Tuesday, October 30, 2012

Kuasa Doa

BERDOALAH ... BERDOALAH ... (Efesus 6:10-20)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Dengan segala doa dan permohonan, berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, ... (Efesus 6:18-19)

Setelah bertahun-tahun melayani suku Lisu tanpa hasil, misionaris J.O. Fraser merasa sangat depresi. Dalam kondisi putus asa ia berdoa  dan menggerakkan sekitar 8-10 orang kristiani di negara asalnya untuk mendukungnya dalam doa terus-menerus. Tahun-tahun berikutnya,  puluhan ribu orang Lisu menerima Kristus. Mencengangkan. Fraser bersaksi, "Tak ada gunanya mengajar atau berkhotbah kepada suku Lisu    jika mereka masih dibelenggu oleh kuasa-kuasa yang tak kelihatan. Anda berperang melawan masalah mendasar dari suku Lisu ini ketika    Anda berdoa ...."

Fraser mengalami kebenaran yang disampaikan rasul Paulus berabad-abad sebelumnya kepada jemaat Efesus. Pemberitaan Injil bagi  Paulus bukan sekadar sebuah metode bercerita tentang Juru Selamat, tetapi merupakan sebuah pertempuran rohani melawan kuasa-kuasa yang  menentang Allah (ayat 12). Kepiawaian berbicara tidaklah cukup. Paulus sadar hanya kuasa Tuhan yang dapat memampukannya menyampaikan kebenaran dengan berani. Sebab itulah ia berdoa, dan juga mendorong  jemaat Efesus untuk mendoakannya (ayat 18-20).

Kerap doa dipandang sebagai pelayanan yang kecil dan kurang berarti.  Padahal doa justru menghubungkan kita dengan kuasa Allah yang tidak  terbatas. Dalam kerinduan membawa orang kepada Tuhan, sudahkah doa kita prioritaskan? Pikirkanlah satu nama orang yang rindu Anda bawa mengenal Kristus, atau satu nama orang yang sedang memberitakan Injil, dan ambillah komitmen mendoakannya secara terus-menerus    selama bulan ini. --ELS

DOA BUKANLAH UPAYA MENGATASI KEENGGANAN TUHAN, TETAPI MENANGKAP APA YANG SIAP DIKERJAKAN-NYA. -MARTIN LUTHER

Sumber : Renungan Harian

Generasi Cinta Tuhan

TIDAK PERNAH PENSIUN (Mazmur 71:17-24)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang. (Mazmur 71:18)

Masa pensiun bagi banyak orang cukup menakutkan, karena masa-masa itu mereka dianggap tidak produktif lagi. Tidak ada karya berarti  yang dapat mereka hasilkan. Akibatnya, banyak orang lanjut usia putus harapan dan tidak bersemangat menjalani hidup. Jika melihat  anak-anak muda yang perilakunya tidak karuan, mereka mulai mengomel dan menyalahkan mereka.

Sungguh berbeda dengan kerinduan pemazmur yang kita baca. Ia rindu  masa tuanya menjadi masa yang produktif untuk terus memberitakan  Pribadi dan karya Tuhan yang telah ia kenal sejak kecil (ayat 17-18). Yang menakutkan bagi pemazmur bukan masa tua itu sendiri,  tetapi ketiadaan penyertaan Tuhan. Sebab itu ia memohon agar Tuhan tidak meninggalkannya (ayat 18). Ia telah melalui banyak kesusahan  sekaligus banyak mengalami pertolongan dan penghiburan Tuhan; ia menyaksikan sendiri kebesaran, kesetiaan, dan keadilan Tuhan (ayat   20-23). Entah berapa lama lagi ia punya kesempatan, tetapi yang jelas hari-hari yang ada hendak ia gunakan untuk memperkenalkan  Tuhan yang dikasihinya kepada generasi yang akan datang.

Hari ini tantangan bagi generasi muda makin besar. Ada banyak hal  yang dapat menarik hati mereka jauh dari Tuhan. Adakah situasi ini  membuat kita merasa tak berdaya? Ataukah kerinduan seperti yang dimiliki pemazmur kian membuncah di hati kita? Kita yang telah  menerima pengajaran Tuhan dipanggil untuk mengajar generasi berikutnya. Tidak ada kata pensiun. Hingga tua dan putih rambut   kita, kiranya Tuhan menolong kita untuk terus memberitakan Dia. --WPS

TIAP HARI ADALAH KESEMPATAN MEMBANGUN GENERASI YANG MENCINTAI TUHAN

Sumber : Renungan Harian

Tuesday, October 23, 2012

Anak Yang Hilang

Kristen Yang Tersesat (Lukas 15:11-32)
Oleh : Deny S Pamudji

… Saudaramu telah mati, tetapi ia sudah hidup kembali, Ia telah hilang, tetapi sudah ditemukan kembali. (Lukas 15:32)

Ketika anak bungsu menuntut bapaknya untuk membagi harta yang menjadi bagian warisannya, apakah menurut kita, bapak itu tidak terluka hatinya?  Bukankah suatu hal yang keterlaluan jika seorang anak meminta bagian harta yang akan menjadi warisannya pada saat bapaknya masih hidup dan sehat wal’afiat?!

Namun bapak ini dengan sabar melayani kehendak anak bungsunya dan bahkan mengantarnya ke luar rumah serta menantikannya kembali, hari demi hari.  Tiada sakit hati pada bapak yang sabar ini.

Walau alkitab tidak menulis secara eksplisit tentang harapan bapak ini, namun kita bisa mengetahui bagaimana bapak ini selalu memandang jauh ke luar rumah kalau-kalau si bungsu kembali lagi.

Bahkan Pdt Benny Hinn menggambarkan bagaimana bapak ini selalu berharap anaknya kembali dan hari ke hari yang diingat bukanlah hal yang menyakitkan hatinya melainkan hal-hal yang menyenangkan ketika si bungsu masih bersamanya.

Harapan bapak ini kemudian menjadi kenyataan.  Suatu hari bapak yang selalu memandang jauh ke luar rumah, melihat anak bungsunya kembali.  Betapa senangnya bapak ini dan langsung berlari menghampiri anak bungsunya dan menerimanya seperti tiada pernah ada kesalahan pada si bungsu.

Bapak yang baik ini sebenarnya adalah gambaran dari Bapa kita yang ada di sorga.  Bapa yang bijak, Bapa yang baik, Bapa yang mengasihi kita dengan sempurna.  Bapa yang tidak pernah mau mengingat berapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan.

Sedangkan anak bungsu merupakan gambaran dari kita, kristen yang tidak tahu diri.  Kristen yang hanya menuntut, tetapi tidak pernah menghargai kasih karunia Bapa.

Sama seperti bapak yang mengharapkan anak bungsunya kembali, maka Bapa di sorga juga mengharapkan kita kembali kepada-Nya.  Maka apabila Engkau sekarang ini hidup jauh dari Yesus.  Engkau yang mengambil jalanmu sendiri dan melupakan kasih karunia Allah melalui Yesus.  Bapa mengharapkan Engkau kembali.  Kembalilah dengan pertobatan yang sungguh.  Bapa menantimu dan akan menerimamu sebagai anak yang hilang dan telah kembali.

Semoga kiranya kita dapat menjadi anak yang menjadi kebanggaan-Nya.  Anak yang taat akan Firman-Nya dan anak yang tidak mempermalukan nama-Nya.  Haleluyah, amin.

Sunday, October 14, 2012

Prioritas

Marta & Maria (Lukas 10:38-42)
Oleh : Deny S Pamudji

"Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Lukas 10:42

Dikisahkan Yesus berkunjung ke rumah Marta & Maria.  Tidak diceritakan apakah ini merupakan kunjungan yang pertama atau yang kesekian kali.  Namun yang jelas, kunjungan ini membuat Marta & Maria sibuk sekali mempersiapkan segala sesuatunya.

Saking sibuknya, Marta sampai-sampai kurang menyadari bahwa Yesus sudah datang dan sudah waktunya untuk Marta berkumpul bersama Yesus mendengarkan ajaran-Nya.  Berbeda dengan Maria, segera meninggalkan kegiatan persiapannya dan lebih suka bersama dengan Yesus.

Ketika Marta melihat apa yang dikerjakan saudaranya, Maria, yang tidak lagi membantu dirinya, Marta langsung menegur Maria.  Melihat kejadian itu, Yesus mengatakan pada Marta bahwa apa yang dilakukan Maria sudah benar karena Maria memilih prioritas yang tepat.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menempatkan prioritas yang benar dalam hidup kita? Apakah kita terlalu sibuk dalam kehidupan duniawi sehingga melupakan kehidupan rohani?  Atau kita sibuk dalam kehidupan rohani (dalam segala pelayanan) namun melupakan hubungan akrab kita dengan Yesus?

Saatnya kita memperbaiki kehidupan kita.  Kita berikan prioritas yang tepat.  Kehidupan duniawi dan rohani harus berjalan.  Namun hubungan akrab dengan Yesus harus tetap terjaga.  Tuhan memberkati.

Tuesday, October 09, 2012

Rancangan-Nya Jadi

INI DOSA SIAPA? (Yohanes 9:1-41)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, ...." (Yohanes 9:2-3)

Jika kita ditimpa kemalangan, kita cenderung bertanya, mengapa saya yang mengalami penderitaan ini. Kenapa bukan orang lain yang  lebih jahat? Atau, andaikan orang lain yang berdosa, mengapa saya yang harus menanggung akibatnya? Pertanyaan-pertanyaan tidak terjawab ini berpotensi membuat kita makin terpuruk dalam kesedihan dan mengobarkan kemarahan karena merasa Allah berlaku tidak adil  atau menghukum kita terlalu berat. Selain itu, kita mungkin kehilangan simpati terhadap orang yang kurang beruntung, menganggap  sudah selayaknyalah ia menanggung derita tersebut.

Ketika melihat orang yang buta sejak lahir, murid-murid Yesus menanyakan hal yang sama: Mengapa ia menderita? Penderitaan ini dosa  siapa? Jawaban Yesus mencengangkan. Penderitaan si orang buta bukan akibat dosa siapa pun. Hal itu diizinkan Tuhan dengan tujuan.  Peristiwa Yesus mencelikkan matanya menjadi salah satu bukti bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 32-33). Sebuah kesaksian yang kuat di    tengah tekanan orang Farisi yang membutakan hati dan menolak percaya. Apa kondisi yang harus ada agar pekerjaan Allah ini dinyatakan? Kita tahu jawabnya: orang ini harus terlahir buta.

Mungkin saat ini Anda mengalami penderitaan yang bukan karena kesalahan Anda. Mungkin tidak ada mukjizat yang terjadi. Tidak pasti  juga sampai kapan Anda harus menanggung derita itu. Hendaknya Anda tidak terus terpuruk dalam kesedihan. Tuhan tidak pernah keliru.  Dengan kepercayaan yang teguh, mohonlah Tuhan menyatakan pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam dan melalui tiap situasi yang Anda alami. --HEM

SUKACITA DIPEROLEH BUKAN KARENA PERTANYAAN KITA TERJAWAB, MELAINKAN KARENA PEKERJAAN TUHAN TERLAKSANA MELALUI KITA.

Sumber : Renungan Harian

Rely On Him

A New Day (Psalm 118:19-29)

This is the day the Lord has made; we will rejoice and be glad in it. —Psalm 118:24

In a morning meeting I recently attended, the person who opened the gathering began by praying, “Lord, thanks for today. It is the beginning of a new day we have never seen before.” Although the idea seemed obvious, that prayer got me thinking about a couple of different things. First, because each day is a new opportunity, it will be filled with things we cannot anticipate or even prepare for. Therefore, it’s important that we recognize our limitations and lean heavily on God—intentionally choosing to live in His grace and strength rather than relying on our own resources.

The second thing that occurred to me is that the newness of each day is a gift worth celebrating. Perhaps this concept was what prompted the psalmist to declare, “This is the day the Lord has made; we will rejoice and be glad in it” (Ps. 118:24).

Of course, we face many unknowns today—and some could be difficult. But the treasure of each brand-new day is so special that Moses was led to write, “Teach us to number our days, that we may gain a heart of wisdom” (90:12). Every new day is a precious gift. May we thankfully embrace each one with confident trust and humble celebration. —Bill Crowder

He whose heart is kind beyond all measure
Gives unto each day what He deems best—
Lovingly, its part of pain and pleasure,
Mingling toil with peace and rest. —Berg

Each new day gives us new reasons to praise the Lord.

Source : Our Daily Bread

Facing Obstacles

Helping With Hurdles (Acts 15:36-41)

Two are better than one . . . . For if they fall, one will lift up his companion. —Ecclesiastes 4:9-10

When my daughter Debbie was a little girl, she took ballet lessons. One dance exercise involved jumping over a rolled-up gym mat. Debbie’s first attempt resulted in her bouncing off this hurdle. For a moment she sat on the floor stunned, and then she began to cry. Immediately, I darted out to help her up and spoke soothing words to her. Then, holding her hand, I ran with her until she successfully jumped over the rolled-up mat. Debbie needed my encouragement to clear that hurdle.

While working with Paul on his first missionary journey, John Mark faced a major hurdle of his own: Things got tough on the trip, and he quit. When Barnabas tried to re-enlist Mark for Paul’s second journey, it created conflict. Barnabas wanted to give him a second chance, but Paul saw him as a liability. Ultimately, they parted ways, and Barnabas took Mark with him on his journey (Acts 15:36-39).

The Bible is silent about John Mark’s response when Barnabas helped him over his ministry hurdle. However, he must have proven himself, because Paul later wrote that John Mark “is useful to me for ministry” (2 Tim. 4:11).

When we see a believer struggling with an apparent failure, we should provide help. Can you think of someone who needs your help to clear a hurdle? —Dennis Fisher

Lord, I want to show the kindness of Your
heart today. Please show me who I can help
and in what way. I want my words and deeds
to convey Your love. Amen.

Kindness picks others up when troubles weigh them down.

Source : Our Daily Bread

Wednesday, October 03, 2012

Firman Allah

TIDAKKAH KAMU BACA? (Matius 12:1-8)

... "Tidakkah kamu baca .... tidakkah kamu baca .... Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. (Matius 12:3a, 5a, 7)

Tahukah Anda bahwa seluruh isi Alkitab dapat dibaca nonstop dalam waktu sekitar 76 jam? Jadi, jika Anda membacanya 15 menit saja setiap hari, Anda dapat menyelesaikan seluruh Alkitab kurang dari setahun! Jika sebagian besar orang kristiani belum pernah satu kali  pun membaca Alkitab hingga selesai, masalahnya terletak pada disiplin dan motivasi

Menarik untuk memperhatikan pertanyaan Tuhan Yesus: Tidakkah kamu  baca? Pertanyaan yang sama juga dilontarkan-Nya dalam Matius 19 dan  22. Tuhan Yesus seolah hendak menegaskan kepada para pendengar-Nya  --baik murid-murid, orang Farisi, maupun orang banyak yang   mengikuti-Nya--bahwa sebagai umat Allah, sudah seharusnya mereka membaca seluruh isi Kitab Suci. Kaum Farisi mencomot satu bagian  tanpa melihat bagian lainnya, sehingga pemahaman mereka tak lengkap dan kesimpulan mereka keliru

Bisa jadi kita pun gelagapan jika pertanyaan yang sama diajukan pada  kita. Sudah berapa kali kita selesai membaca Alkitab? Tanpa memahami garis besar keseluruhannya, kita bisa terjebak memandang Alkitab  sebagai kumpulan cerita yang tidak saling berhubungan, dan membuat banyak pemaknaan yang keliru. Padahal, Alkitab merupakan satu buku  dengan satu cerita tentang Pribadi dan karya Tuhan yang agung. Luangkanlah waktu untuk mulai berdisiplin membaca seluruh bagian  Alkitab. Miliki daftar pembacaan Alkitab untuk menandai bagian mana saja yang sudah dan belum Anda baca (Bacaan Alkitab Setahun dalam  Renungan Harian dapat menolong Anda). Disiplin membaca Alkitab akan menolong kita makin memahami maksud firman-Nya! --ELS

DISIPLIN MEMBACA ALKITAB MEMBERI GAMBARAN UTUH AGAR FIRMAN TUHAN DIPAHAMI LENGKAP, BUKAN SEBAGIAN SAJA

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts