Wednesday, November 30, 2011

Berpaling

REST IN PEACE (1 Samuel 28)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul? (1 Samuel 28:15)

Rest In Peace (Beristirahat Dalam Damai) seolah-olah tak berlaku di Haiti. Setahun sudah gempa berkekuatan 7 SR memporak-porandakan negeri itu. Namun di Leogane, kota yang terdekat dengan episentrum gempa, kompleks pemakaman umum masih berantakan dan tak terurus. Batu-batu nisan bergeser dan rusak, liang lahat dan peti jenazah menganga, tulang-tulang dan kain pembungkus mayat berserakan. "Saya tidak bahagia, yang sudah meninggal pun tak bahagia, " tutur Pierre, warga setempat yang sedang memperbaiki makam ayahnya.

Namun, yang mengusik orang mati tidak hanya gempa, tetapi juga manusia yang masih hidup. Waktu itu Saul kebingungan karena terjepit dalam perang melawan Filistin. Ia sadar Allah sudah undur darinya dan tak mau menjawabnya lagi. Bukan Allah meninggalkan Saul, tetapi Saul yang meninggalkan Allah dan mengikuti maunya sendiri (ayat 18). Fatalnya, Saul mendatangi para pemanggil arwah dan roh peramal (ayat 3), yang menajiskan dan dibenci Tuhan (Ulangan 18:10-12). Saul meminta mereka memanggil roh Samuel yang sudah mati, sebab ia hendak meminta petunjuk (ayat 8-15). Benarkah itu roh Samuel yang muncul? Entahlah, sebab iblis pun mampu menyamar sebagai malaikat (2 Korintus 11:14). Yang jelas, Saul terkutuk karena ini.

Ada sebagian orang yang sudah mengaku diri anak Tuhan, rajin ke gereja, tetapi masih percaya ramalan, hari baik, atau minta petunjuk "orang pintar" ketika hendak punya acara. Lebih konyol lagi, ada yang meminta rezeki di kuburan nenek moyang. Jika tak segera bertobat, mereka bisa seperti Saul; semula dipilih Allah menjadi raja Israel, tetapi kemudian ditolak Tuhan dan binasa --SST

SEHEBAT APA PUN MANUSIA, SUATU HARI IA AKAN MATI, MAKA ANDALKAN SAJA TUHAN, YANG TAK PERNAH MATI

Sumber : Renungan Harian

Monday, November 28, 2011

Menjadi Berkat

KONSEKUENSI SEBUAH KEPUTUSAN (Matius 8:18-22)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepala-Nya (Matius 8:20)

Aktivitas paling menyenangkan di keluarga kami adalah perbincangan sebelum tidur malam. Suatu kali si bungsu menceritakan keinginannya menjelajah dunia mencari beasiswa untuk sekolah di banyak tempat dan berkarier di banyak negara. Saya memang bangga dengan prestasinya. Namun, saya mengingatkannya pada konsekuensi cita-cita itu: ia harus belajar dan bekerja lebih keras supaya dapat meraih beasiswa dan mampu bersaing dengan tenaga kerja terdidik lainnya.

Tampilnya Yesus dengan pengajaran yang berkharisma, dengan kuasa ilahi untuk menyembuhkan, serta kepribadian-Nya yang hangat, memesona begitu banyak orang. Lalu sesuatu yang tak lazim terjadi. Seorang ahli Taurat kaum yang "biasanya" memusuhi dan mencari kesalahan Yesus dengan penuh kekaguman menyapa Yesus sebagai "rabi" (guru besar). Bahkan, ia menyatakan kerinduan untuk ikut Yesus ke mana pun. Saat menanggapinya, Yesus seolah-olah berkata: "Sebelum mengikut Aku, sadarilah keputusanmu, sebab ada harga yang harus kaubayar."

Yesus tak ingin menggalang pengikut yang hanya terseret emosi sesaat. Semangatnya mudah berkobar, tetapi sebentar kemudian surut dan lenyap. Yesus mengingatkan bahwa mengikut Dia berarti menyangkal diri dan memikul salib (Matius 10:38), lebih mengutamakan Dia di atas kepentingan sendiri dan keluarga (Lukas 14:26), dan membagikan harta bagi orang miskin (Matius 19:21). Sanggupkah Anda memikul konsekuensi dari keputusan mengikut Dia? Jangan ambil keputusan karena emosi atau ambisi. Ambillah keputusan karena Anda menyadari bahwa Dia yang memanggil maka Dia akan memampukan Anda untuk setia mengiring dan melayani-Nya --SST

IKUTLAH YESUS BUKAN UNTUK MENCARI BERKAT TETAPI UNTUK MENJADI BERKAT

Monday, November 07, 2011

God’s Care

Breath Of Life (Psalm 139:13-18)

The Spirit of God has made me, and the breath of the Almighty gives me life. —Job 33:4

In his book Life After Heart Surgery, David Burke recalls his close brush with death. Lying in his hospital bed after a second open-heart surgery, he found himself in incredible pain, unable to draw a full breath. Feeling that he was slipping toward eternity, he prayed one last time, trusting God and thanking Him for forgiveness of his sin.

David was thinking about seeing his dad, who had died several years earlier, when his nurse asked how he was feeling. He replied, “I’m okay now,” explaining he was ready to go to heaven and meet God. “Not on my shift, buddy!” she said. Soon the doctors were opening his chest again and removing two liters of fluid. That done, David began to recover.

It’s not unusual for any of us to ponder what it will be like when we face our final moments on earth. But those who “die in the Lord” have the certainty that they are “blessed” (Rev. 14:13) and that their death is “precious in the sight of the Lord” (Ps. 116:15).

God fashioned our days even before we existed (Ps. 139:16), and we exist now only because “the breath of the Almighty gives [us] life” (Job 33:4). Though we don’t know how many breaths we have left—we can rest in the knowledge that He does. —Cindy Hess Kasper

God holds our future in His hands
And gives us every breath;
Just knowing that He’s by our side
Allays our fear of death. —Sper

From our first breath to our last, we are in God’s care.

Source : Our Daily Bread

Kasih Tulus

SADAR DIRI (1 Timotius 1:12-17)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, " dan di antara mereka akulah yang paling berdosa (1 Timotius 1:15)

Mila sangat terpukul ketika mengetahui bahwa dirinya ternyata adalah anak angkat dari orangtua yang mengasuhnya selama ini. Namun sejak itu, Mila lebih rajin membantu menjaga toko kedua orang-tuanya. Apalagi ketika Mila menikah dan memiliki anak. Ia makin menyadari betapa besarnya kasih orangtua angkatnya. Mereka telah membesarkannya dengan susah payah, dengan kasih yang sesungguhnya tidak layak ia terima. Demikianlah Mila makin lama makin mengasihi kedua orangtua angkatnya.

Kitab 1 Timotius ditulis oleh Paulus pada akhir hidupnya. Sejak pertobatannya, Paulus telah melakukan begitu banyak pelayanan mendirikan jemaat di berbagai daerah. Paulus telah menempuh begitu banyak bahaya dan penderitaan karena Injil. Dari semua pengalaman itu, Paulus menyatakan bahwa kerinduan terbesarnya adalah makin mengenal Tuhan yang ia layani. Maka, di akhir hidupnya Paulus tidak menjadi sombong, tetapi malah makin menyadari anugerah Tuhan yang begitu besar kepadanya. Bahkan, Paulus mengatakan, bahwa dialah orang yang paling berdosa. Mengapa? Karena makin orang mengenal Kristus, ia makin mengenal siapa dirinya, makin mengerti besarnya anugerah yang ia terima, dan makin memberi diri untuk kemuliaan Tuhan.

Ketika kita makin mendalami firman Tuhan, adakah kita makin mengenal siapa Allah yang kita sembah dan siapa kita sesungguhnya? Atau, jangan-jangan semua itu hanya menjadi pengetahuan yang mengisi otak, yang justru membuat kita tinggi hati? Bagaimanakah pengenalan akan Tuhan ini mempengaruhi sikap hati kita ketika melayani Tuhan? --VT

PENGENALAN AKAN TUHAN MEMAMPUKAN KITA BERCERMIN DIRI DAN MENYADARI BESARNYA ANUGERAH TUHAN YANG DIBERI

Sumber : Renungan Harian

Thursday, November 03, 2011

Sahabat Sejati

SEBELAS SAHABAT KECIL (1 Samuel 23:14-18)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah (1 Samuel 23:16)

Saya punya sebelas sahabat kecil dari Lembah Baliem, Wamena, di Pegunungan Tengah Papua. Awalnya, seorang guru di sana meminta saya dan beberapa teman menjadi sahabat pena murid-muridnya. Persahabatan lewat surat ini dimaksudkan untuk menolong anak-anak agar suka menulis dan melatih mereka mengekspresikan pikirannya. Mereka bercerita tentang alam Wamena yang indah, guru, teman-teman, keluarga, pelajaran yang tidak disukai, juga cita-cita mereka. Hal yang paling membahagiakan buat saya adalah di setiap surat selalu ada tiga kalimat wajib; yaitu "I love you, Kak", "Saya akan selalu mendoakan Kakak", dan "Tuhan memberkati Kakak".

Persahabatan ini tidak hanya berarti bagi sebelas sahabat kecil saya, tetapi juga buat saya. Kasih mereka yang polos dan doa-doa mereka membuat saya mengucap syukur kepada Allah. Ini mengingatkan saya pada persahabatan Daud dan Yonatan. Yonatan mengasihi Daud seperti mengasihi dirinya sendiri. Saat Saul, ayahnya, berencana buruk kepada Daud, Yonatan tetap berbuat baik. Di Koresa, Daud dalam keadaan was-was karena nyawanya terancam. Akan tetapi Yonatan menemui Daud, menunjukkan kepada Daud bahwa Tuhan selalu menyertai, dan yang terpenting, menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah.

Saya tak meminta sahabat-sahabat saya mendoakan saya, tetapi mereka melakukannya dengan tulus. Dan, saya merasakan kasih Allah yang luar biasa. Daud juga pasti mengucap syukur kepada Allah atas penguatan Yonatan, atas sahabat seperti dia. Anda pun dapat bersyukur atas kehadiran sahabat Anda, yang dalam susah maupun senang, menguatkan kepercayaan Anda kepada Allah --SL

SAHABAT SEJATI TIDAK MEMAKSA ANDA MEMERCAYAINYA TETAPI IA MEMASTIKAN ANDA MEMERCAYAI ALLAH

Sumber : Renungan Harian

Don’t Be Shaken

Conquering the Seas
Author: Monica Pueba

There was young woman who left home, traveled many miles over the seas, far away from home, where she had no one, no mother, father, sister or brother. She left with a lot of hope and conviction that she was doing the right thing at that point in her life. She arrived in a foreign country and received quite a shock; the weather was harsh. So harsh that she had to wear layers of clothing all day long. The beautiful rays of sunlight she remembered from back home were a like a dream gone blurry. Oh how she missed home and her family, the love and protection it offered her. Her confidence began to falter, her faith began to waver, and the thoughts began molding in her heart … questions!!

Is this really God’s will for my life?

Have I made the right decision?

How long can I hold on to this dream before it crashes?

Why am I not fitting in to my new environment?

Why am I so cold?

Oh why? Oh why?!

Until she found a Christian group, young and old people, from all races and backgrounds, both male and female, the learned and the unlearned. They all shared one thing in common, the Gospel, the Gospel of Love.  They have a gathering for bible study every Tuesday. She began to look forward to it, and gradually this young woman has found peace. Her faith is now restored, no longer shaken and scalded with fear. She has found true friends with whom she shares a common diet.

Every time we move away from home, there’s fear and doubt, but be not discouraged for God has told us in 1Sam. 12:22 For the LORD will not forsake his people for His great name's sake: because it hath pleased the LORD to make you his people. Again we are reminded in Hebrew 10:23 “let us hold fast the profession of our faith without wavering; (for he is faithful that promised ;)”

The wind still blows from the North Sea, the weather is still cold through spring, but guess what, that young lady has found warmth and peace with her Lord and Savior. SHE HAS CONQUERED THE SEA…..

Monica Pueba - School of Computing - The Robert Gordon University - Aberdeen, Scotland -

“Wherefore let them that suffer according to the will of God commit the keeping of their souls to him in well doing, as unto a faithful Creator.” -1Peter 4:19 

Source : Sherry's Inspirational

Tuesday, November 01, 2011

Saling Bantu

ULAR DAN KATAK (Galatia 5:1-6:2)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2)

Pada saat bencana banjir di Brisbane Queensland akhir tahun 2010 lalu, Armin Gerlach seorang teknisi kantor berita berhasil mengabadikan sebuah momen langka. Yakni rekaman foto tentang persahabatan seekor katak hijau yang mendapat tumpangan di punggung seekor ular coklat yang berenang melintasi genangan air akibat banjir. Bukankah seekor ular biasanya melahap katak yang lemah sebagai mangsanya? Namun, ketika bencana menimpa, dua hewan itu mampu mengesampingkan segala perbedaan di antara keduanya hingga si kuat memberi diri menyelamatkan si lemah.

Sebagai makhluk yang lebih mulia, seharusnya manusia bisa bersikap lebih dari itu. Namun kenyataannya, banyak orang hidup dengan memuaskan nafsu dagingnya sampai saling menggigit, menelan, dan membinasakan (ayat 15). Oleh sebab itu, Paulus mengingatkan bahwa kita telah dimerdekakan dari perbudakan dosa oleh penebusan Kristus (5:1). Maka, jangan sampai kita berbalik lagi ke dalam kehidupan lama (ayat 16-21). Setiap orang beriman harus menghidupi hakikat hidup barunya, yaitu hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh (ayat 25) agar menghasilkan buah Roh (ayat 22-23). Bagaimana hidup oleh Roh itu diwujudkan dalam relasi antar orang beriman, agar hidup ini menghasilkan buah Roh yang memberkati sesama dan memuliakan Tuhan?

Ingat dan terapkan firman ini sebagai petunjuk praktis hidup sehari-hari: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Sebagai orang yang sudah dibebaskan Kristus dari dosa, kiranya hidup kita jauh dari sikap egois, penuh dengki, saling menggigit dan menelan --SST

TUHAN MENYELAMATKAN KITA DENGAN KASIH YANG TIDAK EGOIS MAKA BETAPA TAK TAHU MALUNYA KITA APABILA HIDUP EGOIS

Sumber : Renungan Harian

Karya Tuhan

MUKJIZAT MASIH TERJADI (Lukas 11:14-23)
Dikirim oleh : Evi Sjiane Djiun

Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu (Lukas 11:20)

Puncak gunung Sgurr Choinnich Mor di Skotlandia menjulang begitu tinggi dan terjal bahkan nyaris vertikal. Pada tanggal 30 Januari 2011, Adam Potter (36 tahun) berhasil menaklukkannya. Namun, Potter terjatuh di dinding terjal sisi timur, dari ketinggian sekitar 300 meter. Tim penyelamat berhasil menemukan Potter di kaki gunung, dan mendapati Potter tidak cedera sedikit pun, kecuali goresan kecil di dada. Dengan keheranan, Letnan Baker pimpinan tim penyelamat mengatakan: "Ia beruntung masih hidup. Sangat sukar dipercaya bahwa orang yang jatuh dari ketinggian itu ke tempat berbatu-batu, masih bisa berdiri dan berbincang dengan kami!"

Mukjizat masih terus terjadi hingga saat ini. Namun, dari dulu hingga sekarang, banyak orang yang sulit memercayai adanya mukjizat, dan selalu punya alasan untuk menyangkal. Lihatlah ketika Yesus mengadakan mukjizat: mengusir setan dan menyembuhkan si bisu (ayat 14). Orang Farisi yang tak mau mengakui keilahian Kristus, berdalih untuk tidak memercayai-Nya dan malah mengatakan bahwa Yesus melakukannya dengan kuasa penghulu setan. Bagaimana mungkin pimpinan setan mengusir setan yang menjadi anak buahnya? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Yesus melakukannya karena kuasa Roh Allah? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Kerajaan Allah hadir dalam diri Yesus?

Dengan tegas Yesus berkata bahwa orang yang tak mempercayai Dia, berarti melawan Dia. Apakah Anda memercayai Dia? Dia masih terus mengadakan banyak mukjizat setiap hari. Bukankah hidup Anda sendiri adalah mukjizat Allah? Maukah Anda mengakuinya? --SST

TUHAN MASIH TERUS BERKARYA DENGAN BANYAK CARA HINGGA KINI AGAR MANUSIA DIKUATKAN OLEH KEBESARAN-NYA DI HIDUP INI

Sumber : Renungan Harian

Popular Posts