Wednesday, August 21, 2013

Semua Disediakan

SUNGGUH AMAT BAIK (Kejadian 1:1-31)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:31)

Jika kita menyimak berbagai macam fakta mengenai alam semesta yang Tuhan ciptakan, kita akan berdecak kagum. Ada banyak keindahan yang bisa kita nikmati tanpa harus membayar sepeser pun! Ada langit  bertaburan bintang ketika cuaca cerah pada malam hari, cahaya yang menakjubkan ketika matahari terbit atau terbenam, beragam hewan  dengan bentuk yang unik, dan masih banyak lagi. Sungguh ajaib ciptaan Allah itu!

Hari ini kita membaca rangkaian ayat yang cukup panjang mengenai  sejarah penciptaan langit, bumi, dan segala isinya. Alkitab  mencatat, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam" (ay.  31). Sungguh amat baik segala sesuatu yang Allah ciptakan! Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari mengatakan bahwa Allah memandang segala  sesuatu yang telah dibuat-Nya itu, dan Ia sangat senang. Jika Allah  menganggap segala sesuatu yang Dia ciptakan sungguh amat baik, sudah selayaknya apabila kita setuju dengan Dia. Kita juga patut  bergembira karena Allah juga bergembira dengan semua karya-Nya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mengucap syukur dan merasa senang dengan apa yang Allah perbuat bagi kita? Apakah kita bisa melihat sisi terbaik dari setiap kesusahan yang menimpa kita? Allah tidak pernah salah. Dia menciptakan segala sesuatu yang baik untuk  alam ini; Dia juga menyediakan segala sesuatu yang baik untuk hidup kita pada saat ini, pada masa yang akan datang, bahkan sampai pada  kekekalan. --Widodo Surya Putra

MENYAKSIKAN KEINDAHAN CIPTAAN ALLAH MENEGUHKAN BAHWA DIA SENANTIASA MENYEDIAKAN YANG TERBAIK BAGI KITA.

Sumber : Renungan Harian

Jujur

TIDAK TAHU (Zakharia 4:1-14)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun


Ia menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" (Zakharia 4:13)
Buku Derek Williams, One in a Million, memuat kisah Bob. Pria ini tahu cerita tentang Yesus, kematian, dan kebangkitan-Nya. Ia membaca  buku-buku yang mengupas hal itu, namun logikanya menolak percaya bahwa manusia dapat bangkit dari kematian. Pada 1984, ia bertemu  langsung dengan penginjil terkenal, Billy Graham. Bob mengaku terkesan ketika Billy Graham mengaku bahwa banyak pertanyaan yang  tidak ia ketahui jawabannya, sama seperti dirinya! "Kalau Billy Graham saja tidak tahu semua hal tentang kekristenan, kenapa aku  harus tahu semuanya dulu baru percaya?" pikirnya. Bob pun akhirnya memutuskan untuk menerima Yesus.
Ketidaktahuan adalah hal yang lumrah. Bukan hanya Bob dan Billy Graham, bahkan nabi Zakharia pun tidak mengerti banyak hal. Dalam  perikop hari ini, ia dua kali mengaku tidak mengerti tentang penglihatan yang ia alami dan meminta penjelasan. Dalam perikop  sebelum dan sesudahnya, kita juga menemukan pengakuan serupa. Sebagai buah dari kejujurannya ini, malaikat memberitahukan makna  penglihatan tersebut. Zakharia kemudian mampu menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel.
Sebagai manusia yang terbatas, kita tidak mungkin mengerti segala  hal. Baik itu soal Kekristenan, ilmu pengetahuan, maupun kehidupan.  Otak dan akses kita terhadap informasi terbatas. Karena itu, tidak perlulah kita menutup-nutupi ketidaktahuan tersebut dengan bersikap  sok tahu. Lebih baik, dengan rendah hati kita mengakuinya dan meminta penjelasan supaya jadi mengerti. --Alison Subiantoro
LEBIH BAIK MENGAKU TIDAK TAHU SUPAYA MENJADI TAHU DARIPADA SOK TAHU DAN TIDAK PERNAH TAHU.

Sumber : Renungan Harian

Rendah Hati

D.L. MOODY DAN SEPATU (Yohanes 13:1-20)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu. (Yohanes 13:14)

Serombongan besar pendeta Eropa menghadiri Konferensi Alkitab D.L. Moody di Massachusetts pada akhir 1800-an. Sesuai dengan tradisi Eropa, mereka biasa menaruh sepatu di luar kamar, agar malamnya para pelayan bisa membersihkan dan menyemirnya. Mereka lupa sedang berada di Amerika, yang tidak mengenal tradisi itu. Melihat hal ini, Moody meminta bantuan beberapa siswa untuk membersihkan sepatu-sepatu itu, tapi mereka enggan. Supaya tidak mempermalukan para tamu, Moody --sang penginjil ternama itu-- mengumpulkan semua sepatu lalu membersihkan dan menyemir semuanya, di dalam kamarnya. Tanpa sengaja seorang teman masuk ke kamarnya dan melihat apa yang ia lakukan.

Esok paginya para tamu sudah memakai sepatu yang mengilap, tanpa tahu siapa yang membersihkannya. Moody tidak memberi tahu siapa pun. Namun, teman yang memergoki Moody memberi tahu beberapa orang sehingga selama sisa konferensi itu mereka bergantian membersihkan sepatu para tamu diam-diam.

Saat Yesus dan para murid makan bersama menjelang penyaliban, Dia menanggalkan jubah-Nya dan membasuh kaki para murid. Tanpa ragu Dia memberikan teladan tentang berhati hamba meskipun Dia adalah Tuhan dan Guru. Mengapa? Sebab para murid sangat perlu kerendahan hati dalam melayani. Seorang pelayan siap berada di tempat yang lebih rendah. Siap melakukan tugas yang tak nyaman. Siap melayani meski tak banyak dihargai.

Setiap kita sesungguhnya juga adalah pelayan Kristus. Bersediakah kita melayani dan berhati hamba seperti Dia? --Agustina Wijayani

BILA ORANG BERPUSAT PADA DIRI SENDIRI, IA BISA TINGGI HATI. BILA ORANG BERPUSAT PADA KRISTUS, IA SEMAKIN RENDAH HATI.

Sumber : Renungan Harian

Masa Lalu

MESIN WAKTU (Kejadian 50:15-21)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merekarekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:20)

Salah satu teknologi fiksi ilmiah yang paling terkenal adalah mesin waktu. Dengannya, orang bermimpi bisa mengintip apa yang terjadi pada masa depan atau untuk mengubah peristiwa masa lalu yang kita sesali. Menariknya, secara teori fisika, mesin waktu bisa dibuat, khususnya untuk "pergi" ke masa depan. Namun demikian, untuk sekarang, kita harus bisa menerima fakta bahwa masa lalu tidak bisa diubah dan masa depan hanya bisa kita bayangkan.

Syukurlah, bahwa sebagai umat Allah, fakta ini tidaklah menakutkan karena karakter Allah yang terungkap dalam pernyataan Yusuf. Kisah Yusuf ini mengandung setidaknya dua aspek. Pertama, mendorong kita untuk tidak terjebak dalam penjara masa lalu. Apa pun kesalahan atau keburukan yang terjadi, bukan berarti hidup kita selamanya buruk. Bahkan kesalahan masa lalu dapat Allah pakai untuk mendatangkan kebaikan. Ini yang terjadi pada saudara-saudara Yusuf. Mereka memiliki masa lalu yang buruk ketika mereka menjual Yusuf. Tetapi, mereka mengakui kesalahan itu dan melangkah maju. Melaluinya, kehidupan mereka sekeluarga terpelihara di tengah kelaparan yang melanda.

Kedua, mendorong kita untuk tidak mendendam pada orang lain. Kita perlu percaya bahwa hal itu terjadi dalam kontrol Allah demi kebaikan kita. Ini yang dilakukan Yusuf. Ia tidak mau terpenjara dalam kemarahan dan kepahitan kepada saudara-saudaranya. Ia mengampuni mereka, membuka pintu rekonsiliasi.

Maukah kita juga melepaskan masa lalu seperti mereka? --Alison Subiantoro

LEPASKAN MASA LALU, MELANGKAHLAH KE MASA DEPAN YANG GEMILANG.

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts