semua musuhnya, dan dari tangan Saul. Daud menaikkan satu nyanyian pujian kepada Tuhan, seperti yang dia ucapkan dalam
Mzm 18:2,3
“Ia berkata: "Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!
18:3 Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!”
Siapa Tuhan untuk Daud?
· Tuhan adalah kekuatannya.
· Tuhan adalah bukit batu baginya.
· Tuhan adalah kubu pertahanannya
· Tuhan adalah penyelamatnya.
· Dia Allahnya.
· Dia gunung batunya.
· Dia tempat untuknya berlindung.
· Tuhan adalah perisai baginya.
· Tuhan adalah tanduk keselamatannya.
· Tuhan kota bentengnya.
Bisakah kita mengungkapkan pengakuan ini seperti Daud mengakui Tuhan bagi dirinya? Mungkin ada di antara kita yang berkata: mana Tuhan sebagai penolong? Hidupku porak-poranda. Berapa lama sudah aku berdoa, tetapi keadaan makin memburuk, aku putus asa. Coba kita pelajari tentang kehidupan Daud dengan segala penderitaan dan pengkhianatan-pengkhianatan yang dia alami dalam hidupnya. Bukankah dia seorang yang dekat dengan Tuhan, yang hatinya mencari Tuhan? Mengapa banyak masalah dan pergumulan yang besar yang harus dihadapi?
Justru tetap melekat kepada Tuhan itulah rahasia kekuatan untuk beroleh kemenangan. Marah kepada Tuhan, kecewa, itu bukan jalan yang benar untuk mendapat perkenan Tuhan, namun sebaliknya akan menyulitkan diri kita sendiri.
· TUHAN KEKUATAN KITA
Bisakah kita seperti Daud mengakui bahwa Tuhan kekuatan kita? Pada saat beban menekan, masalah bertambah, jalan keluar tak kunjung nampak, bisakah kita berkata: “TUHAN, ENGKAU KEKUATANKU.” Apa yang tidak sanggup kulakukan dengan kemampuan sendiri, sanggup kutanggung di dalam Engkau yang memberi kekuatan kepadaku.
Flp 4:13 – “SEGALA PERKARA DAPAT KUTANGGUNG DI DALAM DIA YANG MEMBERI KEKUATAN KEPADAKU.”
· TUHAN ADALAH BUKIT BATU KITA
KepadaNya kita berkata: Engkau bukit bagtu bagiku, yang kokoh dan kuat berdiri terhadap goncangan apapun.
· TUHAN ADALAH KUBU PERTAHANAN KITA
Engkau adalah kubu pertahananku terhadap musuh apapun juga. Engkau bukit batu yang tak tembus hantaman.
· TUHAN ADALAH PENYELAMAT KITA
Engkau yang menyelamatkan aku dari musuh yang mengejarku bahkan mengepungku.
· TUHAN ADALAH ALLAH KITA
Di dalam keterpurukan kita, kadang-kadang kesalahan dan dosa kita terbayang di depan pelupuk mata kita. Tetapi setelah kita merendahkan diri dan mohon ampun kepadaNya kita bisa berkata, “Engkau Tuhan Allahku yang panjang sabar, rahmani dan rahimi, pengampun dosa, dan Engkau mau menerimaku apa adanya. Engkau tak memperhitungkan dosaku lagi. Walau dosaku merah sekalipun, Kau sanggup menyucikanku seputih salju. Walau dosaku warna kirmizi atau seperti kain jingga sekalipun, Kau dapat membuatku lebih putih dari bulu domba, dan Engkaulah yang sanggup membasuh dan menyucikan, menghapuskan segala bentuk dan jenis dan sifat kejahatan dari dalam batinku, sehingga aku menjadi manusia baru. Aku yang berdosa, Kau beri kebenaranMu sebagai pakaianku.
Terima kasih Tuhan! Engkau Allahku, dan kepadaMu aku mau sujud tersungkur dan menyembah, dengan mempersembahkan seluruh keberadaanku. Roh, jiwa dan tubuhku, semua niat dalam batinku, kuserahkan kepadaMu. Engkau yang berdaulat atas hidupku sepenuhnya.
Betapa indahnya bila hidup ini menjadi milikNya, dan ada dalam kedaulatanNya sepenuhnya. Bisakah? Hanya bisa bila ada penyerahan dan penyangkalan diri, hidup dalam ketaan setiap hari, menyerah total kepadaNya, Tuhan dan Allah kita.
· DIA GUNUNG BATU KITA
Daerah di mana Daud melarikan diri pada waktu dikejar-kejar musuh adalah daerah gunung-gunung batu, bukan gunung yang berbatu, tetapi gunung batu. Gunung itu benar-benar terbuat dari batu, kokoh, kuat, dan mereka membuat goa-goa dalam gunung batu itu, sehingga benar-benar bisa menjadi tempat perlindungan terhadap cuaca, binatang buas dan musuh. Demikianlah Daud mengumpamakan Tuhan.
Bagaimana dengan kita. Walau di luar sana tempat terbuka untuk bahaya, ancaman dan serangan, tetapi gunung batu merupakan tempat yang aman. Tinggi, terjal tak terhampiri. “Tuhan, Engkau Gunung Batuku yang melindungiku. Bagiku, asal aku ada di dalamMu, aku berada di tempat yang aman yang tak terhampiri oleh musuh-musuhku.” Taruh diri kita di sana, dalam lekukan hati atau tangan Gunung Batu Karang Yesus Kristus.
· DIA TEMPAT UNTUK KITA BERLINDUNG
Di surga dan di bumi tiada yang lebih besar, lebih berkuasa, lebih mengasihi, lebih peduli, lebih bisa atau mampu daripada Dia, Tuhan kita. Jadikan Dia tempat pengungsian, tempat berlindung, tempat bernaung, tempat berlari, tempat mengadu dalam keadaan apapun. Pada saat orang tidak peduli, Dia peduli. Pada saat orang lain lelah untuk mendengar atau memahami kita, Dia tetap mau mendengar dan mengerti serta memahami kita. Di saat orang lain terlelap tidur, dan kita sendiri dengan keresahan dan kegelisahan kita, dengan isak tangis atau lelehan air mata kita, Dia tidak terlelap, Dia tidak mengantuk, Dia tidak tertidur, Dia peduli, Dia tidak diam, Dia mau menemani kita, bahkan menolong kita. Dia mau menjadi body guard kita. Luar biasa. Tapi sayang, banyak orang kecewa, marah dengan Tuhan, mengata-ngatai Tuhan pada saat mengalami pergumulan panjang atau pada saat menghadapi keadaan atau mengalami sesuatu tidak seperti yang diharapkan. Kalau kita kecewa atau marah kepada Tuhan, apalagi mengata-ngatai Dia, lalu siapa yang akan kita minta tolong dalam kesulitan kita. Apakah ada yang melebihi Dia? Kita perlu berhati-hati dalam menjaga sikap hati dan perkataan kita terhadap Tuhan.
· TUHAN ADALAH PERISAI BAGI KITA
Perisai adalah tameng untuk menangkis dan melindungi terhadap senjata yang dibidikkan atau diluncurkan musuh terhadap kita. Tuhan pribadi yang hidup dan bukan benda yang mati. Apabila seseorang berada di dalam medan pertempuran, dia memegang perisai itu untuk menangkis dan melindungi dirinya terhadap anak-anak panah. Tetapi karena Tuhan hidup, Dia yang aktif memposisikan diri sebagai tameng atau perisai kita, dengan demikian kita benar-benar terproteksi. Bagaimana musuh bisa mengenai kita? Tak mungkin, sebab tak ada yang lebih mahir daripada Tuhan. Dia maha segalanya.
· TUHAN ADALAH TANDUK KESELAMATAN KITA
Di dalam PL, seseorang yang berbuat salah dan harus dihukum mati, pada waktu dia berlari ke mezbah dan memegang tanduk pada sudut-sudut mezbah, maka ia tidak boleh dibunuh (1 Raj 1:50-53). Namun harus bertobat dan berlaku setia serta tidak berkhianat.
Demikian pula dengan kita. Tak ada di antara kita yang luput dari dosa dan kesalahan, namun demikian, pada saat kita berlari kepada Tuhan untuk memperoleh keselamatan, Dia bermurah hati untuk memberi keselamatan itu. Namun kita harus bertobat dan berlaku setia dan tidak mengkhianati Tuhan.
Tanduk juga bisa berarti otoritas, kuasa, kedaulatan, kedudukan, posisi, wewenang. Tuhan mempunyai wewenang yang tertinggi untuk membebaskan kita dari dosa dan kesalahan kita, dan menganugerahkan keselamatan bagi kita. Luar biasa kasih dan pengampunan serta pertolonganNya terhadap orang yang membutuhkanNya. Halleluya.
· TUHAN ADALAH KOTA BENTENG KITA
Daud mengalami kesulitan yang besar pada waktu berperang melawan orang-orang Filistin. Ia mengalami keletihan, sehingga Alkitab mengatakan ia letih lesu. Ia menghadapi raksasa yang tombaknya berat-berat sampai ratusan syikal terbuat dari tembaga dan menyandang pedang baru, mengira dapat menewaskan Daud. (1 syikal = 11,4 gram). Datang Abisai menolong Daud merobohkan dan membunuh orang-orang Filistin itu. Daud dilindungi oleh orang-orangnya dan diamankan.
Empat raksasa total dikalahkan dan tewas di tangan Daud dan orang-orangnya, raksasa-raksasa itu ada yang gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, ada yang tinggi perawakannya dan jari kaki dan tangannya semua masing-masing jumlah jari seluruhnya 24. Semua keturunan raksasa (2 Sam 21:15-22).
Betapa beratnya pertempuran tersebut di daerah pegunungan-pegunungan dan padang-padang gurun tandus. Tetapi Tuhan membela, mendatangkan pertolongan, melindungi, menewaskan musuh, dan memberi kemenangan.
Mungkin kita juga dalam peperangan atau pergumulan dalam kehidupan. Kita sedang melakukan perlawanan yang sengit terhadap raksasa-raksasa yang menyerang kehidupan kita:
- Raksasa hutang piutang yang menggunung, kemiskinan, perhambaan, dll.
- Raksasa sakit-penyakit yang menahun, HIV, stroke, diabet, gagal ginjal, dll.
- Raksasa perselingkuhan dan godaan seks yang berat, pusing, pening, patah semangat, dll.
- Raksasa keputusasaan menghadapi masa depan, kekerasan dalam rumah tangga, dll.
Seperti Daud, kita letih, lelah, terpojok, jadi incaran. Tetapi Tuhan sebagai kota benteng kita akan melindungi kita dari semua arah, asal kita tetap percaya berharap dan berserah kepadaNya, sehingga kita tidak murtad, tetapi tetap beriman.
Kapan, dan bagaimana caranya Dia menolong, kita tidak tahu. Tetapi bertahan, jangan menyerah, jangan putus asa. Dia tidak akan membiarkan kita terkapar diinjak lawan kita, asal kita punya ketetapan hati untuk menang. Utamakan Tuhan. Nomor satukan Dia. Kasihi dan puji Dia. Kita menang saat kita tetap percaya dan bisa bersyukur kepadaNya. Amin.
Oleh : Ibu Pdt. Mary Hartanti