Kesaksian : Deny S. Pamudji
Pada tgl 3 Peb, pk 00.30 pagi, isteri saya mengalami kontraksi dan mengeluarkan sedikit darah. Dia sudah mengandung 37 minggu. Saya kemudian mengambil mobil (T120SS) dan meluncur ke RS Pluit di mana kami melakukan pemeriksaan rutin.
Setibanya dipintu gerbang tol pluit dan menuju gerbang tol pluit lama, ada banjir menggenang sedalam lebih kurang 60 cm (karena pasang). Saat itu saya berpikir apakah harus menerobos banjir atau tidak. Tetapi mengingat posisi anak saya yang sungsang, akhirnya saya terobos juga.
Pada saat menerobos, indikator accu (aki) menyala dan kami berdoa agar bisa lolos. Dan LOLOS juga.
Ketika kami hendak terus ke RS Pluit, ada mobil yang berpas-pasan (menuju kami) dan memberi info bahwa akses ke RS Pluit tidak bisa dilalui oleh mobil seperti kami. Dalamnya mencapai 100 hingga 150 cm.
Kami agak panik dan bingung. Tiba-tiba kami melihat adanya posko polisi darurat* di dekat kuil Hindu di samping tol. Saya turun dan meminta tolong pada polisi untuk bisa menyebrangi kami. (* posko itu didirikan untuk mengantisipasi adanya penjarahan pada saat banjir)
Seorang polisi mau membantu dan panser sempat dinyalakan, tetapi kemudian dia menyerah ketika mengetahui info dalamnya banjir di sekitar RS Atmajaya.
Di saat kami sedang bingung dan isteri saya juga mulai kontraksi lagi (dan juga berdarah lagi), datanglah malaikat yang dikirim Tuhan. Saya katakan malaikat karena dengan tiba-tiba saja ada truk besar dan tinggi datang menghampiri kami berada.
Dengan serta merta kami menghentikan truk tsb dan polisi (yang citranya 'buruk' di mata kita) juga ikut menghentikan dan bahkan 'mengawal' kami ke RS Pluit.
Benar, dalamnya banjir luar biasa. Dan kami juga tidak yakin bahwa kami bisa lolos soalnya lampu depan truk tinggi itu juga sempat masuk ke dalam air.
Dalam menerobos banjir itu, kami juga melihat orang-orang yang mau menghampiri kami (rupanya preman2 di sana), tetapi karena melihat polisi yang mengawal, kami tidak diapa-apakan.
Akhirnya kami lolos dan tiba di RS Pluit. Isteri saya mendapat tindakan pertama. Cuman, isteri saya tidak melahirkan malam itu.
Hingga esok pagi, isteri saya masih saja belum mengalami pembukaan lebih lanjut. Dokter Deny (alm) yang ditunggu-tunggu ternyata tidak bisa datang karena rumahnya juga terkena banjir. Tapi, Tuhan Yesus sudah menyediakan dokter lain. Dokter itu teman sejawat dokter Deny ketika kuliah di Jerman. Dokter itu bukanlah dokter dari RS Pluit. Dokter itu berkunjung ke RS Pluit pada tgl 3 Pebruari malam dan tidak bisa pulang karena banjir.
Karena dokter Deny tidak bisa hadir, maka saya minta tolong pada dokter itu untuk membantu persalinan isteri saya. Dan dokter itu bersedia membantu.
Singkat cerita pada tgl 4 Peb, pk. 14.55, lahirlah anak kami, yang kami beri nama Jeevan Kristori (Kehidupan Cahaya Kristus) dgn nama kecil Evan atau Jack yang berarti Anugerah Tuhan yang Besar. (Sekarang dia dipanggil Ori yang artinya cahaya oleh teman2nya)
Puji Tuhan bahwa Tuhan masih mengirimkan malaikat pada saat kita membutuhkan. Bagi saya bukan hanya satu malaikat, melainkan 3 malaikat sekaligus, yakni polisi, sopir truk berserta truknya, dan dokter sejawat dari dokter Deny.
Jakarta, 5 Pebruari 2002
Deny S. Pamudji
ditambahkan pada tgl 13 Mei 2008
Technorati Tags: rs pluit,konstraksi,banjir,polisi,panser,dr deny,jeevan kristori,truk,dokter,jerman,preman