TRAGEDI (Lukas 16:19-31)
Dikirim oleh : Fransisca Adella Kipuw
Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka (Mazmur 41:2)
Film garapan James Cameron, Titanic, melukiskan tragedi tenggelamnya kapal pesiar raksasa yang memakan korban ribuan jiwa pada malam dingin di tengah Samudra Atlantik. Di hari tuanya, seorang saksi hidup, Rose Calvert, mengenang tragedi itu dan berkomentar dalam sinisme pedih: "Malam itu ada 1.500 orang tewas bersama tenggelamnya kapal. Hanya 6 jiwa yang berhasil diselamatkan, termasuk aku. Padahal ada 20 kapal sekoci di dekat kami, yang sebenarnya masih bisa menampung penumpang, tetapi mereka diam dan menunggu. Menunggu pertolongan lain datang dan menunggu satu persatu jiwa melayang ...."
Tragedi selalu ada. Namun, ada tragedi yang sebetulnya tak perlu terjadi. Paling tidak, tak perlu separah itu, asal ada orang yang mau berbuat sesuatu. Kematian tragis Lazarus dalam perumpamaan Yesus ini adalah contohnya. Mati karena sakit dan lapar, sementara di dekatnya ada orang kaya yang punya segala kesempatan dan potensi untuk menolong. Namun, ternyata ia tidak berbuat apa-apa, sampai terjadi tragedi itu. "Kemudian matilah orang miskin itu ..." (ayat 22).
Mengapa ia tidak berbuat sesuatu? Adegan di alam maut menjawabnya. Ia tak pernah tahu rasanya kesakitan. Baru di situ ia tahu rasa! Tahu benar perihnya kulit terbakar dan keringnya kerongkongan karena dahaga (ayat 24). Sayang, sudah terlambat. Andai waktu masih hidup ia tahu sakitnya penderitaan Lazarus, mau peduli dan berempati, ceritanya akan lain.
Belum terlambat bagi kita untuk berempati dan peduli. Masih banyak "Lazarus" yang menanti seseorang berbuat sesuatu. Daripada menunggu, lebih baik berbuat sesuatu --PAD
JANGAN BIARKAN TRAGEDI TERJADI HANYA KARENA KITA TIDAK MAU BEREMPATI DAN PEDULI
Sumber : Renungan Harian